Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzhar Simanjuntak dan Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Jawa Tengah Zainuddin Ahpandy berkesempatan mengunjungi keluarga almarhum Siyono di Klaten, Jawa Tengah, Rabu (30/3/2016).
Pertemuan dilakukan secara tertutup. Salah satu pembicaraan Dahnil, Zainuddin dengan Suratmi, istri Siyono adalah soal intimidasi warga atas rencana autopsi ulang jenazah Siyono.
Suratmi sempat meneteskan air mata. Dia dengan penuh keikhlasan siap angkat kaki meninggalkan Kampung Brengkungan. ''Tidak apa. Saya ikhlas pergi dari sini. Tanah milik Allah luas. Kami siap hidup dimanapun''.
Pernyataan tulus Suratmi menjawab tuntutan warga. Mereka menolak pembongkaran dan autopsi jenazah Siyono. Bila autopsi dilakukan, jenazah tidak boleh dimakamkan di sana lagi. Keluarga Siyono pun harus angkat kaki dari Dukuh Brengkungan. ''Saya trenyuh mendengar pernyataan Bu Suratmi. Nangis saya tadi. Haru saya tadi,'' aku Dahnil.
Seperti diketahui, warga menolak autopsi jenazah Siyono. Jika autopsi tetap dilakukan, maka warga mengancam akan mengusir keluarga Siyono dari Desa Pogung, Klaten.
Dahnil menjelaskan autopsi Siyono tidak jadi dilakukan hari ini karena adanya penolakan dari Kepala Desa Pogung, tempat Siyono dimakamkan.
Sebagai perwakilan Muhammadiyah yang mengadvokasi keluarga Siyono, Dahnil sejak pagi hingga sore berada di Klaten untuk menemui istri Siyono, Suratmi, dan kelima anaknya, termasuk menemui warga serta kepala desa.
"Pertama, mereka anggap autopsi tidak perlu. Apalagi Siyono sudah tenang di alam kubur," kata Dahnil seperti dilansir dari RMOL.
Kedua, kalau mau diaotopsi, tidak boleh dilakukan di desa tersebut. Ketiga, kalau diautopsi di luar desa, jenazah Siyono tidak boleh dibawa lagi ke desa tersebut.
"Dan keluarga Bu Suratmi dan anak-anaknya harus keluar dari desa (kalau jenazah diautopsi)," tambah Dahnil.
Dahnil sendiri tidak mau menggali lebih lanjut soal syarat yang diajukan oleh kepala desa tersebut. Karena dia curiga ada settingan dari pihak luar.
"Klaim Kades, sebagian warga menolak. Tapi nggak jelas warga yang mana. Kami tanya warga sekitar, mereka tidak menolak," pungkasnya.
Polisi di depan rumah Siyono, 8 Maret 2016 |
Pertemuan dilakukan secara tertutup. Salah satu pembicaraan Dahnil, Zainuddin dengan Suratmi, istri Siyono adalah soal intimidasi warga atas rencana autopsi ulang jenazah Siyono.
Suratmi sempat meneteskan air mata. Dia dengan penuh keikhlasan siap angkat kaki meninggalkan Kampung Brengkungan. ''Tidak apa. Saya ikhlas pergi dari sini. Tanah milik Allah luas. Kami siap hidup dimanapun''.
Pernyataan tulus Suratmi menjawab tuntutan warga. Mereka menolak pembongkaran dan autopsi jenazah Siyono. Bila autopsi dilakukan, jenazah tidak boleh dimakamkan di sana lagi. Keluarga Siyono pun harus angkat kaki dari Dukuh Brengkungan. ''Saya trenyuh mendengar pernyataan Bu Suratmi. Nangis saya tadi. Haru saya tadi,'' aku Dahnil.
Seperti diketahui, warga menolak autopsi jenazah Siyono. Jika autopsi tetap dilakukan, maka warga mengancam akan mengusir keluarga Siyono dari Desa Pogung, Klaten.
Dahnil menjelaskan autopsi Siyono tidak jadi dilakukan hari ini karena adanya penolakan dari Kepala Desa Pogung, tempat Siyono dimakamkan.
Sebagai perwakilan Muhammadiyah yang mengadvokasi keluarga Siyono, Dahnil sejak pagi hingga sore berada di Klaten untuk menemui istri Siyono, Suratmi, dan kelima anaknya, termasuk menemui warga serta kepala desa.
"Pertama, mereka anggap autopsi tidak perlu. Apalagi Siyono sudah tenang di alam kubur," kata Dahnil seperti dilansir dari RMOL.
Kedua, kalau mau diaotopsi, tidak boleh dilakukan di desa tersebut. Ketiga, kalau diautopsi di luar desa, jenazah Siyono tidak boleh dibawa lagi ke desa tersebut.
"Dan keluarga Bu Suratmi dan anak-anaknya harus keluar dari desa (kalau jenazah diautopsi)," tambah Dahnil.
Dahnil sendiri tidak mau menggali lebih lanjut soal syarat yang diajukan oleh kepala desa tersebut. Karena dia curiga ada settingan dari pihak luar.
Baca Juga: Muhammadiyah Akan Laporkan Densus 88 Ke Mahkamah Internasional
"Klaim Kades, sebagian warga menolak. Tapi nggak jelas warga yang mana. Kami tanya warga sekitar, mereka tidak menolak," pungkasnya.