Islamphobia di dunia saat ini benar-benar telah merasuk dalam setiap diri warga non muslim. Salah satu negara yang memiliki ketakutan tersebut adalah Amerika Serikat. Pada intinya pengertian islamphobia bagi mereka adalah sesuatu yang berkaitan dengan arab ataupun simbol islam.
Sama seperti yang dialami oleh mahasiswa Universitas California ini yang diturunkan dari pesawat yang ditumpanginya sebelum pemberangkatan karena berbicara menggunakan bahasa arab.
Pemuda tersebut bernama Khairuldeen Makhzoomi yang ketika kejadian tersebut tengah menaiki pesawat Southwest Airlines yang bertolak dari Los Angeles menuju Oakland. Memang sebelum pemberangkatan, Makhzoomi sempat berbicara lewat telepon dengan seseorang menggunakan bahasa arab.
Sontak perempuan non muslim yang berada di sebelahnya bangkit dan menuju arah staf pesawat untuk memberitahukan bahwa salah seorang penumpang disinyalir merupakan ter0ris dan menjadi ancaman.
Perempuan tersebut mengaku mendengar kata “Syahid” dalam percakapan tersebut sehingga para staff pesawat pun secara paksa mengeluarkan Makhzoomi dari dalam pesawat karena dianggap sebagai ancaman bagi keselamatan penumpang yang lainnya.
Ketika turun dari pesawat, sudah ada tiga agen FBI yang bersiap sedia menginterogasi Makhzoomi. Setelah cukup lama menginterogasi, akhirnya Makhzoomi diketahui hanya menelepon saudaranya yang berada di Irak dan bukan seseorang yang dianggap sebagai ancaman. Mahasiswa itu pun dibebaskan.
Atas perlakukan yang tidak menyenangkan dan tindakan diskriminasi tersebut, Makhzoomi ingin agar maskapai Southwest Airlines meminta maaf. Akan tetapi pihak maskapai hanya menyesali perbuatan staffnya saja tanpa sedikit pun meminta maaf kepada mahasiswa tersebut.
Sama seperti yang dialami oleh mahasiswa Universitas California ini yang diturunkan dari pesawat yang ditumpanginya sebelum pemberangkatan karena berbicara menggunakan bahasa arab.
Khairuldeen Makhzoomi (nydailynews) |
Sontak perempuan non muslim yang berada di sebelahnya bangkit dan menuju arah staf pesawat untuk memberitahukan bahwa salah seorang penumpang disinyalir merupakan ter0ris dan menjadi ancaman.
Perempuan tersebut mengaku mendengar kata “Syahid” dalam percakapan tersebut sehingga para staff pesawat pun secara paksa mengeluarkan Makhzoomi dari dalam pesawat karena dianggap sebagai ancaman bagi keselamatan penumpang yang lainnya.
Ketika turun dari pesawat, sudah ada tiga agen FBI yang bersiap sedia menginterogasi Makhzoomi. Setelah cukup lama menginterogasi, akhirnya Makhzoomi diketahui hanya menelepon saudaranya yang berada di Irak dan bukan seseorang yang dianggap sebagai ancaman. Mahasiswa itu pun dibebaskan.
Atas perlakukan yang tidak menyenangkan dan tindakan diskriminasi tersebut, Makhzoomi ingin agar maskapai Southwest Airlines meminta maaf. Akan tetapi pihak maskapai hanya menyesali perbuatan staffnya saja tanpa sedikit pun meminta maaf kepada mahasiswa tersebut.