Banyak yang beranggapan bahwa keadaan fisik yang kurang atau tidak normal menjadikan mereka pantas untuk dikasihani dan dianggap tidak memiliki kemampuan. Namun ternyata tidak demikian, seperti salah satunya yang ditunjukkan oleh seorang Kakek bernama Mbah Rebo.
Kakek berumur 80 tahun yang tinggal di Jalan Glagah RT 03 RW 03 Desa Sukorejo Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo tersebut memiliki keahlian dalam berakrobat. Padahal Mbah Rebo tidak memiliki tangan.
Kemampuannya terlihat pada saat Rabu (4/1/2017) siang dimana Mbah Rebo mengenakan celana kolor hitam, berbaju batik panjang warna cokelat dan peci hitam. Saat itu ia dengan berani mengayuh sepeda di Jalan Desa Sukorejo, meski tak memiliki tangan.
Mbah Rebo justru menggunakan bahunya untuk mengendalikan laju sepeda sembari terus mengayuh. Tak lama kemudian, ia pun memarkirkan sepedanya di pinggir sebuah bangunan dan masuk ke salah satu warung kopi.
Dilansir dari Madiun Pos, ketika diajak bersalaman, Mbah Rebo hanya menundukkan kepala dan berkata bahwa ia tidak bisa bersalaman. Kakek inspiratif itu pun memesan secangkir kopi dan memegangnya menggunakan jari kaki.
“Amit yo mas [permisi ya mas],” kata Mbah Rebo sambil mengangkat kakinya di meja dan menggerakkan jari kakinya untuk memegang cangkir berisi kopi panas.
Memang Mbah Rebo terlahir sudah tanpa tangan. Meski demikian ia merupakan orang yang serba bisa di kampungnya. Selain menjadi pekerja seni seperti ludruk dan ketoprak, Mbah Rebo juga handal dalam memanjat pohon kelapa dan jago bela diri. Bahkan ia pernah ikut sebagai pekerja akrobat.
Diungkapkan oleh Mbah Rebo bahwa sejak usia belasan tahun atau setelah lulus Sekolah Rakyat, ia hanya menghabiskan waktu dengan membantu orangtuanya bertani. Namun setelah beberapa tahun, Mbah Rebo pun merasa bosan lantaran tidak ada tantangan.
Setelah melihat pertunjukan akrobat atau sirkus, barulah Mbah Rebo remaja merasa jiwanya terpanggil. Ia pun mulai belajar dan menimba ilmu dari orang-orang tersebut. Hingga akhirnya Mbah Rebo remaja direkrut untuk menjadi bagian dari kelompok sirkus yang ada di Madiun dan Magetan.
Lantaran kondisinya yang tidak sempurna, pengelola sirkus menugaskan Mbah Rebo untuk mengayuh sepeda tanpa tangan dalam pertunjukan sirkus tersebut. Selain itu Mbah Rebo memperagakan penggunaan samurai yang diputar secara cepat di lehernya.
“Samurai panjang dan tajam saya taruh di leher dan secara cepat saya putar-putar,” ucapnya, seperti yang dikutip dari Madiun Pos.
Bahkan ayah dari lima anak ini memerankan orang yang dilindas truk dan mobil serta memperagakan sebutir telur yang ia taruh di pundak tanpa terjatuh sedikit pun.
“Saya dulu juga jago memanjat pohon kelapa dan mengelupas kelapa tanpa alat. Saya hanya menggunakan gigi dan mengelupas kelapa hingga pecah,” kata pria beristri dua ini.
Dari satu kali penampilannya, Mbah Rebo mendapatkan bayaran 15 ribu yang ia gunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan dirinya sendiri. Pekerjaan yang dilakoninya selama puluhan tahun itu pun menghantarkannya ke berbagai daerah seperti Jakarta, Jawa Tengah hingga Pulau Sumatera.
Mbah Rebo mengakhiri masa tugasnya pada tahun 2000-an dimana pertunjukkan terakhirnya dilakukan di Nganjuk.
“Saya sekarang sudah tidak bisa melakukan akrobat itu lagi. Ilmunya sudah hilang,” katanya.
Kini Mbah Rebo hanya tinggal di rumah dan berkumpul bersama dengan keluarga maupun tetangga. Perangkat Desa Sukorejo bernama Joko pun mengakui bahwa Mbah Rebo dikenal luas lantaran kemampuan akrobat dan bela dirinya.
“Mbah Rebo itu menangan [selalu menang] dalam berkelahi. Meskipun dia tidak punya tangan dan lawannya punya tangan,” pungkasnya sambil tertawa.
Baca Juga:
Kakek berumur 80 tahun yang tinggal di Jalan Glagah RT 03 RW 03 Desa Sukorejo Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo tersebut memiliki keahlian dalam berakrobat. Padahal Mbah Rebo tidak memiliki tangan.
Mbah Rebo sedang peragakan mengendarai sepeda tanpa tangan di jalan Sukorejo (Abdul Jalil/JIBI/Madiunpos.com) |
Mbah Rebo justru menggunakan bahunya untuk mengendalikan laju sepeda sembari terus mengayuh. Tak lama kemudian, ia pun memarkirkan sepedanya di pinggir sebuah bangunan dan masuk ke salah satu warung kopi.
Dilansir dari Madiun Pos, ketika diajak bersalaman, Mbah Rebo hanya menundukkan kepala dan berkata bahwa ia tidak bisa bersalaman. Kakek inspiratif itu pun memesan secangkir kopi dan memegangnya menggunakan jari kaki.
“Amit yo mas [permisi ya mas],” kata Mbah Rebo sambil mengangkat kakinya di meja dan menggerakkan jari kakinya untuk memegang cangkir berisi kopi panas.
Memang Mbah Rebo terlahir sudah tanpa tangan. Meski demikian ia merupakan orang yang serba bisa di kampungnya. Selain menjadi pekerja seni seperti ludruk dan ketoprak, Mbah Rebo juga handal dalam memanjat pohon kelapa dan jago bela diri. Bahkan ia pernah ikut sebagai pekerja akrobat.
Diungkapkan oleh Mbah Rebo bahwa sejak usia belasan tahun atau setelah lulus Sekolah Rakyat, ia hanya menghabiskan waktu dengan membantu orangtuanya bertani. Namun setelah beberapa tahun, Mbah Rebo pun merasa bosan lantaran tidak ada tantangan.
Setelah melihat pertunjukan akrobat atau sirkus, barulah Mbah Rebo remaja merasa jiwanya terpanggil. Ia pun mulai belajar dan menimba ilmu dari orang-orang tersebut. Hingga akhirnya Mbah Rebo remaja direkrut untuk menjadi bagian dari kelompok sirkus yang ada di Madiun dan Magetan.
Lantaran kondisinya yang tidak sempurna, pengelola sirkus menugaskan Mbah Rebo untuk mengayuh sepeda tanpa tangan dalam pertunjukan sirkus tersebut. Selain itu Mbah Rebo memperagakan penggunaan samurai yang diputar secara cepat di lehernya.
“Samurai panjang dan tajam saya taruh di leher dan secara cepat saya putar-putar,” ucapnya, seperti yang dikutip dari Madiun Pos.
Bahkan ayah dari lima anak ini memerankan orang yang dilindas truk dan mobil serta memperagakan sebutir telur yang ia taruh di pundak tanpa terjatuh sedikit pun.
“Saya dulu juga jago memanjat pohon kelapa dan mengelupas kelapa tanpa alat. Saya hanya menggunakan gigi dan mengelupas kelapa hingga pecah,” kata pria beristri dua ini.
Dari satu kali penampilannya, Mbah Rebo mendapatkan bayaran 15 ribu yang ia gunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan dirinya sendiri. Pekerjaan yang dilakoninya selama puluhan tahun itu pun menghantarkannya ke berbagai daerah seperti Jakarta, Jawa Tengah hingga Pulau Sumatera.
Mbah Rebo mengakhiri masa tugasnya pada tahun 2000-an dimana pertunjukkan terakhirnya dilakukan di Nganjuk.
“Saya sekarang sudah tidak bisa melakukan akrobat itu lagi. Ilmunya sudah hilang,” katanya.
Kini Mbah Rebo hanya tinggal di rumah dan berkumpul bersama dengan keluarga maupun tetangga. Perangkat Desa Sukorejo bernama Joko pun mengakui bahwa Mbah Rebo dikenal luas lantaran kemampuan akrobat dan bela dirinya.
“Mbah Rebo itu menangan [selalu menang] dalam berkelahi. Meskipun dia tidak punya tangan dan lawannya punya tangan,” pungkasnya sambil tertawa.
Baca Juga:
- Kekurangan Fisik Merupakan Tanda Kasih Sayang Allah
- Meski Tak Punya 2 Tangan, Ustadz Ini Mampu Mengajar Di Dua Madrasah Dalam Sehari
- Mengharukan! Ini Kisah Nyata Seorang Penyandang Cacat Pembaca Setia Kabarmakkah