KabarMakkah.Com – Menjawab salam bagi seorang muslim adalah wajib hukumnya. Namun bagaimana dengan mayit? Bukankah Rasulullah sendiri menyuruh umat muslim yang masih hidup untuk mengucapkan salam kepada mayit di pekuburan?
Sesungguhnya alam kubur termasuk dalam perkara ghaib sehingga untuk mengetahuinya, kita harus melihat berdasarkan Al Quran dan Assunnah.
Dalam aktivitas berziarah kubur, Rasulullah menganjurkan agar untuk mengingat kematian, memberi salam dan mendoakan si mayit tersebut. Keterangan ini didapat dalam hadist dari Aisyah Radhiallahu ‘Anha.
Beliau bertanya kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, apa yang harus aku ucapkan ketika aku ziarah kubur?” Rasul menjawab, “Ucapkanlah yang artinya ‘salam wahai penghuni kubur dari kalangan mukminin dan muslimin. Semoga Allah merahmati orang yang telah meninggal dan yang masih hidup. Dan insyaallah kami akan menyusul kalian.” (HR Muslim)
Melihat hadist tersebut, maka sudah selayaknya untuk kita kaum muslimin mengucapkan salam kepada ahli kubur. Meski dianjurkan, namun beliau tidak menyebutkan apakah salam itu didengar atau tidak.
Dalam hadist yang lain, dari Ibnu Abbas, bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, “Apabila ada seseorang yang melewati kuburan saudaranya sesama mukmin yang dia kenal di dunia, lalu dia memberi salam, maka saudaranya akan menjawab salamnya.”
Hadist tersebut telah dikuatkan dalam oleh beberapa ulama dan salah satunya adalah Abdul Haq.
Selain menjawab salam, seorang mayit juga akan mengetahui siapa saja yang menziarahinya. Keterangan ini dikatakan oleh Ibnul Qoyim.
“Para salaf dan ulama sepakat tentang ini dan terdapat banyak riwayat dari mereka bahwa mayit mengetahui orang hidup yang menziarahinya dan merasa senang dengannya. (Ar Ruh 5)
Keterangan yang sama dituturkan juga oleh Ibnu Katsir bahwa, “Nabi mensyariatkan umatnya ketika mereka memberi salam kepada penghuni kubur agar disampaikan seperti menyampaikan kepada orang yang ada di depannya. ‘Assalamualaikum wahai penghuni kampung kaum mukminin’ sementara panggilan semacam ini hanya bisa diarahkan kepada orang yang bisa mendengar dan berakal. Andai bukan seperti ini panggilannya, tentu statusnya seperti memanggil sosok yang tidak ada atau benda mati. Dan para ulama sepakat hal ini. Terdapat riwayat dari mereka bahwa mayit mengetahui orang hidup yang menziarahinya dan merasa senang dengannya." (Tafsir Ibnu Katsir 6/325)
Banyak dari kita yang beranggapan bahwa jika memang mayit bisa mendengar, maka dengan bebasnya kita bisa meminta kepada ahli kubur tersebut. Kejadian ini sering terlihat pada kuburan orang shaleh ataupun para ulama yang sudah wafat.
Ketahuilah sesungguhnya orang yang telah mati tidak bisa beramal lagi dan tidak pula dapat membantu orang lain. Justru mereka sangat membutuhkan kebaikan amal, butuh ampunan Allah serta doa dari kita-kita yang masih hidup.
Sesungguhnya allah mencela orang musyrik yang berdoa dan memohon kepada ruh orang.
“Tuhan-tuhan yang mereka seru selain Allah, tidak dapat membuat sesuatu apapun, sedang berhala-berhala itu (sendiri) dibuat orang. Itu semua benda mati tidak hidup, dan berhala-berhala tidak mengetahui bilakah penyembah-penyembahnya akan dibangkitkan.” (QS An Nahl 20-21)
Jadi jelas bahwa mayitlah yang butuh dengan doa dan mayitlah yang butuh tambahan amalan. Sehingga sangat aneh apabila ada kuburan yang dimintai doa atau sekedar menjadi tempat curhat masalah duniawi.
Wallahu A’lam
Sesungguhnya alam kubur termasuk dalam perkara ghaib sehingga untuk mengetahuinya, kita harus melihat berdasarkan Al Quran dan Assunnah.
Dalam aktivitas berziarah kubur, Rasulullah menganjurkan agar untuk mengingat kematian, memberi salam dan mendoakan si mayit tersebut. Keterangan ini didapat dalam hadist dari Aisyah Radhiallahu ‘Anha.
Beliau bertanya kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, apa yang harus aku ucapkan ketika aku ziarah kubur?” Rasul menjawab, “Ucapkanlah yang artinya ‘salam wahai penghuni kubur dari kalangan mukminin dan muslimin. Semoga Allah merahmati orang yang telah meninggal dan yang masih hidup. Dan insyaallah kami akan menyusul kalian.” (HR Muslim)
Melihat hadist tersebut, maka sudah selayaknya untuk kita kaum muslimin mengucapkan salam kepada ahli kubur. Meski dianjurkan, namun beliau tidak menyebutkan apakah salam itu didengar atau tidak.
Dalam hadist yang lain, dari Ibnu Abbas, bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, “Apabila ada seseorang yang melewati kuburan saudaranya sesama mukmin yang dia kenal di dunia, lalu dia memberi salam, maka saudaranya akan menjawab salamnya.”
Hadist tersebut telah dikuatkan dalam oleh beberapa ulama dan salah satunya adalah Abdul Haq.
Selain menjawab salam, seorang mayit juga akan mengetahui siapa saja yang menziarahinya. Keterangan ini dikatakan oleh Ibnul Qoyim.
“Para salaf dan ulama sepakat tentang ini dan terdapat banyak riwayat dari mereka bahwa mayit mengetahui orang hidup yang menziarahinya dan merasa senang dengannya. (Ar Ruh 5)
Keterangan yang sama dituturkan juga oleh Ibnu Katsir bahwa, “Nabi mensyariatkan umatnya ketika mereka memberi salam kepada penghuni kubur agar disampaikan seperti menyampaikan kepada orang yang ada di depannya. ‘Assalamualaikum wahai penghuni kampung kaum mukminin’ sementara panggilan semacam ini hanya bisa diarahkan kepada orang yang bisa mendengar dan berakal. Andai bukan seperti ini panggilannya, tentu statusnya seperti memanggil sosok yang tidak ada atau benda mati. Dan para ulama sepakat hal ini. Terdapat riwayat dari mereka bahwa mayit mengetahui orang hidup yang menziarahinya dan merasa senang dengannya." (Tafsir Ibnu Katsir 6/325)
Banyak dari kita yang beranggapan bahwa jika memang mayit bisa mendengar, maka dengan bebasnya kita bisa meminta kepada ahli kubur tersebut. Kejadian ini sering terlihat pada kuburan orang shaleh ataupun para ulama yang sudah wafat.
Ketahuilah sesungguhnya orang yang telah mati tidak bisa beramal lagi dan tidak pula dapat membantu orang lain. Justru mereka sangat membutuhkan kebaikan amal, butuh ampunan Allah serta doa dari kita-kita yang masih hidup.
Sesungguhnya allah mencela orang musyrik yang berdoa dan memohon kepada ruh orang.
“Tuhan-tuhan yang mereka seru selain Allah, tidak dapat membuat sesuatu apapun, sedang berhala-berhala itu (sendiri) dibuat orang. Itu semua benda mati tidak hidup, dan berhala-berhala tidak mengetahui bilakah penyembah-penyembahnya akan dibangkitkan.” (QS An Nahl 20-21)
Jadi jelas bahwa mayitlah yang butuh dengan doa dan mayitlah yang butuh tambahan amalan. Sehingga sangat aneh apabila ada kuburan yang dimintai doa atau sekedar menjadi tempat curhat masalah duniawi.
Wallahu A’lam