Disebutkan dengan jelas dalam Al Qur’an bahwa Allah merupakan Tuhan yang tidak beranak ataupun diperanakkan. Namun kaum Yahudi dan Nasrani justru menjadikan Isa Al Masih dan Uzair sebagai anak Allah.
Allah pun mengabadikan perkataan kaum Yahudi dan Nasrani tersebut dalam Al Qur’an surat At Taubah ayat 30.
“Orang-orang Yahudi berkata, ‘Uzair itu putera Allah’ dan orang-orang Nasrani berkata ‘Al Masih itu putera Allah’. Demikian itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu.” (QS At Taubah 30)
Jika Isa merupakan seorang Nabi dan Rasul, lantas bagaimana bisa Uzair disebut putera atau anak Allah? Siapa juga Uzair tersebut?
Ada beragam versi mengenai kisah Uzair dan yang jelas, Uzair disebut anak Allah karena ia merupakan satu-satunya yang hafal Taurat di kalangan Bani Israil.
Dalam penjelasan yang disampaikan oleh Ibnu Katsir dan bersumber dari As Sudi disebutkan bahwa dahulu terdapat suku Amalliq, kaum kafir yang menguasai Palestina dan menawan sejumlah ulama Bani Israil. Sementara itu Uzair berhasil selamat dan ia hanya bisa menangisi para ulama yang meninggal maupun ditahan. Ini karena dengan tidak adanya ulama, maka tak ada lagi yang bisa mengajari Taurat.
Setiap hari Uzair menangis hingga kedua kelopak matanya menjadi sakit. Hingga suatu hari ia melewati sebuah kuburan yang disana terdapat seorang wanita tengah menangis di dekat kuburan seraya berkata:
“Siapa yang akan memberi makan aku.. siapa yang akan memberiku pakaian…”
Uzair kemudian spontan mendekati dan berusaha mengingatkan wanita tersebut.
“Kamu kenapa? Siapa yang memberi makan kamu sebelum kejadian ini?” tanya Uzair.
“Allah,” jawab wanita tersebut.
“Kalau begitu, ingat, Allah Maha Hidup dan tidak mati,” ucap Uzair.
Namun ternyata wanita tersebut mengetahui keadaan Uzair yang senantiasa menangis karena kehilangan para ulama.
“Wahai Uzair, siapa yang mengajari para ulama sebelum Bani Israil?” tanyanya balik.
“Allah,” jawab Uzair.
“Lalu kenapa kamu menangisi kepergian mereka?” tanyanya.
Uzair pun tersadar telah diingatkan oleh wanita tersebut. Sang wanita pun kemudian melanjutkan nasehatnya.
“Pergilah ke sungai sana, mandi dan kerjakan shalat 2 rakaat di sana. Kamu akan bertemu orang tua di sana. Jika dia memberi makan kamu, makanlah.”
Uzair kemudian menuruti ucapan wanita tersebut dan bertemulah ia dengan sosok orangtua yang dimaksud.
“Buka mulutmu,” ucap orangtua tersebut.
Uzair kemudian melihat bahwa ia tengah disuapi benda seperti batu bara sebanyak 3 kali. Setelah itu Uzair mendadak hafal akan taurat dan paham pula isinya.
Maka ketika kembali ke kampungnya, Uzair berkata,”Hai Bani Israil, aku datang kepada kalian dengan membawa taurat.”
Merasa dibohongi oleh Uzair, sebagian warga kemudian menyebut bahwa Uzair seorang pembohong. Namun Uzair tidak diam dan ia mengambil pensil serta menuliskan semua isi taurat.
Ketika sejumlah ulama dibebaskan dari suku Amaliq, kaum Bani Israil kemudian menyampaikan mengenai Uzair yang disebut hafal taurat. Ketika para ulama mengambil naskah taurat yang disembunyikan di puncak gunung, ternyata isinya sama dengan apa yang ditulis oleh Uzair.
Lantaran hal tersebut, Bani Israil atau Yahudi pun meyakini bahwa Uzair merupakan anak Allah. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sebutkan itu. Wallahu A’lam.
Allah pun mengabadikan perkataan kaum Yahudi dan Nasrani tersebut dalam Al Qur’an surat At Taubah ayat 30.
“Orang-orang Yahudi berkata, ‘Uzair itu putera Allah’ dan orang-orang Nasrani berkata ‘Al Masih itu putera Allah’. Demikian itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu.” (QS At Taubah 30)
Jika Isa merupakan seorang Nabi dan Rasul, lantas bagaimana bisa Uzair disebut putera atau anak Allah? Siapa juga Uzair tersebut?
Ada beragam versi mengenai kisah Uzair dan yang jelas, Uzair disebut anak Allah karena ia merupakan satu-satunya yang hafal Taurat di kalangan Bani Israil.
Dalam penjelasan yang disampaikan oleh Ibnu Katsir dan bersumber dari As Sudi disebutkan bahwa dahulu terdapat suku Amalliq, kaum kafir yang menguasai Palestina dan menawan sejumlah ulama Bani Israil. Sementara itu Uzair berhasil selamat dan ia hanya bisa menangisi para ulama yang meninggal maupun ditahan. Ini karena dengan tidak adanya ulama, maka tak ada lagi yang bisa mengajari Taurat.
Setiap hari Uzair menangis hingga kedua kelopak matanya menjadi sakit. Hingga suatu hari ia melewati sebuah kuburan yang disana terdapat seorang wanita tengah menangis di dekat kuburan seraya berkata:
“Siapa yang akan memberi makan aku.. siapa yang akan memberiku pakaian…”
Uzair kemudian spontan mendekati dan berusaha mengingatkan wanita tersebut.
“Kamu kenapa? Siapa yang memberi makan kamu sebelum kejadian ini?” tanya Uzair.
“Allah,” jawab wanita tersebut.
“Kalau begitu, ingat, Allah Maha Hidup dan tidak mati,” ucap Uzair.
Namun ternyata wanita tersebut mengetahui keadaan Uzair yang senantiasa menangis karena kehilangan para ulama.
“Wahai Uzair, siapa yang mengajari para ulama sebelum Bani Israil?” tanyanya balik.
“Allah,” jawab Uzair.
“Lalu kenapa kamu menangisi kepergian mereka?” tanyanya.
Uzair pun tersadar telah diingatkan oleh wanita tersebut. Sang wanita pun kemudian melanjutkan nasehatnya.
“Pergilah ke sungai sana, mandi dan kerjakan shalat 2 rakaat di sana. Kamu akan bertemu orang tua di sana. Jika dia memberi makan kamu, makanlah.”
Uzair kemudian menuruti ucapan wanita tersebut dan bertemulah ia dengan sosok orangtua yang dimaksud.
“Buka mulutmu,” ucap orangtua tersebut.
Uzair kemudian melihat bahwa ia tengah disuapi benda seperti batu bara sebanyak 3 kali. Setelah itu Uzair mendadak hafal akan taurat dan paham pula isinya.
Maka ketika kembali ke kampungnya, Uzair berkata,”Hai Bani Israil, aku datang kepada kalian dengan membawa taurat.”
Merasa dibohongi oleh Uzair, sebagian warga kemudian menyebut bahwa Uzair seorang pembohong. Namun Uzair tidak diam dan ia mengambil pensil serta menuliskan semua isi taurat.
Ketika sejumlah ulama dibebaskan dari suku Amaliq, kaum Bani Israil kemudian menyampaikan mengenai Uzair yang disebut hafal taurat. Ketika para ulama mengambil naskah taurat yang disembunyikan di puncak gunung, ternyata isinya sama dengan apa yang ditulis oleh Uzair.
Lantaran hal tersebut, Bani Israil atau Yahudi pun meyakini bahwa Uzair merupakan anak Allah. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sebutkan itu. Wallahu A’lam.
Baca Juga: Hampir Saja Langit Terbelah Dan Bumi Pecah Gara-Gara Ucapan Ini