Adalah Syayma Karimah, Mahasiswi fakultas kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta ini menunjukkan kepada kita tentang kemuliaan Al Qur'an bagi yang mau menjaganya.
Mahasiswi berjilbab asal Depok ini mampu memahami dan menghafal sebuah tulisan atau perkataan orang lain seketika itu juga, Ia mengaku kelebihan yang dimilikinya itu adalah karunia Allah berkat usahanya menghafal Al Qur'an. Entah berapa banyak keberkahan yang telah ia dapatkan dari menghafal Al Qur'an.
"Saya sering cerita ke umi saya. Kata beliau, menghafal Alquran ini banyak keberkahannya. Di samping motivasi dari keluarga, motivasi dari sekolah juga selalu mengingatkan banyak sekali keutamaan yang akan Allah berikan. Yang paling membuat saya termotivasi, nanti di akhirat bisa memberikan jubah dan mahkota kemuliaan kepada orang tua," jelas Syayma seperti dilansir dari Republika.
Penerima beasiswa Dompet Dhuafa ini mengaku pernah meneliti dalam karya tulisnya, tentang hubungan antara kecerdasan intelektual dengan menghafal Al Qur'an.
"Saya telah melakukan riset. Ternyata orang yang menghafal Alquran itu berbanding lurus dengan kecerdasannya. Mungkin ada beberapa yang tidak demikian, tapi jumlahnya hanya sedikit sekali," jelasnya.
Syayma mengaku, Al Qur'an sangat membantunya dalam menghafal pelajaran.
"Seperti contoh, besok ada ujian akhir sekolah, saya juga belajar seperti teman-teman yang lain, cuma waktunya jauh lebih sedikit. Karena waktunya saya jadikan untuk menghafal Qur'an. namun, yang saya rasakan, memang waktu saya belajar lebih sedikit, tapi kecepatan otak ketika menyerap ilmu itu terasa banget. Sekali baca bisa paham dan hafal," tuturnya.
Selain itu, Syayma mengaku lebih matang dalam menghadapi sebuah permasalahan. Hal ini seperti yang telah difirmankan Allah SWT,
"Ingatlah, hanya dengan berzikir (mengingati) Allahlah hati menjadi tenteram." (QS ar-Ra’d [13]: 28)
Ibadah yang paling utama setelah ibadah sholat adalah membaca Al Qur'an. Dengan istiqomah membacanya hati akan menjadi tenang. Pikiran menjadi lebih jernih dan mental akan menjadi stabil.
Terbukti saat sang ibunda terkena penyakit stroke akut dan dirawat di rumah sakit. Waktu itu Syayma tengah mengikuti i'tikaf Ramadhan dalam program menghafal Al Qur'an.
"Saat itu saya matikan handphone agar menghafal Al Qurannya bisa fokus. Saya tahu dari panitia kalau umi masuk rumah sakit. Karena beberapa hari itu saya intensif dengan Al Qur'an, saya merasa lebih siap dengan masalah dan tahan banting. Malah saya yang menguatkan ayah dan adik-adik saya," ungkapnya.
Syayma mengatakan, keadaan sang ibu saat itu antara berimbang harapan sehat dan tidak. Pendarahan di kepalanya sudah cukup banyak sehingga ada kemungkinan untuk tak terselamatkan.
"Saya bilang, itu kan kesimpulannya medis. Tetapi, kita punya energi yang lebih besar lagi, yaitu energi Allah melalui Al Qur'an," jelasnya.
Syayma mengaku sering memutarkan kaset murotal Alquran 24 jam nonstop selama sang ibunda dirawat di ruang ICU.
Hasilnya, sang ibu pun bisa pulang sepekan kemudian dengan kondisi yang jauh lebih baik dari yang diperkirakan.
"Alhamdulilah, Kata dokter seharusnya ibu dirawat minimal satu bulan di rumah sakit. Tetapi, ini dirawat satu minggu saja sudah bisa pulang. Itu terasa banget berkah dari Al Qur'an," katanya memaparkan.
Demikianlah, Al Quran menjanjikan obat bagi setiap mukmin yang mau berinteraksi dengannya. Firman Allah SWT,
"Al Qur'an itu petunjuk dan penawar (obat) bagi orang-orang mukmin." (QS al-Fusilat [41]: 44).
Tekad Syayma, hafal Al Qur'an adalah suatu keharusan bagi orang yang menjadikan Alquran sebagai pedoman hidup. Ia mengaku harus mengkhatamkan Al Quran di sela-sela kesibukannya mengikuti ujian akhir sekolah di kelas 12.
Jam 12 malam ia harus bangun dan membaca Al Qur'an hingga Subuh demi menghafalkan setengah juz. Siang hingga malam ia menghafal lagi setengah juz. Setiap satu juz ia setorkan hafalannya hingga khatam Al Qur'an 30 juz. Tak jarang ia hanya bisa istirahat satu jam dalam sehari semalam demi menghafalkan Al Qur'an.
Syayma menuturkan, hafalan Al Qur'an bisa menjadi bantuan gaib ketika susah menghafal pelajaran. Peraih beasiswa kedokteran di Universitas Sebelas Maret Surakarta ini selalu cemerlang di nilai akademiknya.
"Walau tidak cumlaude, Alhamdulillah IPK saya tak pernah dibawah tiga koma. Saya merasakan banyak sekali keberkahan-keberkahan dari menghafal Al Qur'an. Saya lebih mudah memahami dan sering mengaitkan ilmu kedokteran dengan Al Qur'an," jelasnya.
Keberkahan yang dirasakan Syayma juga berlanjut ke aspek ekonominya. Di tengah kesibukan sebagai seorang mahasiswi kedokteran, aktivis organisasi sebagai wakil ketua di UKM Ilmu Al Quran UNS, ia sempat pula berwirausaha. Di samping menerima beasiswa dari Dompet Dhuafa, Syayma juga telah memperoleh penghasilan Rp 15 juta-Rp 20 juta perbulan dari bisnis jualan hijabnya. Tekadnya tak ingin membebani orang tua, meski ia lahir dari keluarga berada.
Sang ayah, Muhammad Supariyono, wakil ketua II DPRD Kota Depok memang disiplin mendidik anak-anaknya. Ia tak ingin anak-anaknya bermanja-manja dengan kesuksesan orang tua.
"Sejak kecil ayah saya menanamkan pada anak-anaknya, minimal harus menjadi salah satu di antara empat: pemimpin, pewirausaha, profesional, atau ilmuwan. Kami harus jadi salah satunya. Jadi, saya dan saudara selalu ditempa dari kecil, ‘Ayo kamu jualan ini itu.’ Jadi, dari kecil sudah berani dagang kecil-kecilan," jelasnya.
Syayma mengaku tak malu untuk berdagang kecil-kecilan. Bisnis hijab yang digelutinya pun awalnya dimulai dari usaha kecil-kecilan. Apalagi sepulang sang ibu dari rumah sakit.
Ia bertekad, di usianya yang masuk ke-20 tahun, ia tak ingin lagi membebani orang tua dengan segala kebutuhannya. Setelah ia sukses berwirausaha, bahkan ia bertekad untuk banyak bersedekah terutama kepada fakir miskin dan anak yatim. (Hannan Putra ed: Hafidz Muftisany/Republika.com)
Mahasiswi berjilbab asal Depok ini mampu memahami dan menghafal sebuah tulisan atau perkataan orang lain seketika itu juga, Ia mengaku kelebihan yang dimilikinya itu adalah karunia Allah berkat usahanya menghafal Al Qur'an. Entah berapa banyak keberkahan yang telah ia dapatkan dari menghafal Al Qur'an.
Syayma Karimah |
"Saya sering cerita ke umi saya. Kata beliau, menghafal Alquran ini banyak keberkahannya. Di samping motivasi dari keluarga, motivasi dari sekolah juga selalu mengingatkan banyak sekali keutamaan yang akan Allah berikan. Yang paling membuat saya termotivasi, nanti di akhirat bisa memberikan jubah dan mahkota kemuliaan kepada orang tua," jelas Syayma seperti dilansir dari Republika.
Penerima beasiswa Dompet Dhuafa ini mengaku pernah meneliti dalam karya tulisnya, tentang hubungan antara kecerdasan intelektual dengan menghafal Al Qur'an.
"Saya telah melakukan riset. Ternyata orang yang menghafal Alquran itu berbanding lurus dengan kecerdasannya. Mungkin ada beberapa yang tidak demikian, tapi jumlahnya hanya sedikit sekali," jelasnya.
Syayma mengaku, Al Qur'an sangat membantunya dalam menghafal pelajaran.
"Seperti contoh, besok ada ujian akhir sekolah, saya juga belajar seperti teman-teman yang lain, cuma waktunya jauh lebih sedikit. Karena waktunya saya jadikan untuk menghafal Qur'an. namun, yang saya rasakan, memang waktu saya belajar lebih sedikit, tapi kecepatan otak ketika menyerap ilmu itu terasa banget. Sekali baca bisa paham dan hafal," tuturnya.
Selain itu, Syayma mengaku lebih matang dalam menghadapi sebuah permasalahan. Hal ini seperti yang telah difirmankan Allah SWT,
"Ingatlah, hanya dengan berzikir (mengingati) Allahlah hati menjadi tenteram." (QS ar-Ra’d [13]: 28)
Ibadah yang paling utama setelah ibadah sholat adalah membaca Al Qur'an. Dengan istiqomah membacanya hati akan menjadi tenang. Pikiran menjadi lebih jernih dan mental akan menjadi stabil.
Terbukti saat sang ibunda terkena penyakit stroke akut dan dirawat di rumah sakit. Waktu itu Syayma tengah mengikuti i'tikaf Ramadhan dalam program menghafal Al Qur'an.
"Saat itu saya matikan handphone agar menghafal Al Qurannya bisa fokus. Saya tahu dari panitia kalau umi masuk rumah sakit. Karena beberapa hari itu saya intensif dengan Al Qur'an, saya merasa lebih siap dengan masalah dan tahan banting. Malah saya yang menguatkan ayah dan adik-adik saya," ungkapnya.
Syayma mengatakan, keadaan sang ibu saat itu antara berimbang harapan sehat dan tidak. Pendarahan di kepalanya sudah cukup banyak sehingga ada kemungkinan untuk tak terselamatkan.
"Saya bilang, itu kan kesimpulannya medis. Tetapi, kita punya energi yang lebih besar lagi, yaitu energi Allah melalui Al Qur'an," jelasnya.
Syayma mengaku sering memutarkan kaset murotal Alquran 24 jam nonstop selama sang ibunda dirawat di ruang ICU.
Hasilnya, sang ibu pun bisa pulang sepekan kemudian dengan kondisi yang jauh lebih baik dari yang diperkirakan.
"Alhamdulilah, Kata dokter seharusnya ibu dirawat minimal satu bulan di rumah sakit. Tetapi, ini dirawat satu minggu saja sudah bisa pulang. Itu terasa banget berkah dari Al Qur'an," katanya memaparkan.
Demikianlah, Al Quran menjanjikan obat bagi setiap mukmin yang mau berinteraksi dengannya. Firman Allah SWT,
"Al Qur'an itu petunjuk dan penawar (obat) bagi orang-orang mukmin." (QS al-Fusilat [41]: 44).
Tekad Syayma, hafal Al Qur'an adalah suatu keharusan bagi orang yang menjadikan Alquran sebagai pedoman hidup. Ia mengaku harus mengkhatamkan Al Quran di sela-sela kesibukannya mengikuti ujian akhir sekolah di kelas 12.
Jam 12 malam ia harus bangun dan membaca Al Qur'an hingga Subuh demi menghafalkan setengah juz. Siang hingga malam ia menghafal lagi setengah juz. Setiap satu juz ia setorkan hafalannya hingga khatam Al Qur'an 30 juz. Tak jarang ia hanya bisa istirahat satu jam dalam sehari semalam demi menghafalkan Al Qur'an.
Syayma menuturkan, hafalan Al Qur'an bisa menjadi bantuan gaib ketika susah menghafal pelajaran. Peraih beasiswa kedokteran di Universitas Sebelas Maret Surakarta ini selalu cemerlang di nilai akademiknya.
"Walau tidak cumlaude, Alhamdulillah IPK saya tak pernah dibawah tiga koma. Saya merasakan banyak sekali keberkahan-keberkahan dari menghafal Al Qur'an. Saya lebih mudah memahami dan sering mengaitkan ilmu kedokteran dengan Al Qur'an," jelasnya.
Keberkahan yang dirasakan Syayma juga berlanjut ke aspek ekonominya. Di tengah kesibukan sebagai seorang mahasiswi kedokteran, aktivis organisasi sebagai wakil ketua di UKM Ilmu Al Quran UNS, ia sempat pula berwirausaha. Di samping menerima beasiswa dari Dompet Dhuafa, Syayma juga telah memperoleh penghasilan Rp 15 juta-Rp 20 juta perbulan dari bisnis jualan hijabnya. Tekadnya tak ingin membebani orang tua, meski ia lahir dari keluarga berada.
Sang ayah, Muhammad Supariyono, wakil ketua II DPRD Kota Depok memang disiplin mendidik anak-anaknya. Ia tak ingin anak-anaknya bermanja-manja dengan kesuksesan orang tua.
"Sejak kecil ayah saya menanamkan pada anak-anaknya, minimal harus menjadi salah satu di antara empat: pemimpin, pewirausaha, profesional, atau ilmuwan. Kami harus jadi salah satunya. Jadi, saya dan saudara selalu ditempa dari kecil, ‘Ayo kamu jualan ini itu.’ Jadi, dari kecil sudah berani dagang kecil-kecilan," jelasnya.
Syayma mengaku tak malu untuk berdagang kecil-kecilan. Bisnis hijab yang digelutinya pun awalnya dimulai dari usaha kecil-kecilan. Apalagi sepulang sang ibu dari rumah sakit.
Ia bertekad, di usianya yang masuk ke-20 tahun, ia tak ingin lagi membebani orang tua dengan segala kebutuhannya. Setelah ia sukses berwirausaha, bahkan ia bertekad untuk banyak bersedekah terutama kepada fakir miskin dan anak yatim. (Hannan Putra ed: Hafidz Muftisany/Republika.com)