KabarMakkah.Com - Perdagangan adalah salah satu jenis usaha yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam. Bahkan dalam sebuah hadist riwayat Ahmad, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam mengajurkan umatnya untuk berdagang karena di dalam perdagangan terdapat 9 pintu rezeki. Namun di sisi lain ada bahaya yang mengancam diri pedagang jika perdagangannya hanya membawa keuntungan dunia dan melupakannya dari keuntungan akhirat.
Ketika Islam berada dalam kejayaan hingga harta ghanimah berlimpah ruah, banyak kaum muslimin yang mulai meninggalkan perdagangan. Hingga Umar bin Khattab mengingatkan: “Saya lihat orang asing mulai menguasai perdagangan. Sementara kalian mulai meninggalkannya (karena telah menjadi pejabat di daerah dan mendapat harta ghanimah), jangan kalian tinggalkan perdagangan, nanti laki-laki kamu tergantung dengan laki-laki mereka dan wanita kamu tergantung dengan wanita mereka”.
Kekhawatiran Umar kala itu, kini telah menjadi kenyataan. Perdagangan sudah dikuasai kaum kafir hingga kaum muslimin kini berada dalam himpitan ekonomi. Himpitan ekonomi itu merambah pada terganggunya akidah dan akhlak kaum muslim.
Maka kiranya kaum muslim harus mulai menggerakkan kembali roda perdagangan dan jangan puas hanya menjadi karyawan. Bagi yang kini tengah berkecimpung di dunia perniagaan atau yang hendak masuk menekuninya, perlu memperhatikan hal-hal yang akan membuatnya mengalami keuntungan haqiqi dalam perdagangan. Keuntungan yang bukan hanya berupa harta dunia, namun keuntungan yang dapat pula dibawanya ke kampung akhirat.
Inilah 3 kriteria perdagangan yang membawa keuntungan akhirat:
1. Tidak Mengurangi Takaran Dan Timbangan
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain, mereka minta dipenuhi. Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.” (QS. Al Muthofifin: 1-3)
Mengurangi takaran dan timbangan adalah perbuatan yang dianggap sepele oleh para pedagang namun bernilai dosa besar di mata Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Maka janganlah melakukan hal itu demi untuk mencari keuntungan dunia yang sedikit. Ingatlah selalu dibalik keuntungan dunia yang cepat habis itu, ada kerugian akhirat yang maha dahsyat yang akan diterima untuk selama-lamanya.
2. Hanya Mengambil Yang Halal Dan Baik
Sesungguhnya perkara yang halal itu jelas dan perkara yang haram itu jelas. Sedang diantara keduanya terdapat perkara-perkara yang syubhat (meragukan), yang tidak diketahui oleh orang banyak. Oleh karena itu, barangsiapa menjaga diri dari perkara syubhat, ia telah terbebas (dari kecaman) untuk agamanya dan kehormatannya.
Begitu pula dalam perdagangan, jika barang yang didagangkan adalah barang yang haram tentu hasilnya pun akan haram. Selain harus mengambil yang halal, manusia juga harus mengambil yang baik. Maka juallah barang-barang yang membawa kebaikan, misalnya saja dengan tidak menambahkan bahan-bahan pengawet yang bukan diperuntukkan bagi makanan.
3. Tidak Lalai Dari Mengingat Allah
Pada suatu hari Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘Anhu datang ke pasar. Ketika tiba waktu shalat berjama’ah, diperhatikan oleh beliau, semua pedagang menutup tokonya masing-masing lalu berjalan berduyun-duyun ke masjid.
Ibnu umar berkata: “Mereka inilah lelaki-lelaki yang disebutkan oleh Allah pada ayat:
“Lelaki-lelaki yang tidak dilalaikan oleh perdagangan dan jual beli dari mengingat Allah, mendirikan shalat dan membayar zakat.” (QS. An Nur: 37)
Orang-orang itu sibuk dalam perdagangan, pekerjaan dan sebagainya. Tetapi apabila mereka mendengar kumandang adzan, mereka langsung meninggalkan perdagangannya, lalu berjalan ke masjid.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda: “Pada hari kiamat ketika Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengumpulkan manusia pada suatu tempat, maka Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan mengumumkan: “Siapakah yang memuji Allah dalam keadaan senang dan susah?” Maka sekumpulan manusia akan bangun dan masuk surga tanpa hisab.
Pengumuman kedua: “Siapakah yang meninggalkan tempat tidurnya dan menghabiskan malamnya untuk mengingat Allah dengan perasaan takut dan harap?” Lalu sekumpulan manusia lagi akan bangun dan akan masuk surga tanpa hisab.
Pengumuman ketiga: “Siapakah yang perdagangannya tidak menghalanginya dari mengingat Allah?” Kemudian sekumpulan manusia pun akan bangun dan masuk surga tanpa hisab pula. Setelah ketiga kumpulan manusia itu masuk, barulah dimulai penghisaban atas manusia yang lainnya”. (Durrul Mantsur)
Demikianlah 3 kriteria perdagangan yang membawa keuntungan akhirat. Masih banyak kriteria lain yang belum disebutkan di sini, namun 3 kriteria itu kiranya bisa kita amalkan terlebih dahulu.
Wallahu A’lam
Ketika Islam berada dalam kejayaan hingga harta ghanimah berlimpah ruah, banyak kaum muslimin yang mulai meninggalkan perdagangan. Hingga Umar bin Khattab mengingatkan: “Saya lihat orang asing mulai menguasai perdagangan. Sementara kalian mulai meninggalkannya (karena telah menjadi pejabat di daerah dan mendapat harta ghanimah), jangan kalian tinggalkan perdagangan, nanti laki-laki kamu tergantung dengan laki-laki mereka dan wanita kamu tergantung dengan wanita mereka”.
Kekhawatiran Umar kala itu, kini telah menjadi kenyataan. Perdagangan sudah dikuasai kaum kafir hingga kaum muslimin kini berada dalam himpitan ekonomi. Himpitan ekonomi itu merambah pada terganggunya akidah dan akhlak kaum muslim.
Maka kiranya kaum muslim harus mulai menggerakkan kembali roda perdagangan dan jangan puas hanya menjadi karyawan. Bagi yang kini tengah berkecimpung di dunia perniagaan atau yang hendak masuk menekuninya, perlu memperhatikan hal-hal yang akan membuatnya mengalami keuntungan haqiqi dalam perdagangan. Keuntungan yang bukan hanya berupa harta dunia, namun keuntungan yang dapat pula dibawanya ke kampung akhirat.
Inilah 3 kriteria perdagangan yang membawa keuntungan akhirat:
1. Tidak Mengurangi Takaran Dan Timbangan
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain, mereka minta dipenuhi. Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.” (QS. Al Muthofifin: 1-3)
Mengurangi takaran dan timbangan adalah perbuatan yang dianggap sepele oleh para pedagang namun bernilai dosa besar di mata Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Maka janganlah melakukan hal itu demi untuk mencari keuntungan dunia yang sedikit. Ingatlah selalu dibalik keuntungan dunia yang cepat habis itu, ada kerugian akhirat yang maha dahsyat yang akan diterima untuk selama-lamanya.
2. Hanya Mengambil Yang Halal Dan Baik
Sesungguhnya perkara yang halal itu jelas dan perkara yang haram itu jelas. Sedang diantara keduanya terdapat perkara-perkara yang syubhat (meragukan), yang tidak diketahui oleh orang banyak. Oleh karena itu, barangsiapa menjaga diri dari perkara syubhat, ia telah terbebas (dari kecaman) untuk agamanya dan kehormatannya.
Begitu pula dalam perdagangan, jika barang yang didagangkan adalah barang yang haram tentu hasilnya pun akan haram. Selain harus mengambil yang halal, manusia juga harus mengambil yang baik. Maka juallah barang-barang yang membawa kebaikan, misalnya saja dengan tidak menambahkan bahan-bahan pengawet yang bukan diperuntukkan bagi makanan.
3. Tidak Lalai Dari Mengingat Allah
Pada suatu hari Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘Anhu datang ke pasar. Ketika tiba waktu shalat berjama’ah, diperhatikan oleh beliau, semua pedagang menutup tokonya masing-masing lalu berjalan berduyun-duyun ke masjid.
Ibnu umar berkata: “Mereka inilah lelaki-lelaki yang disebutkan oleh Allah pada ayat:
“Lelaki-lelaki yang tidak dilalaikan oleh perdagangan dan jual beli dari mengingat Allah, mendirikan shalat dan membayar zakat.” (QS. An Nur: 37)
Orang-orang itu sibuk dalam perdagangan, pekerjaan dan sebagainya. Tetapi apabila mereka mendengar kumandang adzan, mereka langsung meninggalkan perdagangannya, lalu berjalan ke masjid.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda: “Pada hari kiamat ketika Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengumpulkan manusia pada suatu tempat, maka Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan mengumumkan: “Siapakah yang memuji Allah dalam keadaan senang dan susah?” Maka sekumpulan manusia akan bangun dan masuk surga tanpa hisab.
Pengumuman kedua: “Siapakah yang meninggalkan tempat tidurnya dan menghabiskan malamnya untuk mengingat Allah dengan perasaan takut dan harap?” Lalu sekumpulan manusia lagi akan bangun dan akan masuk surga tanpa hisab.
Pengumuman ketiga: “Siapakah yang perdagangannya tidak menghalanginya dari mengingat Allah?” Kemudian sekumpulan manusia pun akan bangun dan masuk surga tanpa hisab pula. Setelah ketiga kumpulan manusia itu masuk, barulah dimulai penghisaban atas manusia yang lainnya”. (Durrul Mantsur)
Demikianlah 3 kriteria perdagangan yang membawa keuntungan akhirat. Masih banyak kriteria lain yang belum disebutkan di sini, namun 3 kriteria itu kiranya bisa kita amalkan terlebih dahulu.
Wallahu A’lam