Cara Agar Bisa Sholat Dengan Khusuk Ala Imam Al Ghozali │ Untuk bisa khusyuk dalam sholat diperlukan kekhusukan dalam hati. Hal ini pula yang hendak dipaparkan oleh Imam besar Al Ghozali. Ulama yang begitu kharismatik tersebut mengingatkan agar umat islam jangan sampai lalai dalam shalatnya. Bagaimana seorang hamba bisa mengingat Allah jika dalam shalatnya hanya berisi kelalaian?
Fenomena saat ini memang memperlihatkan bahwa umat islam yang lalai dalam shalatnya sama seperti hidup namun tidak memiliki daya gerak. Imam Al Ghazali mengatakan bahwa batin di dalam shalat merupakan gabungan dari enam perkara yakni kehadiran hati, tafahhum, takzim, haibah, raja’ dan haya’. Berikut penjelasannya.
1. Menghadirkan Hati
Menghadirkan hati merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap umat muslim yang hendak melaksanakan shalat sehingga ia akan selalu tersadar dan tidak berpikiran hal yang ada di luar shalat.
2. Tafahhum (Mengerti)
Tafahhum memiliki arti bahwa setiap muslim harus mengetahui makna bacaan ketika mengerjakan shalat. Bagaimana mungkin seseorang bisa khusyuk jika ia sendiri tidak mengerti apa yang diucapkannya?
3. Haibah (Takut Namun Hormat)
Memiliki rasa takut terhadap Allah sangatlah penting, baik di dalam shalat maupun di luar shalat. Namun ketakutan terhadap Allah lebih kepada rasa hormat sehingga sifat ini akan menghantarkan seorang manusia untuk lebih dekat kepada Rabbnya.
4. Takzim (Hormat)
Selain rasa takut, seorang hamba juga dituntut untuk memiliki rasa hormat. Dengan begitu pikiran dan hatinya tidak akan berani untuk memikirkan perkara lain di dalam shalat.
5. Raja’ (Berharap)
Dalam hidup manusia, harapan demi harapan pasti selalu ada dalam hati maupun pikiran. Sebagai seorang hamba, manusia dituntut untuk memiliki harapan yang besar terhadap kehidupan akhirat. Dengan begitu ia akan fokus dan khusyuk ketika melaksanakan perintah dari Rabb pemilik dunia dan akhirat.
6. Haya (Malu)
Haya atau sifat malu menjadikan seorang hamba tidak akan berani melakukan sesuatu yang melanggar ketetapan Allah. Contohnya seperti ketika shalat dimana ia tidak akan berani jika hatinya justru tertambat kepada hal yang ada di luar shalat.
Keenam faktor ini sebenarnya bisa dihadirkan dalam shalat jika kita mau meyelami faktor penyebabnya.
Hadirnya hati dikarenakan himmah atau perhatian utama. Sementara Tafahhum berasal dari keinginan untuk selalu mengetahui makna. Demikian pula dengan takzim yang lahir dari dua makrifat yakni kemuliaan Allah dan kehinaan diri.
Adapun Haibah bisa muncul karena makrifat atas kekuasaan Allah, mengenal hukumNya dan juga kehendakNya. Sementara itu Raja’ timbul karena kedermawanan Allah, kelembutanNya dan kebenaran janjiNya. Yang terakhir adalah Haya dimana muncul karena merasa kurang sempurna dalam ibadah dan tidak mampu menunaikan hak Allah.
Dalam menanggapi keenam faktor dalam shalat tersebut, maka manusia pun terbagi menjadi 3 golongan yakni orang yang benar-benar lalai dalam shalatnya, orang yang mendirikan shalat dengan hati yang tak pernah lalai dan orang lalai yang enggan mengerjakan shalat.
Maka yang terbaik adalah mereka yang sholat serta tidak lalai dalam shalatnya. Itulah kriteria yang disebutkan dalam buku Tazkiyatun Nafs karangan Said Hawwa.
“Jika kita bisa mendapatinya dengan penuh kegembiraan, kesenangan, selalu berkeinginan untuk memulainya, maka ketahuilah rasa khusyuk akan datang kepadamu.”
Baca Juga:
Fenomena saat ini memang memperlihatkan bahwa umat islam yang lalai dalam shalatnya sama seperti hidup namun tidak memiliki daya gerak. Imam Al Ghazali mengatakan bahwa batin di dalam shalat merupakan gabungan dari enam perkara yakni kehadiran hati, tafahhum, takzim, haibah, raja’ dan haya’. Berikut penjelasannya.
1. Menghadirkan Hati
Menghadirkan hati merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap umat muslim yang hendak melaksanakan shalat sehingga ia akan selalu tersadar dan tidak berpikiran hal yang ada di luar shalat.
2. Tafahhum (Mengerti)
Tafahhum memiliki arti bahwa setiap muslim harus mengetahui makna bacaan ketika mengerjakan shalat. Bagaimana mungkin seseorang bisa khusyuk jika ia sendiri tidak mengerti apa yang diucapkannya?
3. Haibah (Takut Namun Hormat)
Memiliki rasa takut terhadap Allah sangatlah penting, baik di dalam shalat maupun di luar shalat. Namun ketakutan terhadap Allah lebih kepada rasa hormat sehingga sifat ini akan menghantarkan seorang manusia untuk lebih dekat kepada Rabbnya.
4. Takzim (Hormat)
Selain rasa takut, seorang hamba juga dituntut untuk memiliki rasa hormat. Dengan begitu pikiran dan hatinya tidak akan berani untuk memikirkan perkara lain di dalam shalat.
5. Raja’ (Berharap)
Dalam hidup manusia, harapan demi harapan pasti selalu ada dalam hati maupun pikiran. Sebagai seorang hamba, manusia dituntut untuk memiliki harapan yang besar terhadap kehidupan akhirat. Dengan begitu ia akan fokus dan khusyuk ketika melaksanakan perintah dari Rabb pemilik dunia dan akhirat.
6. Haya (Malu)
Haya atau sifat malu menjadikan seorang hamba tidak akan berani melakukan sesuatu yang melanggar ketetapan Allah. Contohnya seperti ketika shalat dimana ia tidak akan berani jika hatinya justru tertambat kepada hal yang ada di luar shalat.
Keenam faktor ini sebenarnya bisa dihadirkan dalam shalat jika kita mau meyelami faktor penyebabnya.
Hadirnya hati dikarenakan himmah atau perhatian utama. Sementara Tafahhum berasal dari keinginan untuk selalu mengetahui makna. Demikian pula dengan takzim yang lahir dari dua makrifat yakni kemuliaan Allah dan kehinaan diri.
Adapun Haibah bisa muncul karena makrifat atas kekuasaan Allah, mengenal hukumNya dan juga kehendakNya. Sementara itu Raja’ timbul karena kedermawanan Allah, kelembutanNya dan kebenaran janjiNya. Yang terakhir adalah Haya dimana muncul karena merasa kurang sempurna dalam ibadah dan tidak mampu menunaikan hak Allah.
Dalam menanggapi keenam faktor dalam shalat tersebut, maka manusia pun terbagi menjadi 3 golongan yakni orang yang benar-benar lalai dalam shalatnya, orang yang mendirikan shalat dengan hati yang tak pernah lalai dan orang lalai yang enggan mengerjakan shalat.
Maka yang terbaik adalah mereka yang sholat serta tidak lalai dalam shalatnya. Itulah kriteria yang disebutkan dalam buku Tazkiyatun Nafs karangan Said Hawwa.
“Jika kita bisa mendapatinya dengan penuh kegembiraan, kesenangan, selalu berkeinginan untuk memulainya, maka ketahuilah rasa khusyuk akan datang kepadamu.”
Baca Juga: