Diduga akibat kelebihan muatan dan tak bisa menahan arus derasnya bengawan Solo, sebuah perahu kayu yang ditumpangi Santri Pondok Pesantren Langitan, Tuban terbalik dan tenggelam. Atas peristiwa tersebut, dilaporkan sebanyak 7 santri hilang dan belum ditemukan hingga saat ini.
Dari sumber di lapangan, peristiwa perahu terbalik ini terjadi Jumat (7/10)sekitar pukul 10.00. Saat itu 25 santri hendak menyebrang Kali Bengawan Solo di seberang Pondok Langitan Widang Tuban. Mereka menggunakan jasa penyebrangan perahu kayu untuk menuju Babat, Lamongan.
Saat itu, perahu yang dinahkodai Markat (61), Warga Dusun Selawe Desa Ngadirejo, Kecamatan Widang, Tuban berjalan pelan. Namun saat di tengah kali, mendadak arus menjadi deras. Karena beban perahu yang terlalu berat, sehingga perahu oleng lalu terbalik dan tenggelam.
Sebanyak 18 santri berhasil selamat berenang menepi. Sedangkan tujuh santri lainnya masih hilang. Polisi dibantu BPBD Lamongan masih melakukan pencarian terhadap para korban. Sedangkan korban selamat dikumpulkan di musala terdekat dan kemudian dibawa ke Polsek Babat.
Menurut Suprapto, Kepala BPPD Lamongan peristiwa terbaliknya perahu tersebut dikarena beban bagian depan perahu terlalu berat. ”Saat menyeberang hampir sampai di Babat perahunya terguling. Karena saat ini status Bengawan Solo juga siaga,” katanya.
M. Imam Buchori, salah satu saksi yang juga penumpang selamat menjelaskan, 25 santri berencana ke Pasar Babat untuk membeli kebutuhan pokok. Sebab Jumat merupakan hari libur santri.
‘’Kami Berangkat sekitar pukul 09.30 dari Widang,’’ jelas Imam. Saat mendekati Dusun Tambangan, tiba-tiba perahu berat di bagian depan. Akibatnya, keseimbangan perahu tidak terjaga dan selanjutnya terbalik.
Seluruh penumpang tercebur ke Bengawan Solo. Pengemudi perahu yang bisa berenang membalikkan perahu. Tujuannya, agar perahu tetap mengambang dan bisa dijadikan pegangan penumpang.
‘’Tidak ingat secara pasti karena kejadian cukup cepat,’’ tuturnya.
Imam mengaku saat kejadian seluruh penumpang panik dan berupaya menyelamatkan diri. Dia yang bisa berenang diselamatkan perahu lainnya.
‘’Saat itu tidak tahu siapa saja santri yang selamat,’’ ujarnya.
Hingga saat ini, Pencarian yang dipimpin Basarnas masih berlangsung. Pemerintah Jawa Timur juga telah memberikan santunan bagi 25 santri Pondok Pesantren Langitan yang terkena musibah perahu tenggelam di Bengawan Solo. Total santunan Rp 95 juta.
"Santunan Rp 63 juta untuk 18 santri yang selamat, dan Rp 35 juta untuk tujuh orang santri yang sampai saat ini belum ditemukan," kata Kepala Biro Administrasi Kesejahteraan Rakyat Setdaprov Jatim, Siti Nurahmi, Sabtu (8/10/2016)
Dari data Papan Informasi Penanggulangan Bencana Kabupaten Tuban, identitas tujuh santri langitan korban perahu tenggelam tersebut adalah:
1. Abdullah Umar (15) asal Kecamatan Bedilan Gresik
2. M Afiq Fadlil (19), asal Desa Bulakparen, Kecamatan Bulukamba Kabupaten Brebes
3. Moh Barikly Amry (12), asal Laren Kecamatan Manyar Gresik
4. Mohammad Arif Mabruri (19), asal Desa Ngampal, Kecamatan Sumberrejo Bojonegoro
5. Muhsin (16), asal Kelurahan Pacar Kembang Kecamatan Tambaksari Surabaya
6. Rizki Nur Habib (15), asal Desa Cinta Rakyat, Kecamatan Percuit Seituan kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara
7. Lujaini Dani (13), asal Desa Peganden Kecamatan Manyar, Gresik
Dari sumber di lapangan, peristiwa perahu terbalik ini terjadi Jumat (7/10)sekitar pukul 10.00. Saat itu 25 santri hendak menyebrang Kali Bengawan Solo di seberang Pondok Langitan Widang Tuban. Mereka menggunakan jasa penyebrangan perahu kayu untuk menuju Babat, Lamongan.
Saat itu, perahu yang dinahkodai Markat (61), Warga Dusun Selawe Desa Ngadirejo, Kecamatan Widang, Tuban berjalan pelan. Namun saat di tengah kali, mendadak arus menjadi deras. Karena beban perahu yang terlalu berat, sehingga perahu oleng lalu terbalik dan tenggelam.
Sebanyak 18 santri berhasil selamat berenang menepi. Sedangkan tujuh santri lainnya masih hilang. Polisi dibantu BPBD Lamongan masih melakukan pencarian terhadap para korban. Sedangkan korban selamat dikumpulkan di musala terdekat dan kemudian dibawa ke Polsek Babat.
Menurut Suprapto, Kepala BPPD Lamongan peristiwa terbaliknya perahu tersebut dikarena beban bagian depan perahu terlalu berat. ”Saat menyeberang hampir sampai di Babat perahunya terguling. Karena saat ini status Bengawan Solo juga siaga,” katanya.
M. Imam Buchori, salah satu saksi yang juga penumpang selamat menjelaskan, 25 santri berencana ke Pasar Babat untuk membeli kebutuhan pokok. Sebab Jumat merupakan hari libur santri.
‘’Kami Berangkat sekitar pukul 09.30 dari Widang,’’ jelas Imam. Saat mendekati Dusun Tambangan, tiba-tiba perahu berat di bagian depan. Akibatnya, keseimbangan perahu tidak terjaga dan selanjutnya terbalik.
Salah satu orang tua santri Langitan yang anaknya masih belum ditemukan karena tenggelam di Bengawan Solo |
Seluruh penumpang tercebur ke Bengawan Solo. Pengemudi perahu yang bisa berenang membalikkan perahu. Tujuannya, agar perahu tetap mengambang dan bisa dijadikan pegangan penumpang.
‘’Tidak ingat secara pasti karena kejadian cukup cepat,’’ tuturnya.
Imam mengaku saat kejadian seluruh penumpang panik dan berupaya menyelamatkan diri. Dia yang bisa berenang diselamatkan perahu lainnya.
‘’Saat itu tidak tahu siapa saja santri yang selamat,’’ ujarnya.
Hingga saat ini, Pencarian yang dipimpin Basarnas masih berlangsung. Pemerintah Jawa Timur juga telah memberikan santunan bagi 25 santri Pondok Pesantren Langitan yang terkena musibah perahu tenggelam di Bengawan Solo. Total santunan Rp 95 juta.
"Santunan Rp 63 juta untuk 18 santri yang selamat, dan Rp 35 juta untuk tujuh orang santri yang sampai saat ini belum ditemukan," kata Kepala Biro Administrasi Kesejahteraan Rakyat Setdaprov Jatim, Siti Nurahmi, Sabtu (8/10/2016)
Dari data Papan Informasi Penanggulangan Bencana Kabupaten Tuban, identitas tujuh santri langitan korban perahu tenggelam tersebut adalah:
1. Abdullah Umar (15) asal Kecamatan Bedilan Gresik
2. M Afiq Fadlil (19), asal Desa Bulakparen, Kecamatan Bulukamba Kabupaten Brebes
3. Moh Barikly Amry (12), asal Laren Kecamatan Manyar Gresik
4. Mohammad Arif Mabruri (19), asal Desa Ngampal, Kecamatan Sumberrejo Bojonegoro
5. Muhsin (16), asal Kelurahan Pacar Kembang Kecamatan Tambaksari Surabaya
6. Rizki Nur Habib (15), asal Desa Cinta Rakyat, Kecamatan Percuit Seituan kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara
7. Lujaini Dani (13), asal Desa Peganden Kecamatan Manyar, Gresik