Kepedulian masyarakat terhadap kondisi sekitar memang tidak harus menunggu pihak pemerintah bersikap. Hal itu juga yang ditunjukkan oleh komunitas di Yogyakarta bernama Jogja Nyah Nyoh yang hampir dua tahun terakhir memperbaiki jalan berlubang di kota tersebut.
"Saya tidak menghitung, target kita bukan jumlah. Kita inginnya gotong royong jadi greget lagi. Pemerintah dan bukan pemerintah itu kita inginnya bisa bersama-sama gotong royong memperbaiki jalan berlubang," ujar Arditya Eka Sunu, koordinator Jogja Nyah Nyoh, seperti dilansir dari Merdeka, Rabu (11/1) malam.
Komunitas yang mengawali kegiatannya di tahun 2015 ini rutin menambal sekaligus menandai jalan yang berlubang. Kondisi jalan yang semacam itu bagi mereka sangat membahayakan pengguna jalan.
"Nyah nyoh itu dari Bahasa Jawa. Artinya ikhlas memberi tanpa mengharap ada balasan. Lewat gerakan ini kami ingin membangkitkan lagi budaya gotong royong. Kami juga ingin mengajak masyarakat untuk kembali peduli pada lingkungan sekitar," jelas Adit.
Untuk mengetahui jalan mana saja yang harus diperbaiki, sejumlah personil Jogja Nyah Nyoh akan melewati jalan yang berbeda setiap hendak berangkat kerja di pagi hari.
"Ya survei dulu. Kami prioritaskan jalan yang padat dan ramai dilalui pengendara, artinya potensi kecelakaan akibat lubang itu besar," kata Adit.
Berbagai kejadian unik pun terjadi saat melakukan aksi sosial tersebut. Mereka bahkan dikira sedang tawuran sehingga warga pun mengepung mereka. Setelah kejadian tersebut dan agar tidak terjadi salah paham, mereka pun menamai komunitasnya dengan nama Jogja Nyah Nyoh.
"Kita dulu pernah dikepung warga saat menambal jalan berlubang di dekat Stadion Bantul. Kita dikira mau ribut (tawuran). Waktu itu banyak orang di pinggir jalan. Kita mau dimassa saat itu, tetapi langsung kita jelaskan tujuan kita," ujar Adit sambil tersenyum mengenang kisah mereka.
Mereka juga pernah dilempar uang oleh pengendara jalan karena dianggap sedang meminta-minta. Adit dan rekannya pun langsung mengejar dan mengembalikan uang tersebut sembari menjelaskan maksud dan tujuan dari aksi tersebut.
"Kita tidak cari uang di sini. Ini di Jogja. Kalau mau ikut urunan, bukan gitu caranya. Kita kejar yang lempar uang. Kita kembalikan uangnya. Kalau perlu kita tambahi uangnya. Padakke kene ra duwe duit (dikiranya kami tidak punya uang apa)," ujar Adit sambil tersenyum.
Setelah dikenal, banyak warga yang spontanitas membantu menambal jalan. Salah satunya seperti seorang pengendara mobil yang memarkirkan mobilnya sekaligus menerangi jalan dengan lampu mobilnya.
"Orangnya pun ikut membantu. Malah saking dramatisnya, orang itu sampai ikut menambal tanpa pakai alat. Pakai tangan telanjang. Katanya, itu wujud kekesalannya karena jalan berlubang dan sudah lama tak diperbaiki," tutur Adit.
Dituturkan oleh Adit banyak ada beberapa jalan yang terus mengalami kerusakan dan belum mendapatkan perbaikan dari pemerintah. Alhasil mereka pun terus menambalnya karena lubangnya yang cukup besar.
"Salah satunya di perempatan lampu merah MM UGM. Dulu pertama kali kami melakukan kegiatan menambal jalan ya di situ. Sampai sekarang sudah empat kali kami tambal. Tapi belum diperbaiki juga sama yang berkewajiban. Lubangnya berukuran besar," terang Adit.
Pada bulan Juni 2016, Jogja Nyah Nyoh kemudian dipanggil Gubernur DIY dan ditanya tentang hubungan mereka dengan dinas PU.
"Kami ditanya apa konsep gerakannya. Motivasinya apa? Kami justru diapresiasi oleh Gubernur. Dan dipertemukan dengan dinas terkait supaya ada sinergi untuk memperbaiki jalan yang berlubang," ucap Adit
Komunitas Jogja Nyah Nyoh tambal jalan berlubang (Cahyo Purnomo Edi/Merdeka.com) |
Komunitas yang mengawali kegiatannya di tahun 2015 ini rutin menambal sekaligus menandai jalan yang berlubang. Kondisi jalan yang semacam itu bagi mereka sangat membahayakan pengguna jalan.
"Nyah nyoh itu dari Bahasa Jawa. Artinya ikhlas memberi tanpa mengharap ada balasan. Lewat gerakan ini kami ingin membangkitkan lagi budaya gotong royong. Kami juga ingin mengajak masyarakat untuk kembali peduli pada lingkungan sekitar," jelas Adit.
Untuk mengetahui jalan mana saja yang harus diperbaiki, sejumlah personil Jogja Nyah Nyoh akan melewati jalan yang berbeda setiap hendak berangkat kerja di pagi hari.
"Ya survei dulu. Kami prioritaskan jalan yang padat dan ramai dilalui pengendara, artinya potensi kecelakaan akibat lubang itu besar," kata Adit.
Berbagai kejadian unik pun terjadi saat melakukan aksi sosial tersebut. Mereka bahkan dikira sedang tawuran sehingga warga pun mengepung mereka. Setelah kejadian tersebut dan agar tidak terjadi salah paham, mereka pun menamai komunitasnya dengan nama Jogja Nyah Nyoh.
"Kita dulu pernah dikepung warga saat menambal jalan berlubang di dekat Stadion Bantul. Kita dikira mau ribut (tawuran). Waktu itu banyak orang di pinggir jalan. Kita mau dimassa saat itu, tetapi langsung kita jelaskan tujuan kita," ujar Adit sambil tersenyum mengenang kisah mereka.
Mereka juga pernah dilempar uang oleh pengendara jalan karena dianggap sedang meminta-minta. Adit dan rekannya pun langsung mengejar dan mengembalikan uang tersebut sembari menjelaskan maksud dan tujuan dari aksi tersebut.
"Kita tidak cari uang di sini. Ini di Jogja. Kalau mau ikut urunan, bukan gitu caranya. Kita kejar yang lempar uang. Kita kembalikan uangnya. Kalau perlu kita tambahi uangnya. Padakke kene ra duwe duit (dikiranya kami tidak punya uang apa)," ujar Adit sambil tersenyum.
Setelah dikenal, banyak warga yang spontanitas membantu menambal jalan. Salah satunya seperti seorang pengendara mobil yang memarkirkan mobilnya sekaligus menerangi jalan dengan lampu mobilnya.
"Orangnya pun ikut membantu. Malah saking dramatisnya, orang itu sampai ikut menambal tanpa pakai alat. Pakai tangan telanjang. Katanya, itu wujud kekesalannya karena jalan berlubang dan sudah lama tak diperbaiki," tutur Adit.
Dituturkan oleh Adit banyak ada beberapa jalan yang terus mengalami kerusakan dan belum mendapatkan perbaikan dari pemerintah. Alhasil mereka pun terus menambalnya karena lubangnya yang cukup besar.
"Salah satunya di perempatan lampu merah MM UGM. Dulu pertama kali kami melakukan kegiatan menambal jalan ya di situ. Sampai sekarang sudah empat kali kami tambal. Tapi belum diperbaiki juga sama yang berkewajiban. Lubangnya berukuran besar," terang Adit.
Pada bulan Juni 2016, Jogja Nyah Nyoh kemudian dipanggil Gubernur DIY dan ditanya tentang hubungan mereka dengan dinas PU.
"Kami ditanya apa konsep gerakannya. Motivasinya apa? Kami justru diapresiasi oleh Gubernur. Dan dipertemukan dengan dinas terkait supaya ada sinergi untuk memperbaiki jalan yang berlubang," ucap Adit
Baca Juga: Niatkan Ibadah, Selama 10 Tahun Kakek Ini Menambal Jalan Berlubang Secara Sukarela