Siapa Sebenarnya Abu Sayyaf (Ayah Dari Berbagai Pedang) ? Apa Tujuan Mereka?
Konflik di Asia Tenggara selalu berkaitan erat dengan konteks regional, sosial-budaya dan konstelasi politik kenegaraan. Di Filipna, konflik bermula berkaitan erat dengan persaingan misi agama Islam dan Kristen/ pasca abad ke-13. Diskriminasi negara terhadap kelompok minoritas Muslim menjadi lebih kentara ketika menyebut mereka sebagai Moro, artinya identik dengan kelompok Islam yang dulu menduduki Spanyol. Dari sinilah konflik terus berkecamuk. Agama dan identitas etnik bahkan menempati bagian penting dari konflik itu. Pemberontakan oleh kelompok Muslim Minoritas di Mindanao, Filipina Selatan, misalnya, lebih karena diperlakukan tidak adil dalam kehidupan ekonomi dan politik, walaupun ada unsur 'agama' yang bermain disini.
Sejarah Awal Konflik di Filipina
Filipina Selatan adalah sebuah daerah yang tidak henti-hentinya mengalami konflik. Daerah ini adalah daerah dimana mayoritas penduduknya beragama Islam. Konflik yang terjadi di daerah ini adalah karena adanya persaingan antar agama diluar facktor lain seperti politik, social dan budaya.
Hal yang paling krusial adalah yang menyangkut dengan agama. Konflik di Filipina dimulai dengan kolonisasi yang dilakukan oleh orang arab dan kemudian oleh Kristen, yangmana keberbedaan kedua agama tersebut, hingga sekarang masih berkompetisi untuk memperebutkan perhatian penduduk pribumi. Orang-orang Arab Islam bergeser ke Selatan Filipina ketika orang-orang Kristen menduduki Utara Filipina. Menurut orang-orang Islam akar dari gerakan separatis di Filipina “didalamnya adanya kultur dan agama yang jauh berbeda antara Kristen, Daerah Utara di Jajah, dan Muslim, beranggapan Selatan bukanlah taklukan dari Kristen. Ini berarti daerah Selatan yang pada awalnya didominasi oleh Muslim telah terusik dengan kehadiran agama Kristen sampai ke daerah ini.
Konflik yang terjadi di Filipina mulai terjadi sejak kedatangan orang-orang Kristen Spanyol dan berhasil menduduki daerah Filipina Utara atau kepulauan Luzon pada tahun 1565. Sejak saat itu orang-orang Spanyol yang ingin mendirikan Filipina sebagai daerah koloni dan memasukan penduduk ke dalam agama Kristen. Sejak saat itu terjadi perlawanan-perlawana antara orang Spanyol dan penduduk pribumi Islam, dan dimenangkan oleh Spanyol pada tahun 1673.
Konflik di Filipina terus berlanjut, setelah Spanyol berkuasa maka beralih kekuasaan kepada Amerika, Jepang dan sampai Filipina memproklamasikan dirinya sebagai Negara yang merdeka pada tanggal 4 Juli 1946. Pada masa pemerintahan Marcus, konflik awal terjadi akibat suatu peristiwa pembunuhan di Corregidor. Para sukarelawan Muslim Filipina, yang dilatih dalam taktik geriliya oleh suatu pasukan resmi, dibunuh atas perintah komandan pasukan. Mereka menolak di kirim ke Sabah guna melakukan infiltrasi Militer.
Karena peristiwa ini terbentuklah Front Pembebasan Muslim Moro (MNLF), MNLF adalh sebuah gerakan yang sangat berpengaruh dalam memperjangkan kebebasan Muslim Moro. Dua kelompok lainnya adalah seperti Front Pembebasan Islam Moro (MILF) dan yang paling belakangan adalah Abu Sayyaf yang terbentuk pada tahun 1989. Ketiga kelompok gerakan ini memiliki tujuan yang sama yakni ingin mendirikan sebuah Negara teokrasi islam di Mindanao Filipina Selatan dan pembangunan ekonomi di wilayah mereka.
Dalam tulisan ini akan membahas mengenai gerakan Kelompok Abu Sayyaf, dimana gerakan ini telah memperlihatkan sebuah keresahan di Filipina Selatan karena aksi-aksi mereka yang telah menjurus kepada tindak terorisme.
Ideologi Abu Sayyaf
Abu Sayyaf adalah suatu gerakan yang bersifat radikal, dimana gerakan ini selalu mengunakan kekerasan dalam setiap aksinya. Gerakan Abu Sayyaf di Filipina ini telah sangat meresahkan warga Filipina dengan aksi-aksi pengeboman, penculikan dan pengeksekusian terhadap sandera. Gerakan Abu Sayyaf ini telah mengarah ke taraf terorisme.
Kelompok Abu Sayyaf pertama muncul pada tahun 1989 dibawah kepemimpinan Abdurajak Janjalani, ia pernah menempuh jenjang pendidikan di UniversitasUmmul Qura di Mekkah selama 3 tahun. Ia kemudian kembali ke Basilan dan Zamboanga Filipina untuk memulai berdakwah pada tahun 1984.
Pada 1987 dia mengunjungi Libya dan kemudian melanjutkan bersama Mujahiddin dan melawan Soviet selama beberapa tahun di Afghanistan. Abu Sayyaf telah memiliki hubungan dengan sebuah gerakan fundamentalis Islam, Al-Islamic Tabligh, di tahun 1980. Kelompok dibawah pimpinan Janjalani sedang menjalankan sebuah pembentukan negara Islamic Theocratic State of Mindanao (MIS), dan memasukan sebuah kepercayaan agama yang meneriakan intoleransi dengan tujuan untuk menyebarkan Islam melalui Jihad dan yang menjadi target sasarannya semua umat Kristen Filipina. Dalam pencarian objeknya, Kelompok Abu Sayyaf telah menetapkan ideologinya dengan tegas dan agenda operasional yang telah mendalam terikat pada sebuah maksud usaha pengabungan yang memaksa dominasi Islam dunia melalui perlawanan bersenjata.
Kelompok Abu Sayyaf sangatlah kecil dan merupakan kelompok separatis Islam yang sangat radikal di Filipina Selatan. Mereka menggunakan pemboman, pembunuhan, penculikan dan pemerasan untuk mengupayakan berdirinya sebuah negara Islam yang merdeka di Mindanao bagian Barat dan daerah Sulu, dimana daerah Filipina Selatan merupakan populasi tertinggi umat Muslim tinggal.
Tujuan Abu Sayyaf
Tujuan utama dari kelompok Abu Sayyaf adalah untuk membentuk suatu negara merdeka yang menggunakan hukum-hukum syariah Islam sebagai dasar otoritas moral dari undang-undang negara, dan kemudian hukum syariah tersebut dijalankan dan dipatuhi oleh warganegara yang tinggal di negara tersebut. Rommel Banlaoi kemudian memberikan penjelasan mengenai “Empat Dasar Kebenaran” yang diterbitkan oleh Abdurajak Janjalani pada tahun 1993-1994 sebagai panduan dasar bagi kelompok Abu Sayyaf
(1) Tujuan kami tidak untuk membangun atau mempromosikan faksi dan perpecahan dalam perjuangan kelompok muslim, karena hal tersebut bertentangan dengan ajaran Islam. Tujuan dari kelompok Abu Sayyaf adalah untuk menjadi jembatan antara pasukan revolusioner baik dari MNLF dan MILF yang peran dan kepemimpinannya dalam perjuangan ini tidak dapat diabaikan,
(2) Tujuan strategis utama kami adalah pembentukan sebuah negara Islam murni yang “sifat, makna, lambang dan tujuannya” identik dengan kedamaian. Kelompok Abu Sayyaf menyatakan bahwa mereka akan menghormati kebebasan beragama, bahkan dalam konteks sebuah negara Islam, mereka menyatakan “hak-hak orang Kristen akan dilindungi selama mereka mematuhi hukum negara Islam”.
(3) Advokasi melalui tindakan peperangan merupakan kebutuhan selama tetap terjadi “penindasan, ketidakadilan dan klaim yang sewenang-wenang” terhadap umat muslim.
(4) Peperangan mengganggu perdamaian hanya untuk mencapai tujuan yang benar dan nyata akan nilai kemanusiaan, dalam penegakan keadilan dan kebenaran untuk semua di bawah naungan hukum Quran yang mulia dan Sunnah yang yang murni. Selain itu juga kelompok Abu Sayyaf menyadari adanya ketidakadilan struktural yang terjadi. Ketidakadilan dan perampasan ekonomi dari Bangsamoro. Dalam pernyataan publik yang diterbitkan pada November 1994, kelompok Abu Sayyaf menyatakan bahwa perjuangannya adalah untuk mencari keadilan bagi Bangsamoro. Dalam salah satu pernyataan ideologisnya pada khutbahnya, Abdurajak Janjalani menekankan bahwa “tujuan awal dalam upaya penegakan keadilan akan berakhir pada sebuah tuntutan untuk mendirikan negara Islam yang murni sebagai jaminan keadilan dan kemakmuran bagi muslim Bangsamoro”
Perekrutan Anggota
Suatu kelompok atau organisasi yang telah terbentuk, untuk mengembangkan dirinya, maka di perlukanlah anggota, perekrutan anggota adalah suatu persyaratan terpenting unuk sebuah kelangsungan sebuah organisasi.suatu kelompok membutuhkan anggota-angoota baru untuk menumbuhkan kekuatan dan melengkapi dari kehilangan setiap anggota.
Pada awalnya perekrutan anggota dari gerakan Abu Sayyaf diambil dari para pemuda Muslim yang tidak sejalan dengan kebijakan MNLF. Pada awal pembentukannya, kelompok ini hanya berkisar 500 orang. Walupun hanya sedikit tetapi gerakan ini berhasil mengguncang kedaulatan negara Filipina dengan melakukan aksi penculikan, pemboman dan pembunuhan orang-orang Kristen local maupun Asing. Menurut data pada tahun 2005 kelompk ini diperkirakan ada sekitar 200-300 anggota di bawah kepemimpina Khadafi Janjalani. Menurut Eusoquito P. Manalo, berargumen bahwa, “anggota kemopok Abu Sayyaf telah direkrut terbatas pada sebuah komunitas tertentu oleh kelompok etnic linguistic dan keluarga dimana kordinasi internal yang telah difasilitasi oleh kepercayaan.” Hal ini dibuat pengkelompokan yang sebenarnya mustahil dimasuki oleh agen pemerintah.
Hubungan Abu Sayyaf dengan Kelompok Lain
Pada September 2001, militer Filipina mengkonfirmasi secara spekulatif bahwa al-Qaeda telah menampakan dukungan terhadap material, kepemimpinan, dan pelatihan. Sebagai sebuah organisasi terosris transnasional, al-Qaeda telah berkembang melalui daerah-daerah Timur Tengah, Eropa Barat, Amerika Utara, dan Asia Selatan. Ditambah, hingga ke Asia Tenggara sebagai basis kunci dan daerah persiapan. Pada awalnya, Abu Sayyaf di danai melalui jaringan financial yang didirikan oleh Muhammad Jamal Khalifa, saudara Osama bin Laden, yang telah diutus ke Filipina pada 1991, dan mendirikan sebuah jaringan amal Islam. Kahlifa adalah anggota resmi yang langsung bersentuhan ke daerah untuk basis amal Saudi, the Islamic International Relief Organization (IIRO), dukungan ini tidak hanya untuk Filipina tetapi juga kaum radikal di Indonesia, Thailand dan Taiwan. Selain hubungan dengan al-Qaeda yang telah memberi dukungan Finansial dari gerakan ini, Abu Sayyaf juga menjalin hubungan dengan JI (Jamaah-Islamiyyah).
Al-Qaeda diduga selain membantu dalam hal Finansial, namun juga telah membantu dengan pelatihan-pelatihan militernya kepada anggota-anggota dari Kelompok Abu sayyaf. Pejabat Militer Filipina mengatakan bahwa Abu sayyaf menerima bantuan materil dan Financial dan juga latihan militer dari jaringan al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden sampai tahun 1995, dan dua kelompok tersebut terus melakukan kontak.
Perkembangan Gerakan Kelompok Abu Sayyaf
Gerakan kelompok Abu Sayyaf sering melakukan teror-teror yang telah meresahkan masyarakat, Abu Sayyaf telah melakukan penculikan, pengeboman dan aksi-aksi kekerasan lainnya dalam setiap aksinya untuk mencapai cita-cita mereka mendirikan sebuah negara theokrasi Islam.
Diketahui sampai sekarang bahwa di Filipina Selatan terdapat tiga kelompok perlawanan yang menonjol yaitu Moro National Liberation Front (MNLF), Moro Islamic Liberation Front dan Abu Sayyaf Group (ASG). Ketiga kelompok ini memiliki tujuan yang sama yakni mendirikan sebuah Negara theokrasi Islam dan pembangunan ekonomi wilayah mereka.
Kelompok Abu Sayyaf yang diperkirakan lahir di Basilan (Juga tempat utama operasinya), beroperasi di propinsi sulu dan Tawi-Tawi di kepulauan Sulu serta semenanjung Zamboanga. Pada bulan Maret-April 2001 mereka menjadi perhatian masyarakat luas melaui operasi penculikan dan penyanderaan. Pada awal kelompok ini berdiri, pada tahun 1991 mendapatkan perhatian dari masyarakat melalui aksi pemboman, penculikan dan kejadian-kejadian lainnya di sekitar Zamboanga.
Pemimpin Kelompok Abu Sayyaf, Abdurajak Janjalani pernah menjadi anggota MNLF dan pengkritik keras kepemimpinan Nur Misuari di dalam MNLF. Saat masih menjadi anggota MNLF, pernah dikirim ke Libya untuk menjalani pelatihan keagamaan. Lima ttahun kemudian setlah kembali ke Basilan, dengan dibantu beberapa kaum muda MNLF, ia menjadi penceramah yang kharismatik dan seorang penggagas pendirian Negara Islam di Mindanao, Filipina Selatan.
Abdurajak Janjalani bersama kelompoknya merupakan kelompok yang tidak menyetuji dilakukannya proses perdamaian antara MNLF yang tidak menyetujui delakukannya proses perdamaian antara MNLF dan Pemerintah Filipina. Abdurajak Janjalani pada tanggal 18 desember 1998 terbunuh dalam suatu pertempuran dengan polisi di kampong Lamitan Provinsi Basilan tetapi pendukung Abu Sayyaf tetap melanjutkan perjuangan melalui penculikan, pemboman dan pengumpulan uang secara paksa. Khadafi Janjalani (saudara Abdurajak Abubakar Janjalani) kemudian menjadi pemimpin Abu Sayyaf. Tujuan utamanya masih sama yakni mendirikan sebuah Negara Islam.
Sepeninggalan Abdurajak Janjalani kelompok ini terpecah ke dalam faksi-faksi yang berbeda, kegiatannnya kemudian lebih diwarnai oleh perampokan dan penculikan ketimbang perjuangan politik. hal ini terbukti pada tahun 2000, kelompok ini telah menculik 53 orang meliputi pendeta, beberapa guru dan pelajar. Untuk menebus sandera Abu Sayyaf menuntut uang tebusan dan dua orang Sandera dikabarkan telah dipenggal kepala.
Saat penyanderaan ini berlangsung, pada bulan April 2000 anggota Abu Sayyaf lanya melakukan operasi penyebrangan dari wilayah Negara Filipina bagian selatan menuju resort pulau wisata pulau Sipadan di wilayah Negara Malaysia. Di resort Malayasia mereka menculik 21 orang berkebangsaan Asing terdiri dari 9 orang Malaysia, 3 orang Jerman, 2 orang Perancis, 2 Orang Afrika Selatan, 2 Orang Finlandia, 1 Waniata Libanon, 2 orang Filipina, seluruh korban penculikan ini dibawa ke camp Abu Sayyaf di Taawi-Tawi untuk disandera kemudian dipindah ke Jolo.
Setelah serangan militer Filipina gagal membebaskan para sandera sejumlah wakil Negara Eropa, Malayasia dan Libya bergabung dengan perundingan Filipina dalam upaya membeadkan sandera. Pihak Abu Sayyaf menerbitkan sejumlah daftar tuntutan yaitu pendirian Negara Moro yang merdeka, pelepasan beberapa teroris yang diahan di luar negeri, pelarangan perahu nelayan yang beroperasi di lautan Sulu, perlindungan bagi warga Filipina yang berada di Sabah Malaysia dan uang tebusan drbsar sekitar 1 Juta dollar Amerika Serikat utuk satu orang sandera.
Pada masa penyanderaan ke dua puluh tiga orang ini kelompok Abu Sayyaf juga sempat menyandera seorang wartawan Jerman dan dilepaskan setelah mendapat uang tebusan. Kemudian berturut-turut menyandera tiga orang wartawan TV Perandis, dua orang Filipina dan beberapa pendeta Filipina yang berusaha mengunjungi sandera. Di akhir bulan agustus 2001, seorang warga Negara Amerika Serikat turut di sandera setelah mengunjungi camp Abu Sayyaf sejumlah uang tebusan telah dibayarkan untuk melepaskan sandera ini. Usaha perundingan dengan kelompok ini tidak berhasil untuk membebaskan semua sandera. Empat Bulan kemudian, Agustus 2000, para penyandera meminta uang tebusan satu juta dollar Amerika Serikat sebagai imbalan bila membebaskan tiga warga Negara Malaysia.
Sementara itu pada tanggal 10 September 2000 malam, tiga orang warga Negara Malaysia dilarikan dari resort wisata pulau Pandanan di lepas Pantai Sabah Malaysia oleh kelompok Abu Sayyaf dengan menggunakan kapal motor berkekuatan tinggi melampaui kecepatan kapal angkatan laut Filipina. Bebrapa pihak menduga mereka menggunakan uang tebusan sandera sebelumnya untuk membeli peralatan-peralatan perlengkapan baru. Pada tanggal 21 Mei 20001 kelompok abu Sayyaf kembali manculik tiga warga Negara Amerika Serikat dan tujuh belas warga Negara Filipina dari resort wisata Palawan di Filipina.
Hingga akhir tahun 2001, kelompok Abu Sayyaf masih membawa dua orang warga Negara Amerika Serikat dan satu perawat warganegara Filipina di pulau Basilan hasil penculikan tujuh bulan lalu. Hal ini di ketahui saat kelompok tersebut menawrkan perundingan pembebasan mereka di kota Zamboanga bulan April 2002. Pada bulan Juni 2002 satu orang sandera warganegara Amerika Serikat yaitu Martin Burnham telah meninggal dunia saat dilakukan penyerangan oleh pasukan Filipina terhadap basis Abu Sayyaf yang menyandera dia. Sedangkan istrinya Gracia Burnham dapat diselamatkan. Sementara itu perawat Filipina yaitu Ediborah Yap telah telah tewas saat operasi penyelamatan oleh militer Filipina ini.
Di bulan Juni 2002, Abu Sayyaf melakukan aksi penculikan terhadap warga negara asing, Empat warganegara Indonesia menjadi korban penculikan dan penyanderaan mereka. Keempat orang asing ini adalah anak Buah Kapal (ABK) Kapal SM-88 yang sedang membawa batu bara dari Indonesia ke Pulau Cebu di Filipina Tengah. Penyergapan terhadap mereka dilakukan dilepas pantai Pulau Jolo dan keempatnya kemudian dibawa kedaratan Pulau Jolo. Dua hari kemudian satu ABK Indonesia Ferdinand Joel berhasil diselamatkan. Kemudian bulan Maret 2003 satu orang ABK Indonesia Zulkifli berhasil menyelamatkan diri dan melaporkan bahwa satu AK Indonesia lainnya yaitu Muntu Jacobus Winowatan diperkirakan telah meninggal dunia tertembak dalam operasi penyelamatan militer Filipina bulan Februari 2003. Sandera ABK Indonesia terakhir Lerrech berhasil melarikan diri dari tahanan Abu Sayyaf tanggal 11 April 2003.
Di bulan Maret 2016, Kelompok Abu Sayyaf kembali melakukan aksi penculikan terhadap 10 warga negara Indonesia yang merupakan awak kapal Tug Boat Brahma yang memuat batubara milik perusahaan tambang dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Sumber: Siapa Abu Sayyaf? | Tujuan Abu Sayyaf