Kisah Muallaf: Haji Ali, Bekas Tentara Jepang Yang Masuk Islam │ Seorang tentara Jepang yang berperang di Perang Dunia II ternyata tak pulang ke negaranya. Ia justru lebih memilih untuk tinggal di Masjid Tanah Melaka Malaysia sebagai seorang muallaf. Dialah Yano Sigaeru yang berubah nama menjadi Haji Ali bin Ahmad.
Dalam menjalani masa mudanya, ia telah melakukan berbagai penyerangan dan penjajahan ke berbagai wilayah di Asia Tenggara. Ia pun telah mengabdi hampir 8 tahun menjadi tentara dari negara dengan lambang matahari terbit tersebut.
Rupanya ketika ia menginjakkan kaki di Melaka, justru hatinya tertambat dan enggan untuk pulang ke negara Jepang. Ia lebih memilih untuk menjadi rakyat biasa dengan membuka toko sepeda.
Meski berusaha untuk berubah, namun karena Sigaeru bekas seorang tentara penjajah, maka masyarakat sekitar belum dapat menerimanya secara penuh. Hampir sebagian besar masyarakat amat membencinya, meski ada pula yang menghargai perubahannya tersebut. Tak jarang ketika salah bertindak, maka nyawa Sigaeru pun dipertaruhkan.
Memang setengah dari penduduk terutama kaum China di Malaysia sangat membenci jepang. Meski begitu, ada juga yang mau bersikap baik dan mereka adalah masyarakat muslim. Sikap masyarakat muslim tersebutlah yang membuat Sigaeru kemudian menaruh rasa simpati dan kekaguman.
Kekagumannya semakin bertambah ketika membaca kitab suci Al Quran yang merupakan kitab pedoman hidup umat muslim. Baginya kitab tersebut bukanlah karangan manusia dan tidak mungkin dibuat oleh manusia.
“Sungguh Allahlah yang menulisnya. Allah berfirman jika manusia hidup sebgaimana tertulis di dalam kitab, maka kita akan hidup dengan bahagia.”
Kehidupannya di tanah Melaka telah memberikan banyak pelajaran terutama dalam beragama. Haji Ali atau Sigaeru mengakui bahwa orang jepang begitu kaya akan kerja keras dan tahan banting. Mereka akan rela melakukan apapun demi menggapai satu tujuan. Akan tetapi ternyata dalam segi agama, sesungguhnya mereka sangat miskin.
Haji Ali atau Sigaeru pun sangat bersyukur bisa bertemu dengan seorang nelayan yang telah menjadi guru spiritualnya. Dari nelayan tersebut, ia banyak menimba ilmu terutama ilmu agama. Maka dengan penuh keyakinan, Sigaeru pun mantap memeluk agama Islam.
Ketika ia ditanya apakah akan pulang ke Jepang ketika memiliki uang yang cukup, maka ia justru ingin uang tersebut digunakan untuk pergi ke Arabia. Karena ia mengetahui di sanalah tempat ibadah terbesar umat Islam yakni Mekkah Al Mukarromah.
Semoga semangat dari Haji Ali ini bisa menyadarkan hati umat Islam untuk rela berkorban demi hijrah ke arah yang lebih baik menurut Allah dan RasulNya.
Wallahu A’lam
Dalam menjalani masa mudanya, ia telah melakukan berbagai penyerangan dan penjajahan ke berbagai wilayah di Asia Tenggara. Ia pun telah mengabdi hampir 8 tahun menjadi tentara dari negara dengan lambang matahari terbit tersebut.
Rupanya ketika ia menginjakkan kaki di Melaka, justru hatinya tertambat dan enggan untuk pulang ke negara Jepang. Ia lebih memilih untuk menjadi rakyat biasa dengan membuka toko sepeda.
Meski berusaha untuk berubah, namun karena Sigaeru bekas seorang tentara penjajah, maka masyarakat sekitar belum dapat menerimanya secara penuh. Hampir sebagian besar masyarakat amat membencinya, meski ada pula yang menghargai perubahannya tersebut. Tak jarang ketika salah bertindak, maka nyawa Sigaeru pun dipertaruhkan.
Memang setengah dari penduduk terutama kaum China di Malaysia sangat membenci jepang. Meski begitu, ada juga yang mau bersikap baik dan mereka adalah masyarakat muslim. Sikap masyarakat muslim tersebutlah yang membuat Sigaeru kemudian menaruh rasa simpati dan kekaguman.
Kekagumannya semakin bertambah ketika membaca kitab suci Al Quran yang merupakan kitab pedoman hidup umat muslim. Baginya kitab tersebut bukanlah karangan manusia dan tidak mungkin dibuat oleh manusia.
“Sungguh Allahlah yang menulisnya. Allah berfirman jika manusia hidup sebgaimana tertulis di dalam kitab, maka kita akan hidup dengan bahagia.”
Kehidupannya di tanah Melaka telah memberikan banyak pelajaran terutama dalam beragama. Haji Ali atau Sigaeru mengakui bahwa orang jepang begitu kaya akan kerja keras dan tahan banting. Mereka akan rela melakukan apapun demi menggapai satu tujuan. Akan tetapi ternyata dalam segi agama, sesungguhnya mereka sangat miskin.
Haji Ali atau Sigaeru pun sangat bersyukur bisa bertemu dengan seorang nelayan yang telah menjadi guru spiritualnya. Dari nelayan tersebut, ia banyak menimba ilmu terutama ilmu agama. Maka dengan penuh keyakinan, Sigaeru pun mantap memeluk agama Islam.
Ketika ia ditanya apakah akan pulang ke Jepang ketika memiliki uang yang cukup, maka ia justru ingin uang tersebut digunakan untuk pergi ke Arabia. Karena ia mengetahui di sanalah tempat ibadah terbesar umat Islam yakni Mekkah Al Mukarromah.
Semoga semangat dari Haji Ali ini bisa menyadarkan hati umat Islam untuk rela berkorban demi hijrah ke arah yang lebih baik menurut Allah dan RasulNya.
Wallahu A’lam