Terkadang tingkah laku calon jamaah haji membuat petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji geleng-geleng kepala. Pemicunya adalah gaya berbusana beberapa calon haji. Celana ketat yang biasa dikenakan di rumah, terbawa sampai Tanah Suci.
Memang sebagian besar calon jemaah perempuan berusaha mengenakan busana syar'i, tertutup rapat. Meski atasannya mengenakan batik khas haji, bawahannya akan disesuaikan, misalnya rok panjang atau gamis. Jika harus memakai celana panjang, disesuaikan dengan busana muslim yang santun.
Tapi yang terjadi di kelompok terbang tiga dari embarkasi Ujung Panjang membuat petugas saling pandang dan geleng-geleng kepala. Tidak sedikit jamaah yang mendarat pukul 15.05 Waktu Arab Saudi mengenakan celana ketat alias legging. Ada juga jamaah yang mengenakan rok putih di mata kaki tapi bahan pelapis bagian dalamnya hanya selutut, sehingga kakinya menerawang.
"Saya benar-benar tak enak melihatnya. Mestinya ada imbauan dari daerah asalnya untuk berpakaian santun," kata Taufik, salah satu petugas.
Belum lagi soal pakaian yang membuat "sakit mata" selesai, masih di kloter yang sama, seorang ibu membuat petugas kesehatan tergopoh-gopoh. Gara-garanya, seorang jamaah yang datang ke klinik layanan haji Indonesia, Octagon, dengan muka sedikit was-was meminta petugas mendatangi rekan di rombongannya. "Ngamuk-ngamuk saja begitu tiba," katanya. Padahal, dia melanjutkan, selama di asrama dan pesawat si ibu baik-baik saja."
Tiga petugas kesehatan langsung menuju ke seorang ibu yang sedang ngomel-ngomel. Entah apa yang disampaikan tapi si ibu dengan bahasa daerah tampak terus marah-marah dan bicara sendiri. Sesekali ia tersenyum dan berusaha menyalami seorang petugas beberapa kali.
Namun marahnya tak juga surut. Bahkan anak perempuan yang duduk di sebelahnya kerap dibentak dan ditepis-tepis tangannya. Si ibu juga menolak dibawa ke ruang perawatan dan terus-menerus menyalahkan anaknya.
Petugas kemudian melihat riwayat kesehatan ibu bernama Siti itu. "Kami tak mungkin memberi obat ini itu kalau tak tahu riwayat kesehatannya," kata seorang petugas.
Karenanya petugas berinisiatif mengonsultasikan masalah si ibu ke dokter berdasarkan buku kesehatan dan obat yang dikonsumsinya. (viva.co.id)
Memang sebagian besar calon jemaah perempuan berusaha mengenakan busana syar'i, tertutup rapat. Meski atasannya mengenakan batik khas haji, bawahannya akan disesuaikan, misalnya rok panjang atau gamis. Jika harus memakai celana panjang, disesuaikan dengan busana muslim yang santun.
Tapi yang terjadi di kelompok terbang tiga dari embarkasi Ujung Panjang membuat petugas saling pandang dan geleng-geleng kepala. Tidak sedikit jamaah yang mendarat pukul 15.05 Waktu Arab Saudi mengenakan celana ketat alias legging. Ada juga jamaah yang mengenakan rok putih di mata kaki tapi bahan pelapis bagian dalamnya hanya selutut, sehingga kakinya menerawang.
Calon Haji Pakai Celana Ketat |
"Saya benar-benar tak enak melihatnya. Mestinya ada imbauan dari daerah asalnya untuk berpakaian santun," kata Taufik, salah satu petugas.
Belum lagi soal pakaian yang membuat "sakit mata" selesai, masih di kloter yang sama, seorang ibu membuat petugas kesehatan tergopoh-gopoh. Gara-garanya, seorang jamaah yang datang ke klinik layanan haji Indonesia, Octagon, dengan muka sedikit was-was meminta petugas mendatangi rekan di rombongannya. "Ngamuk-ngamuk saja begitu tiba," katanya. Padahal, dia melanjutkan, selama di asrama dan pesawat si ibu baik-baik saja."
Tiga petugas kesehatan langsung menuju ke seorang ibu yang sedang ngomel-ngomel. Entah apa yang disampaikan tapi si ibu dengan bahasa daerah tampak terus marah-marah dan bicara sendiri. Sesekali ia tersenyum dan berusaha menyalami seorang petugas beberapa kali.
Namun marahnya tak juga surut. Bahkan anak perempuan yang duduk di sebelahnya kerap dibentak dan ditepis-tepis tangannya. Si ibu juga menolak dibawa ke ruang perawatan dan terus-menerus menyalahkan anaknya.
Petugas kemudian melihat riwayat kesehatan ibu bernama Siti itu. "Kami tak mungkin memberi obat ini itu kalau tak tahu riwayat kesehatannya," kata seorang petugas.
Karenanya petugas berinisiatif mengonsultasikan masalah si ibu ke dokter berdasarkan buku kesehatan dan obat yang dikonsumsinya. (viva.co.id)