KabarMakkah.Com – Ibadah shalat sering dikaitkan dengan waktu untuk beristirahat. Contohnya sangat jelas terlihat bagi mereka yang bekerja di kantor ataupun di pabrik. Namun tak jarang banyak kaum muslimin sekarang ini yang menyepelekannya sehingga shalat bukan dianggap lagi sebagai sebuah kewajiban dan mereka lebih memilih kegiatan lain dahulu.
Selain menyepelekan, shalat juga dianggap sebagai suatu beban yang sungguh berat untuk dilakukan. Saking beratnya, mereka bahkan berani meninggalkan shalat wajib tanpa alasan yang syar’i.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengatakan kepada Bilal bin Rabah, “Wahai Bilal, istirahatkanlah aku dengan shalat.” Perkataan Rasulullah tersebut menunjukkan bagaimana suatu shalat dianggap sebagai sebuah waktu untuk istirahat dari penatnya kehidupan duniawi.
Dengan kata lain, Rasulullah senantiasa melakukan shalat dengan khusyu dan tidak tergesa-gesa karena sesungguhnya shalat merupakan perintah yang Allah turunkan kepada Nabi Muhammad secara langsung tanpa adanya perantaraan malaikat Jibril. Rasulullah juga menyebutkan bahwa shalat merupakan komunikasi langsung bagi seorang mukmin terhadap Rabbnya.
Dengan shalat, menjadi pertanda bahwa seorang mukmin tengah berupaya untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dengan shalat pula, seorang mukmin bisa bebas mengadukan segala permasalahan yang dihadapinya. Dan dengan shalat, hatinya akan selalu ingat akan rasa syukur dan kuasa Allah sehingga pada akhirnya shalat bukan lagi dianggap sebagai sebuah beban ataupun hanya faktor kebutuhan sesaat saja.
Jika seorang mukmin telah menempatkan shalat sebagai peristirahatannya, ia tidak akan bersegera mengakhiri ataupun tergesa-gesa dalam melaksanakan ibadah wajib tersebut. Seorang mukmin justru akan melakukannya dengan penuh kekhusyukan agar bisa mendekatkan diri kepada yang menciptakannya, mematikannya, membahagiakannya dan yang telah memberinya rezeki selama ini.
Wallahu A’lam
Selain menyepelekan, shalat juga dianggap sebagai suatu beban yang sungguh berat untuk dilakukan. Saking beratnya, mereka bahkan berani meninggalkan shalat wajib tanpa alasan yang syar’i.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengatakan kepada Bilal bin Rabah, “Wahai Bilal, istirahatkanlah aku dengan shalat.” Perkataan Rasulullah tersebut menunjukkan bagaimana suatu shalat dianggap sebagai sebuah waktu untuk istirahat dari penatnya kehidupan duniawi.
Dengan kata lain, Rasulullah senantiasa melakukan shalat dengan khusyu dan tidak tergesa-gesa karena sesungguhnya shalat merupakan perintah yang Allah turunkan kepada Nabi Muhammad secara langsung tanpa adanya perantaraan malaikat Jibril. Rasulullah juga menyebutkan bahwa shalat merupakan komunikasi langsung bagi seorang mukmin terhadap Rabbnya.
Dengan shalat, menjadi pertanda bahwa seorang mukmin tengah berupaya untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dengan shalat pula, seorang mukmin bisa bebas mengadukan segala permasalahan yang dihadapinya. Dan dengan shalat, hatinya akan selalu ingat akan rasa syukur dan kuasa Allah sehingga pada akhirnya shalat bukan lagi dianggap sebagai sebuah beban ataupun hanya faktor kebutuhan sesaat saja.
Jika seorang mukmin telah menempatkan shalat sebagai peristirahatannya, ia tidak akan bersegera mengakhiri ataupun tergesa-gesa dalam melaksanakan ibadah wajib tersebut. Seorang mukmin justru akan melakukannya dengan penuh kekhusyukan agar bisa mendekatkan diri kepada yang menciptakannya, mematikannya, membahagiakannya dan yang telah memberinya rezeki selama ini.
Wallahu A’lam