Hubungan Arab Saudi dan Iran kembali memanas setelah kedua negara saling melontarkan tudingan terkait tragedi Mina yang mengakibatkan lebih dari 400 jemaah haji asal Iran meninggal dunia.
Kendati telah setahun berlalu, pemerintah Iran masih belum bisa melupakan tragedi berdarah tersebut.
Hal itu membuat hubungan antara kedua negara tersebut semakin memanas, Iran semakin kecewa dengan sikap cuek Saudi. Padahal, jumlah korban tewas dari Iran sangat banyak.
Dilansir BBC, Selasa 6 September 2016, menandai setahun insiden Mina, pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei melancarkan serangan kata-kata pedas terhadap Arab Saudi dengan menuduh pemerintah negeri itu 'membunuh' para jamaah haji yang terperangkap dalam peristiwa desak-desakan selama musim haji tahun lalu.
Khamenei juga menuding Arab Saudi telah menelantarkan para jamaah haj iyang terluka. Pasalnya, kata Khamenei, sewaktu kejadian, jamaah haji yang terluka itu dikurung dalam kontainer dan tidak diberikan perawatan medis yang memadai.
"Aparat Arab Saudi yang keji dan tak punya hati memasukkan orang-orang yang terluka bersama orang-orang yang meninggal dalam kontainer yang terkunci dan bukannya mengobati mereka atau setidaknya melepaskan dahaga mereka. Mereka telah membunuh jamaah," demikian pernyataan Khamenei menandai setahun terjadinya peristiwa maut tersebut.
Masih dalam pernyataan yang sama, Khamenei menyesalkan sikap Arab Saudi yang tak mau meminta maaf dan mengadili orang-orang yang bersalah dalam tragedi Mina tersebut.
Kata-kata pedas yang meluncur dari pemimpin tertinggi Iran tersebut telah membuat sejumlah ulama Arab Saudi tersulut. Seperti dilaporkan Kantor Berita AP, Selasa 6 Agustus 2016, ulama Arab Saudi, Imam Besar Abdul Aziz Al Sheikh mengatakan, retorika yang dilontarkan Iran terhadap Kerajaan Arab Saudi menunjukkan para pemimpin Iran "bukan Muslim".
Abdul Aziz, ketika menjawab tudingan Iran menyatakan, pernyataan keras Khamenei terhadap Arab Saudi tersebut "bukan hal mengejutkan" karena warga Iran merupakan keturunan kaum “Majusi”. Kaum tersebut, lanjut Abdul Aziz, merupakan terminologi yang mengacu pada kelompok Zoroaster dan komunitas lainnya yang memuja api.
Zoroaster merupakan ajaran monoteisme yang telah ada sebelum Kristen dan Islam muncul. Agama tersebut mendominasi keyakinan warga Persia sebelum Arab masuk ke wilayah tersebut.
"Kita harus mengetahui bahwa mereka itu bukan Islam Mereka itu keturunan Majusi dan sikap permusuhan mereka terhadap Muslim, khususnya Sunni, sudah berlangsung sangat lama," ujar Abdul Aziz.
Tak ayal, pernyataan Imam Besar Saudi tersebut semakin membuat hubungan antar dua negara tersebut semakin retak.
Kendati telah setahun berlalu, pemerintah Iran masih belum bisa melupakan tragedi berdarah tersebut.
Hal itu membuat hubungan antara kedua negara tersebut semakin memanas, Iran semakin kecewa dengan sikap cuek Saudi. Padahal, jumlah korban tewas dari Iran sangat banyak.
Dilansir BBC, Selasa 6 September 2016, menandai setahun insiden Mina, pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei melancarkan serangan kata-kata pedas terhadap Arab Saudi dengan menuduh pemerintah negeri itu 'membunuh' para jamaah haji yang terperangkap dalam peristiwa desak-desakan selama musim haji tahun lalu.
Khamenei juga menuding Arab Saudi telah menelantarkan para jamaah haj iyang terluka. Pasalnya, kata Khamenei, sewaktu kejadian, jamaah haji yang terluka itu dikurung dalam kontainer dan tidak diberikan perawatan medis yang memadai.
"Aparat Arab Saudi yang keji dan tak punya hati memasukkan orang-orang yang terluka bersama orang-orang yang meninggal dalam kontainer yang terkunci dan bukannya mengobati mereka atau setidaknya melepaskan dahaga mereka. Mereka telah membunuh jamaah," demikian pernyataan Khamenei menandai setahun terjadinya peristiwa maut tersebut.
Masih dalam pernyataan yang sama, Khamenei menyesalkan sikap Arab Saudi yang tak mau meminta maaf dan mengadili orang-orang yang bersalah dalam tragedi Mina tersebut.
Kata-kata pedas yang meluncur dari pemimpin tertinggi Iran tersebut telah membuat sejumlah ulama Arab Saudi tersulut. Seperti dilaporkan Kantor Berita AP, Selasa 6 Agustus 2016, ulama Arab Saudi, Imam Besar Abdul Aziz Al Sheikh mengatakan, retorika yang dilontarkan Iran terhadap Kerajaan Arab Saudi menunjukkan para pemimpin Iran "bukan Muslim".
Abdul Aziz, ketika menjawab tudingan Iran menyatakan, pernyataan keras Khamenei terhadap Arab Saudi tersebut "bukan hal mengejutkan" karena warga Iran merupakan keturunan kaum “Majusi”. Kaum tersebut, lanjut Abdul Aziz, merupakan terminologi yang mengacu pada kelompok Zoroaster dan komunitas lainnya yang memuja api.
Zoroaster merupakan ajaran monoteisme yang telah ada sebelum Kristen dan Islam muncul. Agama tersebut mendominasi keyakinan warga Persia sebelum Arab masuk ke wilayah tersebut.
"Kita harus mengetahui bahwa mereka itu bukan Islam Mereka itu keturunan Majusi dan sikap permusuhan mereka terhadap Muslim, khususnya Sunni, sudah berlangsung sangat lama," ujar Abdul Aziz.
Tak ayal, pernyataan Imam Besar Saudi tersebut semakin membuat hubungan antar dua negara tersebut semakin retak.