Seorang profesor matematika yang manjadi guru besar di Kansas University, Amerika Serika tiba – tiba memutuskan untuk memeluk Islam setelah menelaah dan mendalami segenap keagungan dan keindahan Al-Quran.
Kehidupannya pun berubah drastis setelah menjadi muslim, ia menjadi seorang yang begitu taat dan setiap menjalani segala ketentuan dan ajaran yang diajarkan dalam Islam. Hal ini nampak kontras dengan kondisi semula dimana ia sebelumnya merupakan seseorang yang tak pernah mempercayai akan adanya Tuhan (Atheis).
Mungkin agaknya tersemat satu pertanyaan di hati pembaca, sebenarnya keagungan macam apa yang telah Profesor Matematika itu temukan dalam Al-Quran hingga menyebabkannya masuk Islam?
Rupanya, sang Profesor menemukan sisi lain Al-Quran yakni angka – angka luar biasa yang ada di dalam Al-Quran yang menyebabkannya kemudian beriman pada Allah.
Matematika Al-Quran merupakan sisi lain dari agung dan ajaibnya Al Quran, Matematika Al-Quran diawali dari kata syahr yang berarti bulan. Rupanya, dalam Al-Quran, kata syahr disebut sebanyak 12 kali, hal ini selaras dengan jumlah bulan dalam hitungan satu tahun yakni 12. Adapun kata yaum yang berarti hari, disebutkan sebanyak 365 kali dalam Al-Quran, hal inipun merujuk pada jumlah hari dalam satu tahun yakni sebanyak 365.
Berikutnya kata “lautan (perairan)” dalam Al-Quran disebutkan sebanyak 32 kali, sementara kata “daratan” disebutkan sebanyak 13 kali. Apabila kedua bilangan itu ditambahkan, maka hasilnya angka 45. Ilmuwan mengungkap bahwa persentase air di bumi adalah 71.11111111111%, rupanya bilangan ini merupakan hasil dari perkalian 32/45x100%. Sementara untuk presentase daratan menurut ilmuwan adalah 28.88888888889% dan ini rasio yang riil dari perkalian 13/45x100%. Subhanallah, aduhai agungnya Al-Quran!
Seorang ilmuwan Muslim bernama Dr Rashad Khalifa, yang berkebangsaan Amerika keturunan Mesir menemukan sistem matematika pada desain Al-Quran. Dia mulai aktif mengkaji komposisi matematik dari Al-Quran pada tahun 1968 dan memasukkan Al-Quran dalam sistem komputer pada 1969 dan 1970 yang kemudian dilanjutkan dengan menerjemahkan Al-Quran ke dalam Bahasa Inggris pada awal 1970-an. Dia ingin menjelaskan inisial pada beberapa surat dalam Al-Quran seperti (Alif Lam Mim) yang umumnya hanya diberi penjelasan (hanya Allah yang tahu maknanya). Dengan proyek ini, ia memulai riset secara detil dan mendalam pada inisial – inisial tersebut setelah menemukan teks Al-Quran ke dalam sistem komputer dengan tujuan utama mencari pola matematis yang barangkali dapat menjelaskan pentingnya inisial – inisial tersebut.
Setelah beberapa tahun melakukan riset, Dr Khalifa mempublikasikan temuan – temuan pertamanya dalam sebuah buku berjudul MIRACLE OF THE QURAN: Significance of the Mysterious Alphabets pada Oktober 1973. Pada buku tersebut hanya memaparkan bahwa inisial – inisial yang ada pada beberapa surat di dalam Al-Quran memiliki jumlah huruf terbanyak (proporsi tertinggi) pada masing – masing suratnya, dibandingkan huruf – huruf lain, misalnya surat ”Qaaf” (QS. No. 50) yang memiliki inisial “Shaad”, mengandung huruf “Shaad” dengan proporsi terbesar. Kenyataan ini benar dengan semua surat yang memiliki inisial, kecuali surat Yaa Siin (QS. No. 36), yang menunjukkan kebalikannya, yaitu huruf “Yaa” dan “Siin” memiliki proporsi terendah.
Berdasarkan penemuannya tersebut, ia kemudian menggabungkan dengan sebuah bilangan pembagi secara umum (common denominator). Pada Januari 1974, ia menemukan bahwa ternyata bilangan 19 sebagai bilangan pembagi secara umum dalam inisial – inisial tersebut dan seluruh penuisan dalam Al-Quran. Sungguh menakjubkan ternyata suluruh teks dalam Al-Quran telah tersusun secara sistematis dan begitu canggih yang didasarkan pada bilangan 19 pada setiap elemen sebagai bilangan pembagi secara umum.
Contohnya, bilangan 19 sebagai angka positif pertama dan terakhir (1 dan 9), yang dapat diartikan sebagai Yang Pertama dan Yang Terakhir, sebagaimana yang dikatakan Allah, misalnya saja pada QS. 57 ayat 3, “Dialah yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Bathin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.”(QS 57:3)
Kata Waahid dalam Al-Quran disebutkan sebanyak 25 kali, dimana 6 diantaranya tidak merujuk pada Allah, melainkan pada salah satu jenis makanan misalnya, atau pintu, dan lain sebagainya. Sisanya 19 kali merujuk pada Allah. Total jumlah dan nomer surat (nomer surat + jumlah ayat pada masing – masing surat) dimana 19 kata “waahid” yang merujuk pada Allah adalah 361 = 19 x 19. Jadi 19 melambangkan keEsaan Allah.
Selain itu kalimat Basmalah pada (QS 1:1) terdiri dari 19 huruf Arab. Lalu Al-Quran terdiri dari 114 surah, 19x6. Selanjutnya, ayat pertama turun (QS 96:1) terdiri dari 19 huruf. Lainnya, surah 96 (al-‘Alaq) ditempatkan pada 19 terakhir dari 114 surah (dihitung mundur dari surah 114), dan terdiri dari 19 ayat. Lainnya lagi surat terakhir yang turun adalah surah An-Nashr atau surah 110 yang terdiri dari 3 ayat. Surat terakhir yang turun dari 19 kata dan ayat pertama terdiri dari 19 huruf.
Sama halnya dengan surah 74 ayat 30 yang artinya, “Di atasnya ada sembilanbelas.” Sebagian besar dari ahli tafsir menafsirkan 19 sebagai jumlah malaikat. Menurut Dr Rasha Khalifa, menafsirkan bilangan 19 sebagai jumlah malaikat adalah tidak tepat karena bagaimana mungkin jumlah malaikat dapat dijadikan ujian/tes bagi orang – orang kafir, untuk meyakinkan orang – orang Yahudi dan Nasrani, untuk meningkatkan keimanan orang yang sudah beriman, dan juga untuk menghilangkan keragu – raguan pada ayat 31-nya. Jadi, menurut Dr Khalifa, bilangan 19 ini merupakan salah satu bilangan keajaiban dalam Al-Quran.
Langman’s Medical Embryology, oleh T.W. Sadler yang merupakan buku teks di sekolah kedokteran Amerika Serikat diperoleh pernyataan “secara umum lamanya kehamilan adalah 280 hari atau 4 minggu setelah haid terakhir atau lebih tepatnya 266 hari atau 38 minggu setelah terjadinya pembuahan”. Angka 266 dan 38 kedua – duanya adalah kelipatan dari 19 atau 19x14 dan 19x2.
Dan masih banyak lagi angka – angka lain didalam Al-Quran yang habis dibagi 19. Hal ini menunjukkan akan hebat dan agungnya Al-Quran sebagai kitab suci karya Tuhan dan bukan buatan Muhammad ataupun manusia. Oleh sebab itu, sampai kapanpun tak akan ada makhluk yang bisa menandingi senarai kehebatan dan keajaiban yang terkandung dalam Al-Quran. Keasliannya akan tetap terjad sampai Hari Kiamat.
Allah menciptakan segala apa yang ada di alam semesta ini dengan perhitungan logika yang sangat matang atau logis (masuk akal) termasuk Al-Quran, sebagaimana yang pernah dikatakan oleh Galileo (1564-1642 AD) bahwa matematika adalah bahasa yang digunakan Tuhan dalam menuliskan alam semesta ini.
Demikian kehebatan dan keagungan yang terkandung dalam Al-Quran, karena kehebatannya itu bahkan para ilmuwan Eropa sampai menelaah dan mencari fakta – fakta yang diungkap dalam Al-Quran untuk dijadikan bahan penelitiannya. Lantas mengapa umat islam yang jelasnya sebagai pemegang utama Al-Quran masih malas untuk mengkaji dan memperlajarinya secara mendalam?
Sepatutnya, dengan mengetahui segenap kehebatan dan keajaiban Al-Quran, hati dan nalar kita menjadi semakin yakin dan mengimani ayat – ayat yang terkandung di dalamnya, serta dapat meningkatkan taraf ketaqwaan kita kepada Allah subhanahu Wata’ala. Wallahu a’lam
Kehidupannya pun berubah drastis setelah menjadi muslim, ia menjadi seorang yang begitu taat dan setiap menjalani segala ketentuan dan ajaran yang diajarkan dalam Islam. Hal ini nampak kontras dengan kondisi semula dimana ia sebelumnya merupakan seseorang yang tak pernah mempercayai akan adanya Tuhan (Atheis).
Mungkin agaknya tersemat satu pertanyaan di hati pembaca, sebenarnya keagungan macam apa yang telah Profesor Matematika itu temukan dalam Al-Quran hingga menyebabkannya masuk Islam?
Rupanya, sang Profesor menemukan sisi lain Al-Quran yakni angka – angka luar biasa yang ada di dalam Al-Quran yang menyebabkannya kemudian beriman pada Allah.
Matematika Al-Quran merupakan sisi lain dari agung dan ajaibnya Al Quran, Matematika Al-Quran diawali dari kata syahr yang berarti bulan. Rupanya, dalam Al-Quran, kata syahr disebut sebanyak 12 kali, hal ini selaras dengan jumlah bulan dalam hitungan satu tahun yakni 12. Adapun kata yaum yang berarti hari, disebutkan sebanyak 365 kali dalam Al-Quran, hal inipun merujuk pada jumlah hari dalam satu tahun yakni sebanyak 365.
Berikutnya kata “lautan (perairan)” dalam Al-Quran disebutkan sebanyak 32 kali, sementara kata “daratan” disebutkan sebanyak 13 kali. Apabila kedua bilangan itu ditambahkan, maka hasilnya angka 45. Ilmuwan mengungkap bahwa persentase air di bumi adalah 71.11111111111%, rupanya bilangan ini merupakan hasil dari perkalian 32/45x100%. Sementara untuk presentase daratan menurut ilmuwan adalah 28.88888888889% dan ini rasio yang riil dari perkalian 13/45x100%. Subhanallah, aduhai agungnya Al-Quran!
Seorang ilmuwan Muslim bernama Dr Rashad Khalifa, yang berkebangsaan Amerika keturunan Mesir menemukan sistem matematika pada desain Al-Quran. Dia mulai aktif mengkaji komposisi matematik dari Al-Quran pada tahun 1968 dan memasukkan Al-Quran dalam sistem komputer pada 1969 dan 1970 yang kemudian dilanjutkan dengan menerjemahkan Al-Quran ke dalam Bahasa Inggris pada awal 1970-an. Dia ingin menjelaskan inisial pada beberapa surat dalam Al-Quran seperti (Alif Lam Mim) yang umumnya hanya diberi penjelasan (hanya Allah yang tahu maknanya). Dengan proyek ini, ia memulai riset secara detil dan mendalam pada inisial – inisial tersebut setelah menemukan teks Al-Quran ke dalam sistem komputer dengan tujuan utama mencari pola matematis yang barangkali dapat menjelaskan pentingnya inisial – inisial tersebut.
Setelah beberapa tahun melakukan riset, Dr Khalifa mempublikasikan temuan – temuan pertamanya dalam sebuah buku berjudul MIRACLE OF THE QURAN: Significance of the Mysterious Alphabets pada Oktober 1973. Pada buku tersebut hanya memaparkan bahwa inisial – inisial yang ada pada beberapa surat di dalam Al-Quran memiliki jumlah huruf terbanyak (proporsi tertinggi) pada masing – masing suratnya, dibandingkan huruf – huruf lain, misalnya surat ”Qaaf” (QS. No. 50) yang memiliki inisial “Shaad”, mengandung huruf “Shaad” dengan proporsi terbesar. Kenyataan ini benar dengan semua surat yang memiliki inisial, kecuali surat Yaa Siin (QS. No. 36), yang menunjukkan kebalikannya, yaitu huruf “Yaa” dan “Siin” memiliki proporsi terendah.
Berdasarkan penemuannya tersebut, ia kemudian menggabungkan dengan sebuah bilangan pembagi secara umum (common denominator). Pada Januari 1974, ia menemukan bahwa ternyata bilangan 19 sebagai bilangan pembagi secara umum dalam inisial – inisial tersebut dan seluruh penuisan dalam Al-Quran. Sungguh menakjubkan ternyata suluruh teks dalam Al-Quran telah tersusun secara sistematis dan begitu canggih yang didasarkan pada bilangan 19 pada setiap elemen sebagai bilangan pembagi secara umum.
Contohnya, bilangan 19 sebagai angka positif pertama dan terakhir (1 dan 9), yang dapat diartikan sebagai Yang Pertama dan Yang Terakhir, sebagaimana yang dikatakan Allah, misalnya saja pada QS. 57 ayat 3, “Dialah yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Bathin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.”(QS 57:3)
Kata Waahid dalam Al-Quran disebutkan sebanyak 25 kali, dimana 6 diantaranya tidak merujuk pada Allah, melainkan pada salah satu jenis makanan misalnya, atau pintu, dan lain sebagainya. Sisanya 19 kali merujuk pada Allah. Total jumlah dan nomer surat (nomer surat + jumlah ayat pada masing – masing surat) dimana 19 kata “waahid” yang merujuk pada Allah adalah 361 = 19 x 19. Jadi 19 melambangkan keEsaan Allah.
Selain itu kalimat Basmalah pada (QS 1:1) terdiri dari 19 huruf Arab. Lalu Al-Quran terdiri dari 114 surah, 19x6. Selanjutnya, ayat pertama turun (QS 96:1) terdiri dari 19 huruf. Lainnya, surah 96 (al-‘Alaq) ditempatkan pada 19 terakhir dari 114 surah (dihitung mundur dari surah 114), dan terdiri dari 19 ayat. Lainnya lagi surat terakhir yang turun adalah surah An-Nashr atau surah 110 yang terdiri dari 3 ayat. Surat terakhir yang turun dari 19 kata dan ayat pertama terdiri dari 19 huruf.
Sama halnya dengan surah 74 ayat 30 yang artinya, “Di atasnya ada sembilanbelas.” Sebagian besar dari ahli tafsir menafsirkan 19 sebagai jumlah malaikat. Menurut Dr Rasha Khalifa, menafsirkan bilangan 19 sebagai jumlah malaikat adalah tidak tepat karena bagaimana mungkin jumlah malaikat dapat dijadikan ujian/tes bagi orang – orang kafir, untuk meyakinkan orang – orang Yahudi dan Nasrani, untuk meningkatkan keimanan orang yang sudah beriman, dan juga untuk menghilangkan keragu – raguan pada ayat 31-nya. Jadi, menurut Dr Khalifa, bilangan 19 ini merupakan salah satu bilangan keajaiban dalam Al-Quran.
Langman’s Medical Embryology, oleh T.W. Sadler yang merupakan buku teks di sekolah kedokteran Amerika Serikat diperoleh pernyataan “secara umum lamanya kehamilan adalah 280 hari atau 4 minggu setelah haid terakhir atau lebih tepatnya 266 hari atau 38 minggu setelah terjadinya pembuahan”. Angka 266 dan 38 kedua – duanya adalah kelipatan dari 19 atau 19x14 dan 19x2.
Dan masih banyak lagi angka – angka lain didalam Al-Quran yang habis dibagi 19. Hal ini menunjukkan akan hebat dan agungnya Al-Quran sebagai kitab suci karya Tuhan dan bukan buatan Muhammad ataupun manusia. Oleh sebab itu, sampai kapanpun tak akan ada makhluk yang bisa menandingi senarai kehebatan dan keajaiban yang terkandung dalam Al-Quran. Keasliannya akan tetap terjad sampai Hari Kiamat.
Allah menciptakan segala apa yang ada di alam semesta ini dengan perhitungan logika yang sangat matang atau logis (masuk akal) termasuk Al-Quran, sebagaimana yang pernah dikatakan oleh Galileo (1564-1642 AD) bahwa matematika adalah bahasa yang digunakan Tuhan dalam menuliskan alam semesta ini.
Demikian kehebatan dan keagungan yang terkandung dalam Al-Quran, karena kehebatannya itu bahkan para ilmuwan Eropa sampai menelaah dan mencari fakta – fakta yang diungkap dalam Al-Quran untuk dijadikan bahan penelitiannya. Lantas mengapa umat islam yang jelasnya sebagai pemegang utama Al-Quran masih malas untuk mengkaji dan memperlajarinya secara mendalam?
Sepatutnya, dengan mengetahui segenap kehebatan dan keajaiban Al-Quran, hati dan nalar kita menjadi semakin yakin dan mengimani ayat – ayat yang terkandung di dalamnya, serta dapat meningkatkan taraf ketaqwaan kita kepada Allah subhanahu Wata’ala. Wallahu a’lam