Sudah selayaknya sesama muslim saling tolong menolong terhadap muslim lainnya, terlebih ketika mengalami sebuah musibah atau bencana. Selain meringankan beban mereka, hal itu pun bisa mendatangkan pahala.
Terkait pasca banjir yang melanda Kota Bima, sebuah tudingan miring dilayangkan kepada pemilik toko SY HJ Ipa. Ini karena tokonya telah menaikkan harga secara sepihak kepada korban banjir Bima.
Namun tudingan tersebut dibantah oleh sang pemilik dan berani bersumpah diatas Al Qur’an.
“Saya berani bersumpah di atas Al Qur’an tidak punya keinginan menaikkan harga barang sedikit pun,” ucapnya, sebagaimana dikutip dari Kahab, Kamis (29/12/2016).
Dijelaskannya bahwa barang yang dinaikkan harganya tersebut lantaran ia tidak mengetahui persis harganya dan komputer yang digunakan untuk pengecekan harga sedang mengalami kerusakan.
“Saya tidak tahu harga barang karena komputer belum bisa dioperasikan. Lalu saya memintanya pergi ke toko lain. ibu itu memaksa, akhirnya karena kasihan saya izinkan masuk,” lanjutnya.
Selain ibu tersebut, ada juga warga korban banjir lainnya yang ingin membeli barang kebutuhan dan semuanya masuk ke dalam toko.
“Karena komputer mati dan saya tak tahu harga barang, saya meminta pembeli menyebutkan nilai barang. Setelah disepakati, saya memberikan kembalian,” tuturnya.
Diungkapkannya bahwa setelah menerima kembalian, tidak ada satu pembeli pun yang protes dengan harga yang disepakati. Padahal saat itu proses jual beli dilakukan secara manual.
Terkait pasca banjir yang melanda Kota Bima, sebuah tudingan miring dilayangkan kepada pemilik toko SY HJ Ipa. Ini karena tokonya telah menaikkan harga secara sepihak kepada korban banjir Bima.
Ilustrasi |
“Saya berani bersumpah di atas Al Qur’an tidak punya keinginan menaikkan harga barang sedikit pun,” ucapnya, sebagaimana dikutip dari Kahab, Kamis (29/12/2016).
Dijelaskannya bahwa barang yang dinaikkan harganya tersebut lantaran ia tidak mengetahui persis harganya dan komputer yang digunakan untuk pengecekan harga sedang mengalami kerusakan.
“Saya tidak tahu harga barang karena komputer belum bisa dioperasikan. Lalu saya memintanya pergi ke toko lain. ibu itu memaksa, akhirnya karena kasihan saya izinkan masuk,” lanjutnya.
Selain ibu tersebut, ada juga warga korban banjir lainnya yang ingin membeli barang kebutuhan dan semuanya masuk ke dalam toko.
“Karena komputer mati dan saya tak tahu harga barang, saya meminta pembeli menyebutkan nilai barang. Setelah disepakati, saya memberikan kembalian,” tuturnya.
Diungkapkannya bahwa setelah menerima kembalian, tidak ada satu pembeli pun yang protes dengan harga yang disepakati. Padahal saat itu proses jual beli dilakukan secara manual.
Baca Juga: Banjir Bandang Terjang Bima NTB Dan Rendam Ribuan Rumah