KabarMakkah.Com – Sungguh beruntung nasib dari Yasaroh, putri dari pasangan Miftahuddin dan Marmina. Ia merupakan mahasiswa dari orang tua yang berprofesi berjualan siomay. Keberuntungan ini karena di bulan Juni mendatang, ia berkesempatan untuk melanjutkan jenjang S3 di Belanda dalam bidang ilmu kimia. Setelah nanti bergelar PhD di Universits Groningen Belanda, ia akan segera pulang kembali ke kampung halamannya di Indonesia.
Ia menginginkan agar apa yang dialaminya mampu memotivasi para remaja atau kaum muda lewat kisahnya hingga menghantarkannya pada jalan kesuksesan menuju pendidikan yang lebih tinggi.
Yasaroh merupakan gadis yang lahir di Surakarta pada tanggal 23 Mei 1991 dan termasuk dalam kategori siswa yang sangat cerdas. Peranan orang tuanya menjadikan ia mampu meraih juara kelas semenjak bangku Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas. Demi meraih cita-citanya, ia pun melanjutkan sekolah ke Universitas Negeri Makassar dan memilih Fakultas MIPA.
Selama proses perkuliahan hampir dilaluinya dengan mudah sehingga mendapatkan IPK 3,97. Karena senang dengan dunia pembelajaran, ia pun melanjutkan sekolahnya untuk mendapatkan gelar S2 dan yang ia pilih adalah di Universitas Teknologi Bandung.
Keberhasilan yang ia dapat saat meraih gelar S1 terbawa ke jenjang selanjutnya. Alhasil Yasaroh meraih prestasi yang cemerlang dengan IPK 3,88. Tak ayal, banyak lembaga beasiswa yang meliriknya dan salah satunya adalah Lembaga Pengelola Dana Pendidikan atau LPDP. Mereka memberikan penawaran dengan biaya pendidikan di Belanda selama 4 tahun secara gratis.
Namun apa yang ia dapatkan saat ini tidak sebanding dengan perjuangan orang tuanya. Hal itu ia tuturkan dengan sedikit keharuan.
Yasaroh bukanlah seorang gadis yang lahir dari keluarga berada dan hidup dengan serba berkecukupan. Ia hanya seorang gadis dari ayah yang seorang penjual siomay keliling. Sementara ibunya adalah seorang penjual nasi goreng.
Bagi kedua orang tuanya akan prestasi yang diraih oleh anaknya, mereka berkata bahwa pendidikan sangat penting dan Yasaroh bisa meraihnya.
Ibunya menambahkan bahwa semenjak SD hingga SMA, Yasaroh selalu membantunya berjualan nasi goreng.
“Bisa jadi karena Yassaroh merupakan kta dalam quran yang berarti dimudahkan jalannya” lanjut sang ibu.
Subhanallah... lihatlah bagaimana dari keluarga yang sederhana lahir seorang gadis yang memberi kebanggaan bagi keluarganya.
Sudahkah kita membanggakan orang tua kita dalam hal apapun?
Ia menginginkan agar apa yang dialaminya mampu memotivasi para remaja atau kaum muda lewat kisahnya hingga menghantarkannya pada jalan kesuksesan menuju pendidikan yang lebih tinggi.
Ilustrasi penjual siomay (foto: selbyfood.blogspot.com) |
Selama proses perkuliahan hampir dilaluinya dengan mudah sehingga mendapatkan IPK 3,97. Karena senang dengan dunia pembelajaran, ia pun melanjutkan sekolahnya untuk mendapatkan gelar S2 dan yang ia pilih adalah di Universitas Teknologi Bandung.
Keberhasilan yang ia dapat saat meraih gelar S1 terbawa ke jenjang selanjutnya. Alhasil Yasaroh meraih prestasi yang cemerlang dengan IPK 3,88. Tak ayal, banyak lembaga beasiswa yang meliriknya dan salah satunya adalah Lembaga Pengelola Dana Pendidikan atau LPDP. Mereka memberikan penawaran dengan biaya pendidikan di Belanda selama 4 tahun secara gratis.
Namun apa yang ia dapatkan saat ini tidak sebanding dengan perjuangan orang tuanya. Hal itu ia tuturkan dengan sedikit keharuan.
Foto Yasaroh |
Bagi kedua orang tuanya akan prestasi yang diraih oleh anaknya, mereka berkata bahwa pendidikan sangat penting dan Yasaroh bisa meraihnya.
Ibunya menambahkan bahwa semenjak SD hingga SMA, Yasaroh selalu membantunya berjualan nasi goreng.
“Bisa jadi karena Yassaroh merupakan kta dalam quran yang berarti dimudahkan jalannya” lanjut sang ibu.
Subhanallah... lihatlah bagaimana dari keluarga yang sederhana lahir seorang gadis yang memberi kebanggaan bagi keluarganya.
Sudahkah kita membanggakan orang tua kita dalam hal apapun?