Kisah Nyata: Sebelum Tidur Senantiasa Membaca 100 Kali Shalawat, Hal Aneh Pun Terjadi Menjelang Wafat
Shalawat merupakan salah satu cara kita mencintai dan mengakui kerasulan Baginda Nabi Besar Muhammad SAW, dan memohon kepada Allah SWT supaya menganugerahkan keutamaan dan kemuliaanNya demi kebaikan kita sebagai umatnya. Dalam hal ini, nampak jelas bahwasanya hakikat sholawat bukan hanya sekadar menyenandungkan madah kepada baginda Nabi akhir zaman saja, melainkan juga memiliki sisi lain yaitu bermunajat kepada sang Khaliq sebagai Raja Semesta Alam, hingga ada segenap harapan yang di maksudkan dan butuh perantara sosok kinasihNya yang tak lain Rasulullah SAW agar di perkenankan.
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi . Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya .” (QS. al-Ahzab : 56)
Telah banyak kisah – kisah menakjubkan mengenai faedah dan pelbagai hikmah yang di alami oleh orang – orang yang gemar bersholawat, baik mereka yang telah di panggil ilahi maupun yang masih hidup di zaman sekarang ini. Bagaikan oase yang bertahan dalam kembara zaman, terus menerus lamat terkenang dan tak pernah lekang oleh waktu. Melantunkan shalawat tak hanya mendatangkan ketenangan hati, melainkan juga mengundang hikmah – hikmah tersendiri yang bahkan tak kan mampu di jangkau nalar. Sebagaimana yang di ceritakan dalam suatu kisah yang di sadur dari buku 114 Kisah Nyata Doa – Doa Terkabul, karya Tauhid Nur Azhar dan Sulaiman Abdurrahim, begini kiranya,
Alkisah, seorang ulama zuhud bernama Muhammad Abdullah bin Mubarrak keluar dari rumahnya untuk menunaikan ibadah haji.disana, beliau menyaksikan pemuda yang begitu larut dalam lantunan shalawat yang di senandungkannya, demikian juga tatkala di Mina dan Padang Arafah, Abdullah mendapati pemuda itu masih asyik saja dalam lantunan sholawatnya.
“Hai pemuda” tegur Abdullah kepada pemuda tersebut.
“Setiap tempat ada bacaan dan doanya tersendiri, mengapa engkau tidak malah memperbanyak shalat dan doa padahal itu yang lebih di tuntut, sedangkan engkau semenjak tadi hanya asyik bersholawat saja”
“Saya memiliki satu alasan tersendiri mengapa saya memilih begitu khusyu’ dalam bacaan sholawat” jawab pemuda itu.
“Saya beranjak dari tanah air Khurasan bersama bapak saya untuk menunaikan ibadah haji. Setiba kami di Kufah, Bapak saya terserang penyakit parah hingga ia menghembuskan nafas terakhirnya di hadapan saya sendiri. Lantas saya tutup wajahnya dengan kain sarung yang ada. Dan malangnya apabila saya buka kembali kain sarung itu, wajah bapak saya telah bertukar menjadi himar (keledai). Bagaimana saya memberitahukan kepada orang – orang ihwal meninggalnya bapak saya sedangkan wajahnya kini begitu hina dan memalukan, kemudian saya duduk termenung di sisi mayat ayah saya dalam kebingungan hingga tertidur dan bermimpi. Dalam mimpi itu saya bertemu dengan pemuda yang memakai penutup muka dan sangat baik akhlaknya. Dia lantas membuka penutup muka itu seraya menatap saya dan berkata, ‘Mengapa engkau bersedih dengan apa yang telah terjadi?’, saya menjawab, ‘Bagaimana saya tidak bersedih sedangkan dialah orang yang paling saya sayangi”. lanjutnya.
Pemuda itu kemudian mendekati mayat ayah saya dan mengusap wajahnya hingga berubah seperti sediakala, saya juga menyaksikan wajah mayat ayah saya yang begitu berderang memancarkan cahaya seperti purnama yang baru terbit.
‘Engkau siapa?” tanya saya kepada pemuda tampan itu.
‘Saya yang terpilih (Muhammad).”
Kemudian saya memegang jemarinya dan berkata, ‘Wahai Tuan, beritahukan saya bagaimana peristiwa ini bisa terjadi?.’
“Sesungguhnya ayahmu seorang pemakan harta riba, Allah telah tetapkan hukuman bagi mereka agar di tukar wajahnya menjadi wajah keledai yang hina di dunia tetapi tidak di akhirat. Semasa hayatnya juga, ayahmu termasuk orang yang gemar bersholawat kepadaku sebanyak 100 kali sebelum tidur. Jadi saat amalan umatku di pertontonkan, malaikat telah menyampaikan kondisi ayahmu kepadaku. Aku telah memohon izin kepada Allah untuk memberi syafaat kepada ayahmu. Dan demikian aku datang untuk memulihkan wajah ayahmu sebagaimana sediakala”
Semoga kisah diatas bisa diambil pelajaran dan bermanfaat untuk pembaca semua, yakni dengan senantiasa membaca shalawat bisa memberikan syafaat pada kita baik di dunia maupun di akhirat.
Wallahu a'lam bishawab.
Ilustrasi |
Shalawat merupakan salah satu cara kita mencintai dan mengakui kerasulan Baginda Nabi Besar Muhammad SAW, dan memohon kepada Allah SWT supaya menganugerahkan keutamaan dan kemuliaanNya demi kebaikan kita sebagai umatnya. Dalam hal ini, nampak jelas bahwasanya hakikat sholawat bukan hanya sekadar menyenandungkan madah kepada baginda Nabi akhir zaman saja, melainkan juga memiliki sisi lain yaitu bermunajat kepada sang Khaliq sebagai Raja Semesta Alam, hingga ada segenap harapan yang di maksudkan dan butuh perantara sosok kinasihNya yang tak lain Rasulullah SAW agar di perkenankan.
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi . Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya .” (QS. al-Ahzab : 56)
Telah banyak kisah – kisah menakjubkan mengenai faedah dan pelbagai hikmah yang di alami oleh orang – orang yang gemar bersholawat, baik mereka yang telah di panggil ilahi maupun yang masih hidup di zaman sekarang ini. Bagaikan oase yang bertahan dalam kembara zaman, terus menerus lamat terkenang dan tak pernah lekang oleh waktu. Melantunkan shalawat tak hanya mendatangkan ketenangan hati, melainkan juga mengundang hikmah – hikmah tersendiri yang bahkan tak kan mampu di jangkau nalar. Sebagaimana yang di ceritakan dalam suatu kisah yang di sadur dari buku 114 Kisah Nyata Doa – Doa Terkabul, karya Tauhid Nur Azhar dan Sulaiman Abdurrahim, begini kiranya,
Alkisah, seorang ulama zuhud bernama Muhammad Abdullah bin Mubarrak keluar dari rumahnya untuk menunaikan ibadah haji.disana, beliau menyaksikan pemuda yang begitu larut dalam lantunan shalawat yang di senandungkannya, demikian juga tatkala di Mina dan Padang Arafah, Abdullah mendapati pemuda itu masih asyik saja dalam lantunan sholawatnya.
“Hai pemuda” tegur Abdullah kepada pemuda tersebut.
“Setiap tempat ada bacaan dan doanya tersendiri, mengapa engkau tidak malah memperbanyak shalat dan doa padahal itu yang lebih di tuntut, sedangkan engkau semenjak tadi hanya asyik bersholawat saja”
“Saya memiliki satu alasan tersendiri mengapa saya memilih begitu khusyu’ dalam bacaan sholawat” jawab pemuda itu.
“Saya beranjak dari tanah air Khurasan bersama bapak saya untuk menunaikan ibadah haji. Setiba kami di Kufah, Bapak saya terserang penyakit parah hingga ia menghembuskan nafas terakhirnya di hadapan saya sendiri. Lantas saya tutup wajahnya dengan kain sarung yang ada. Dan malangnya apabila saya buka kembali kain sarung itu, wajah bapak saya telah bertukar menjadi himar (keledai). Bagaimana saya memberitahukan kepada orang – orang ihwal meninggalnya bapak saya sedangkan wajahnya kini begitu hina dan memalukan, kemudian saya duduk termenung di sisi mayat ayah saya dalam kebingungan hingga tertidur dan bermimpi. Dalam mimpi itu saya bertemu dengan pemuda yang memakai penutup muka dan sangat baik akhlaknya. Dia lantas membuka penutup muka itu seraya menatap saya dan berkata, ‘Mengapa engkau bersedih dengan apa yang telah terjadi?’, saya menjawab, ‘Bagaimana saya tidak bersedih sedangkan dialah orang yang paling saya sayangi”. lanjutnya.
Pemuda itu kemudian mendekati mayat ayah saya dan mengusap wajahnya hingga berubah seperti sediakala, saya juga menyaksikan wajah mayat ayah saya yang begitu berderang memancarkan cahaya seperti purnama yang baru terbit.
‘Engkau siapa?” tanya saya kepada pemuda tampan itu.
‘Saya yang terpilih (Muhammad).”
Kemudian saya memegang jemarinya dan berkata, ‘Wahai Tuan, beritahukan saya bagaimana peristiwa ini bisa terjadi?.’
“Sesungguhnya ayahmu seorang pemakan harta riba, Allah telah tetapkan hukuman bagi mereka agar di tukar wajahnya menjadi wajah keledai yang hina di dunia tetapi tidak di akhirat. Semasa hayatnya juga, ayahmu termasuk orang yang gemar bersholawat kepadaku sebanyak 100 kali sebelum tidur. Jadi saat amalan umatku di pertontonkan, malaikat telah menyampaikan kondisi ayahmu kepadaku. Aku telah memohon izin kepada Allah untuk memberi syafaat kepada ayahmu. Dan demikian aku datang untuk memulihkan wajah ayahmu sebagaimana sediakala”
Semoga kisah diatas bisa diambil pelajaran dan bermanfaat untuk pembaca semua, yakni dengan senantiasa membaca shalawat bisa memberikan syafaat pada kita baik di dunia maupun di akhirat.
Wallahu a'lam bishawab.