Sebanyak 12 orang jamaah calon haji (JCH) yang menggunakan paspor Filipina, berasal dari Pasuruan, Jawa Timur. Begitu mengetahui informasi itu, Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf (Gus Ipul) langsung meluncur ke Pasuruan, Kamis (25/8/2016), untuk mencari orang bernama Gus Huda yang memberangkatkan mereka ke Filipina.
Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Arafah, milik Gus Huda, mendadak tutup setelah terbongkarnya kasus pemberangkatan 177 jamaah calon haji asal Indonesia yang menggunakan paspor Filipina. Kantor KBIH Arafah terletak di pinggir jalan dan berwarna kuning.
Rumah Gus Huda berada di belakang kantor itu, menempati lahan seluas sekira 200 meter persegi. Ada pendopo cukup besar di depan rumah.
Wakil Gubernur (Wagub) Saifullah Yusuf didampingi Bupati Pasuruan Irsyad Yusuf tiba di rumah Gus Huda setelah bertemu dengan keluarga para JCH yang menggunakan paspor Filipina. "Saya ini juga korban," kata Gus Huda kepada Saifullah Yusuf.
Dikatakan, ia menjadi korban dari rekannya yang berada di Jakarta, H Andi. Gus Huda mengaku baru setahun mengenal H Andi. Bahkan Gus Huda tidak tahu nama lengkap H Andi.
H Andi inilah yang meyakinkan Gus Huda agar memberangkatkan para jamaah lewat Filipina melalui perusahaannya yang bernama Ramanah. H Andi mengambil jatah 10 ribu dolar AS, sedangkan menurut pengakuan Gus Huda, para calon jamaah haji menyetor Rp 130 juta kepada dirinya.
Ada 12 jamaah calon haji sehingga uang yang masuk ke Gus Huda Rp 1,56 miliar. Satu di antara calon jamaah haji itu adalah istri Gus Huda, Nurul Mahmudah.
Peran H Andi adalah menjadi penghubung dengan para syeikh di Filipina. Setiap musim haji, para syeikh itu datang ke Indonesia bertemu H Andi. Kemudian H Andi ditawari akses khusus bagi jamaah calon haji melalui Filipina. Daftar tunggu berangkat haji dari Filipina relatif cepat yakni hanya dua tahun.
Menurut Gus Huda, awalnya ia ragu terhadap tawaran itu. Namun ia kemudian menerima tawaran tersebut. Ketika ditanya bagaimana caranya, H Andi meyakinkannya, Gus Huda mengatakan H Andi memastikan jalur yang ditempuh aman.
"Setiap hari saya dihubungi," katanya. Gus Huda juga tahu para jamaah calon haji itu menggunakan paspor Filipina. Tapi seolah tidak mau peduli, Gus Huda mengikuti begitu saja instruksi Hj Andi.
Komunikasi terakhir antara Gus Huda dengan H Andi terjadi Rabu malam. Saat coba dihubungi Kamis sore, nomor H Andi tidak aktif. "Lihat, tidak bisa dihubungi," kata Gus Huda sembari menunjukkan layar ponsel dengan tangan gemetar kepada para wartawan.
"Awalnya saya merasa ragu. Tapi karena berkali-kali dia telpon dan meyakinkan saya akhirnya saya yakin dan niat saya karena ingin memberangkatkan jamaah," kata Nurul.
Ia menceritakan cara Andi yang berasal dari Jambi ini saat meyakinkan dirinya agar mau memberangkatkan jamaah lewat Filipina.
"Dia bilang lewat seorang bernama Syech Rosyidi, ia menjamin perjalanan aman karena syech tersebut sudah sering memberangkatkan jemaah dari Indonesia. Ada juga dari Malaysia yang berangkat lewat dia. Andi bilang, setiap tahun jelang musim haji, syech ini selalu datang ke Indonesia untuk mencari orang yang mau diberangkatkan," terangnya dengan bahasa yang sangat lancar.
"Saya telepon berkali-kali, diangkat tapi pak Andi tidak bisa memberikan solusi," terangnya.
Sekali lagi, Nurul mengulang pernyataannya bahwa dirinya sama sekali tidak memiliki niat buruk. "Saya minta maaf atas kejadian ini," katanya.
Dicecar wartawan apakah ia siap jika para korban membawa kasus tersebut ke ranah hukum, dia menjawab diplomatis.
"Saya tidak punya niat jelek. Saya selama ini nggak pernah ada masalah dengan dengan warga Pasuruan, saya baik sama pemerintah baik, sama Kemenag dan kepolisian," ujarnya.
Gus Huda, Pemilik KBIH Arafah |
Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Arafah, milik Gus Huda, mendadak tutup setelah terbongkarnya kasus pemberangkatan 177 jamaah calon haji asal Indonesia yang menggunakan paspor Filipina. Kantor KBIH Arafah terletak di pinggir jalan dan berwarna kuning.
Rumah Gus Huda berada di belakang kantor itu, menempati lahan seluas sekira 200 meter persegi. Ada pendopo cukup besar di depan rumah.
Wakil Gubernur (Wagub) Saifullah Yusuf didampingi Bupati Pasuruan Irsyad Yusuf tiba di rumah Gus Huda setelah bertemu dengan keluarga para JCH yang menggunakan paspor Filipina. "Saya ini juga korban," kata Gus Huda kepada Saifullah Yusuf.
Dikatakan, ia menjadi korban dari rekannya yang berada di Jakarta, H Andi. Gus Huda mengaku baru setahun mengenal H Andi. Bahkan Gus Huda tidak tahu nama lengkap H Andi.
H Andi inilah yang meyakinkan Gus Huda agar memberangkatkan para jamaah lewat Filipina melalui perusahaannya yang bernama Ramanah. H Andi mengambil jatah 10 ribu dolar AS, sedangkan menurut pengakuan Gus Huda, para calon jamaah haji menyetor Rp 130 juta kepada dirinya.
Ada 12 jamaah calon haji sehingga uang yang masuk ke Gus Huda Rp 1,56 miliar. Satu di antara calon jamaah haji itu adalah istri Gus Huda, Nurul Mahmudah.
Peran H Andi adalah menjadi penghubung dengan para syeikh di Filipina. Setiap musim haji, para syeikh itu datang ke Indonesia bertemu H Andi. Kemudian H Andi ditawari akses khusus bagi jamaah calon haji melalui Filipina. Daftar tunggu berangkat haji dari Filipina relatif cepat yakni hanya dua tahun.
Menurut Gus Huda, awalnya ia ragu terhadap tawaran itu. Namun ia kemudian menerima tawaran tersebut. Ketika ditanya bagaimana caranya, H Andi meyakinkannya, Gus Huda mengatakan H Andi memastikan jalur yang ditempuh aman.
"Setiap hari saya dihubungi," katanya. Gus Huda juga tahu para jamaah calon haji itu menggunakan paspor Filipina. Tapi seolah tidak mau peduli, Gus Huda mengikuti begitu saja instruksi Hj Andi.
Komunikasi terakhir antara Gus Huda dengan H Andi terjadi Rabu malam. Saat coba dihubungi Kamis sore, nomor H Andi tidak aktif. "Lihat, tidak bisa dihubungi," kata Gus Huda sembari menunjukkan layar ponsel dengan tangan gemetar kepada para wartawan.
"Awalnya saya merasa ragu. Tapi karena berkali-kali dia telpon dan meyakinkan saya akhirnya saya yakin dan niat saya karena ingin memberangkatkan jamaah," kata Nurul.
KBIH Arafah Pandaan, agen travel yang memberangkatkan calon haji lewat Filipina |
Ia menceritakan cara Andi yang berasal dari Jambi ini saat meyakinkan dirinya agar mau memberangkatkan jamaah lewat Filipina.
"Dia bilang lewat seorang bernama Syech Rosyidi, ia menjamin perjalanan aman karena syech tersebut sudah sering memberangkatkan jemaah dari Indonesia. Ada juga dari Malaysia yang berangkat lewat dia. Andi bilang, setiap tahun jelang musim haji, syech ini selalu datang ke Indonesia untuk mencari orang yang mau diberangkatkan," terangnya dengan bahasa yang sangat lancar.
"Saya telepon berkali-kali, diangkat tapi pak Andi tidak bisa memberikan solusi," terangnya.
Sekali lagi, Nurul mengulang pernyataannya bahwa dirinya sama sekali tidak memiliki niat buruk. "Saya minta maaf atas kejadian ini," katanya.
Dicecar wartawan apakah ia siap jika para korban membawa kasus tersebut ke ranah hukum, dia menjawab diplomatis.
"Saya tidak punya niat jelek. Saya selama ini nggak pernah ada masalah dengan dengan warga Pasuruan, saya baik sama pemerintah baik, sama Kemenag dan kepolisian," ujarnya.