Sungguh malang nasib yang menimpa bocah bernama Farelio (5 Tahun) ini, Selain kerap dipukul oleh Pranoto (35) mantan pacar ibunya, ia juga sering dipaksa untuk makan kotorannya sendiri dan meminum air seni Pranoto.
Kejadian ini terungkap ketika Ibu korban, Wulan Triastuti (32) ingin memandikan anaknya di rumah Pranoto yang berada di Dusun Kemit, Desa Pepe, Kecamatan Ngawen.
“Saat saya mandikan, saya melihat banyak bekas luka di tubuh anak saya. Setelah saya tanya, dia mengaku sering dipukul sama mantan saya itu,” kata Wulan yang sudah menjanda sejak 2011 itu, Rabu (25/5).
Pranoto yang merupakan pelaku kejahatan ini merupakan teman dekat Wulan. Janda satu anak tersebut tak pernah menyangka jika perkenalannya dengan Pranoto akan berujung pada penyiksaan keji yang membuat anaknya menjadi trauma.
Wulan mengaku kenalan dengan Pranoto pada Oktober 2015 silam, ketika itu Wulan masih bekerja di sebuah SPBU di daerah Kwaren, Ngawen. Pranoto yang sering membeli BBM di SPBU tempat Wulan bekerja meminta nomor handphone. Semenjak itu keduanya kemudian tumbuh asmara diantara keduanya.
Selama berpacaran, Wulan diminta untuk keluar dari pekerjaan dan disuruh mencari kos-kosan. Wulan pun menerimanya karena dijanjikan akan dinikahi dan diberi uang Rp 2 juta per bulan. Namun hingga kini Wulan tak kunjung dilamar dan hanya diberi uang Rp 400 ribu per bulan.
“Kemudian dengan alasan ingin lebih dekat dengan anak saya, dia (Pranoto) mengajak anak saya untuk menginap di rumahnya sejak tanggal 28 April 2016. Namun selama berada disana justru anak saya menerima perlakuan tak manusiawi,” ungkapnya.
Mulanya, Pranoto ingin membaw Farelio untuk dirawat di rumahnya yakni Dukuh Kemit, Desa Pepe, Ngawen.
Namun, ketika Wulan mendatangi rumah Pranoto pada 2 Mei, ia mendapati banyak bekas luka di sekujur tubuh anaknya.
“Saat itu saya diminta datang ke rumahnya untuk merawat Farelio karena mau ditinggal pergi. Ketika saya mau mandikan, terdapat beberapa bekas luka seperti di dada, perut, serta memar pada paha,” kata Wulan saat ditemui di rumah orangtuanya, Dukuh Kwaren, Desa Kwaren, Ngawen, Rabu (25/5/2016).
Saat menanyakan kepada Farelio, Wulan mendapati anaknya kerap dianiaya Pranoto. Wulan sempat meminta penjelasan kepada Pranoto soal pengakuan Farelio yang dianiayai.
Namun Pranoto hanya menjawab bahwa hal itu dilakukan untuk mendidik Farelio agar besarnya nanti tak manja. Saat Wulan berniat membawa Farelio bersamanya, Pranoto malah balik mengancam akan mengalihkan hak asuh anaknya ke mantan suaminya.
“Mendengar hal itu saya ketakutan. Katanya dia bekerja di kantor pengacara dan tahu masalah hukum,” kata Wulan yang sudah menjanda sejak 2011.
Tak Bisa Membawa Anaknya Pulang
Meski belum bisa membawa pulang anaknya, Wulan selalu menyempatkan diri untuk menjenguk Farelio setiap pagi. Namun, anaknya mengalami trauma berat karena penganiayaan yang dilakukan Pranoto.
Wulan menngungkapkan bahwa anaknya sekarang sering diam dan ketakutan ketika ia datangi setiap pagi.
Hingga pada tanggal 5 Mei, ia bersama anaknya diajak berlibur bersama keluarga Pranoto ke Pantai Ayah, Kebumen.
“Karena pulang sudah larut malam, saya meminta untuk dipulangkan ke indekos bersama anaknya. Akhirnya diperbolehkan,” ungkap Wulan.
Pada 6 Mei lalu, ibunda Wulan, Atni Widati mendatangi indekos Wulan. Di tempat tersebut, ibu Wulan shock melihat kondisi cucunya. Kemudian langsung melaporkan kejadian ini pada pihak kepolisian.
“Saat pulang itu kondisi badannya mlembung. Kondisinya sangat parah,” tutur Atni.
Dari pengakuan Farelio, selama tinggal dengan Pranoto, bocah tersebut kerap mendapatkan perlakuan tak manusiawi. Farelio mengaku kerap ditampar sampai mengalami luka memar, telinga dan bibir digigit, rambut serta telapak kaki disulut korek api, kelopak mata dikucek, bahkan lehernya sering dicekik Pranoto.
Paha bocah itu juga sering dipukul menggunakan gagang sapu hingga memar. Dan yang lebih parah. Farelio juga diminta memakan kotorannya sendiri serta meminum air kencing Pranoto.
“Dari pengakuan anak saya, ketika mau minta makan hanya diberi sambal saja. Dari situ perutnya sangat sakit hingga buang air besar. Air tinjanya kemudian disuruh makan. Anak saya juga mengaku diminta minum air kencingnya Pranoto yang sudah ditempatkan dalam botol, kemudian anak saya muntah-muntah. Jika menangis tangan dan mulut anak saya diplester,” ungkapnya.
Wulan dan Atni berharap agar pihak kepolisian segera memproses laporan yang sudah disampaikan. Mereka ingin agar pelaku penyiksa anaknya, Pranoto. Dihukum dengan hukuman seberat-beratnya.
Wulan Triastuti menunjukkan bukti beberapa luka yang diderita anaknya F setelah dianiaya mantan pacarnya, (Angga Purnama/Tribun Jogja) |
Kejadian ini terungkap ketika Ibu korban, Wulan Triastuti (32) ingin memandikan anaknya di rumah Pranoto yang berada di Dusun Kemit, Desa Pepe, Kecamatan Ngawen.
“Saat saya mandikan, saya melihat banyak bekas luka di tubuh anak saya. Setelah saya tanya, dia mengaku sering dipukul sama mantan saya itu,” kata Wulan yang sudah menjanda sejak 2011 itu, Rabu (25/5).
Pranoto yang merupakan pelaku kejahatan ini merupakan teman dekat Wulan. Janda satu anak tersebut tak pernah menyangka jika perkenalannya dengan Pranoto akan berujung pada penyiksaan keji yang membuat anaknya menjadi trauma.
Wulan mengaku kenalan dengan Pranoto pada Oktober 2015 silam, ketika itu Wulan masih bekerja di sebuah SPBU di daerah Kwaren, Ngawen. Pranoto yang sering membeli BBM di SPBU tempat Wulan bekerja meminta nomor handphone. Semenjak itu keduanya kemudian tumbuh asmara diantara keduanya.
Selama berpacaran, Wulan diminta untuk keluar dari pekerjaan dan disuruh mencari kos-kosan. Wulan pun menerimanya karena dijanjikan akan dinikahi dan diberi uang Rp 2 juta per bulan. Namun hingga kini Wulan tak kunjung dilamar dan hanya diberi uang Rp 400 ribu per bulan.
“Kemudian dengan alasan ingin lebih dekat dengan anak saya, dia (Pranoto) mengajak anak saya untuk menginap di rumahnya sejak tanggal 28 April 2016. Namun selama berada disana justru anak saya menerima perlakuan tak manusiawi,” ungkapnya.
Mulanya, Pranoto ingin membaw Farelio untuk dirawat di rumahnya yakni Dukuh Kemit, Desa Pepe, Ngawen.
Namun, ketika Wulan mendatangi rumah Pranoto pada 2 Mei, ia mendapati banyak bekas luka di sekujur tubuh anaknya.
“Saat itu saya diminta datang ke rumahnya untuk merawat Farelio karena mau ditinggal pergi. Ketika saya mau mandikan, terdapat beberapa bekas luka seperti di dada, perut, serta memar pada paha,” kata Wulan saat ditemui di rumah orangtuanya, Dukuh Kwaren, Desa Kwaren, Ngawen, Rabu (25/5/2016).
Saat menanyakan kepada Farelio, Wulan mendapati anaknya kerap dianiaya Pranoto. Wulan sempat meminta penjelasan kepada Pranoto soal pengakuan Farelio yang dianiayai.
Namun Pranoto hanya menjawab bahwa hal itu dilakukan untuk mendidik Farelio agar besarnya nanti tak manja. Saat Wulan berniat membawa Farelio bersamanya, Pranoto malah balik mengancam akan mengalihkan hak asuh anaknya ke mantan suaminya.
“Mendengar hal itu saya ketakutan. Katanya dia bekerja di kantor pengacara dan tahu masalah hukum,” kata Wulan yang sudah menjanda sejak 2011.
Tak Bisa Membawa Anaknya Pulang
Meski belum bisa membawa pulang anaknya, Wulan selalu menyempatkan diri untuk menjenguk Farelio setiap pagi. Namun, anaknya mengalami trauma berat karena penganiayaan yang dilakukan Pranoto.
Wulan menngungkapkan bahwa anaknya sekarang sering diam dan ketakutan ketika ia datangi setiap pagi.
Hingga pada tanggal 5 Mei, ia bersama anaknya diajak berlibur bersama keluarga Pranoto ke Pantai Ayah, Kebumen.
“Karena pulang sudah larut malam, saya meminta untuk dipulangkan ke indekos bersama anaknya. Akhirnya diperbolehkan,” ungkap Wulan.
Pada 6 Mei lalu, ibunda Wulan, Atni Widati mendatangi indekos Wulan. Di tempat tersebut, ibu Wulan shock melihat kondisi cucunya. Kemudian langsung melaporkan kejadian ini pada pihak kepolisian.
“Saat pulang itu kondisi badannya mlembung. Kondisinya sangat parah,” tutur Atni.
Dari pengakuan Farelio, selama tinggal dengan Pranoto, bocah tersebut kerap mendapatkan perlakuan tak manusiawi. Farelio mengaku kerap ditampar sampai mengalami luka memar, telinga dan bibir digigit, rambut serta telapak kaki disulut korek api, kelopak mata dikucek, bahkan lehernya sering dicekik Pranoto.
Paha bocah itu juga sering dipukul menggunakan gagang sapu hingga memar. Dan yang lebih parah. Farelio juga diminta memakan kotorannya sendiri serta meminum air kencing Pranoto.
“Dari pengakuan anak saya, ketika mau minta makan hanya diberi sambal saja. Dari situ perutnya sangat sakit hingga buang air besar. Air tinjanya kemudian disuruh makan. Anak saya juga mengaku diminta minum air kencingnya Pranoto yang sudah ditempatkan dalam botol, kemudian anak saya muntah-muntah. Jika menangis tangan dan mulut anak saya diplester,” ungkapnya.
Wulan dan Atni berharap agar pihak kepolisian segera memproses laporan yang sudah disampaikan. Mereka ingin agar pelaku penyiksa anaknya, Pranoto. Dihukum dengan hukuman seberat-beratnya.