KabarMakkah.Com – Pelit atau bakhil adalah sifat yang harus diwaspadai oleh setiap manusia. Agama Islam tidak pernah mengajarkan sifat tersebut dan justru menganjurkan agar selalu bersikap dermawan. Karena itu jauhilah sifat pelit dan akhlak tercela karena sesungguhnya kedua sifat tersebut tidak akan berkumpul dalam diri seorang yang beriman.
Sifat pelit sebenarnya lahir dari persangkaan buruk atau su’udzan kepada Allah karena tidak yakin dengan jaminan rezeki atas apa yang disedekahkannya. Sementara akhlak yang tercela berpusat dari hati yang sempit.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman mengenai seseorang yang memiliki sifat pelit.
“Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barang siapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya (hatinya) sesak lagi sempit, seolah-olah dia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.” (QS Al An’am 125)
Sementara itu Baginda Rasulullah menyampaikan sebuah sabda yang berkaitan dengan sifat bakhil dan akhlak tercela dengan ucapan, “Dua perkara yang tidak berkumpul di hati seorang mu’min adalah pelit dan akhlak tercela.” (HR Tirmidzi)
Sesungguhnya bagi seorang muslim, keterangan di atas merupakan sebuah peringatan yang sangat keras. Kedua sifat tercela tersebut secara langsung dapat menghilangkan kesempurnaan iman dan lambat laun keimanan pun akan Allah cabut serta kemungkinan besar akan meninggal dalam keadaan suul khatimah. Naudzu Billahi Min Dzalik
Sifat dermawanlah yang mendapat pujian dari Allah
Kebalikan dari sifat bakhil atau pelit adalah sifat dermawan. Allah bahkan telah memuji orang yang dermawan dan mencela sifat pelit.
“Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa.” (QS Al Lail 5-11)
Rasulullah pun memberikan keterangan tentang bagaimana malaikat akan mendoakan kebaikan bagi yang dermawan dan kehancuran bagi orang yang bakhil atau pelit.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah telah bersabda, “Tidak ada hari ketika seorang hamba memasuki waktu pagi kecuali malaikat berdoa. Salah satunya berdoa, ‘Ya Allah, berilah kepada orang yang berinfaq gantinya’, sedangkan malaikat yang satunya berdoa, ‘Ya Allah berikan kepada orang yang pelit sebuah kehancuran.” (HR Bukhari Muslim)
Dari Abu Umamah, Rasulullah bersabda, “Wahai anak Adam, sesungguhnya apabila kamu menginfakkan harta yang lebih milikmu itu baik bagimu dan apabila kamu pelit atasnya itu buruk bagimu. Dan tidaklah tercela bagi orang-orang yang memiliki harta sebatas yang dibutuhkan.” (HR Muslim)
Ketahuilah bahwa memiliki harta bukanlah sebuah sifat yang tercela karena dalam berjuang menegakkan kalimat Allah memerlukan jiwa dan harta. Jiwa atau tubuh juga pada dasarnya memerlukan sandang, pangan dan papan yang kesemuanya bisa diperoleh dengan harta. Yang ditekankan disini adalah bahwa kita haruslah mengambil sebatas yang kita perlukan saja. Sebagaimana seorang musafir yang apabila membawa bekal yang terlalu banyak, maka dirinya akan susah payah membawanya dan memberatkan dirinya sendiri. Alhasil ia akan celaka dengan barang bawaan miliknya sendiri.
Selain itu harta yang berlebih dapat membawa pelakunya menuju kerusakan. Ia akan menuruti hawa nafsunya karena apapun bisa ia dapatkan dengan hartanya tersebut. Yang lebih parah adalah mampu memalingkan seseorang dari jalan kebenaran dan bersifat kikir serta jauh dari ibadah kepada Allah.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” (QS Al Munafiqun 9)
Memang dalam kehidupan nyatanya kita akan disibukkan dengan berbagai urusan dunia. Contohnya seperti orang yang memiliki perusahaan dimana ia akan sibuk mengurus karyawannya dan berusaha mengatur manajemen keuangannya. Itu semua dipastikan akan membuat waktu untuk ibadah menjadi berkurang bahkan hilang. Dengan kata lain, ia benci bertemu dengan Allah dan apabila ia benci, maka Allah akan lebih benci kepada orang seperti itu.
Lalai dari ibadah akan semakin bertambah dengan tumbuhnya sikap riya, munafik dan mengatasnamakan agama demi kepentingan dunia. Alhasil permusuhan dan pertengkaran akan mewarnai hidupnya. Sungguh sebuah kehidupan yang tidak sehat bahkan menjurus kepada kebinasaan.
Semoga kita tidak bersifat kikir dan mampu mengambil harta yang Allah titipkan seperlunya. Setelah itu sedekahkanlah untuk menjaga diri kita dari adzab Allah yang pedih.
Wallahu A’lam
Sifat pelit sebenarnya lahir dari persangkaan buruk atau su’udzan kepada Allah karena tidak yakin dengan jaminan rezeki atas apa yang disedekahkannya. Sementara akhlak yang tercela berpusat dari hati yang sempit.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman mengenai seseorang yang memiliki sifat pelit.
“Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barang siapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya (hatinya) sesak lagi sempit, seolah-olah dia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.” (QS Al An’am 125)
Sementara itu Baginda Rasulullah menyampaikan sebuah sabda yang berkaitan dengan sifat bakhil dan akhlak tercela dengan ucapan, “Dua perkara yang tidak berkumpul di hati seorang mu’min adalah pelit dan akhlak tercela.” (HR Tirmidzi)
Sesungguhnya bagi seorang muslim, keterangan di atas merupakan sebuah peringatan yang sangat keras. Kedua sifat tercela tersebut secara langsung dapat menghilangkan kesempurnaan iman dan lambat laun keimanan pun akan Allah cabut serta kemungkinan besar akan meninggal dalam keadaan suul khatimah. Naudzu Billahi Min Dzalik
Sifat dermawanlah yang mendapat pujian dari Allah
Kebalikan dari sifat bakhil atau pelit adalah sifat dermawan. Allah bahkan telah memuji orang yang dermawan dan mencela sifat pelit.
“Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa.” (QS Al Lail 5-11)
Rasulullah pun memberikan keterangan tentang bagaimana malaikat akan mendoakan kebaikan bagi yang dermawan dan kehancuran bagi orang yang bakhil atau pelit.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah telah bersabda, “Tidak ada hari ketika seorang hamba memasuki waktu pagi kecuali malaikat berdoa. Salah satunya berdoa, ‘Ya Allah, berilah kepada orang yang berinfaq gantinya’, sedangkan malaikat yang satunya berdoa, ‘Ya Allah berikan kepada orang yang pelit sebuah kehancuran.” (HR Bukhari Muslim)
Dari Abu Umamah, Rasulullah bersabda, “Wahai anak Adam, sesungguhnya apabila kamu menginfakkan harta yang lebih milikmu itu baik bagimu dan apabila kamu pelit atasnya itu buruk bagimu. Dan tidaklah tercela bagi orang-orang yang memiliki harta sebatas yang dibutuhkan.” (HR Muslim)
Ketahuilah bahwa memiliki harta bukanlah sebuah sifat yang tercela karena dalam berjuang menegakkan kalimat Allah memerlukan jiwa dan harta. Jiwa atau tubuh juga pada dasarnya memerlukan sandang, pangan dan papan yang kesemuanya bisa diperoleh dengan harta. Yang ditekankan disini adalah bahwa kita haruslah mengambil sebatas yang kita perlukan saja. Sebagaimana seorang musafir yang apabila membawa bekal yang terlalu banyak, maka dirinya akan susah payah membawanya dan memberatkan dirinya sendiri. Alhasil ia akan celaka dengan barang bawaan miliknya sendiri.
Selain itu harta yang berlebih dapat membawa pelakunya menuju kerusakan. Ia akan menuruti hawa nafsunya karena apapun bisa ia dapatkan dengan hartanya tersebut. Yang lebih parah adalah mampu memalingkan seseorang dari jalan kebenaran dan bersifat kikir serta jauh dari ibadah kepada Allah.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” (QS Al Munafiqun 9)
Memang dalam kehidupan nyatanya kita akan disibukkan dengan berbagai urusan dunia. Contohnya seperti orang yang memiliki perusahaan dimana ia akan sibuk mengurus karyawannya dan berusaha mengatur manajemen keuangannya. Itu semua dipastikan akan membuat waktu untuk ibadah menjadi berkurang bahkan hilang. Dengan kata lain, ia benci bertemu dengan Allah dan apabila ia benci, maka Allah akan lebih benci kepada orang seperti itu.
Lalai dari ibadah akan semakin bertambah dengan tumbuhnya sikap riya, munafik dan mengatasnamakan agama demi kepentingan dunia. Alhasil permusuhan dan pertengkaran akan mewarnai hidupnya. Sungguh sebuah kehidupan yang tidak sehat bahkan menjurus kepada kebinasaan.
Semoga kita tidak bersifat kikir dan mampu mengambil harta yang Allah titipkan seperlunya. Setelah itu sedekahkanlah untuk menjaga diri kita dari adzab Allah yang pedih.
Wallahu A’lam