Ka'bah merupakan kiblat bagi seluruh kaum muslimin di seluruh dunia ketika sedang melaksanakan ibadah sholat. Namun di Kabupaten Pangandaran, ada sekelompok orang yang sholat menghadap laut selatan.
Hal itu dilakukan satu dari 144 aliran yang diduga sesat, yang ditemukan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat.
Sekretaris Umum MUI Jawa Barat, Rafani Achyar menjelaskan ritual itu dilakukan hanya diwaktu tertentu.
"Mereka sholatnya menghadap ke laut (selatan). Tapi itu hanya malam-malam tertentu," ujar Rafani di Bandung, Kamis (11/2/2016).
Dia mengungkapkan, kelompok tersebut tak memiliki nama aliran atau ajaran. Para pengikutnya pun hanya belasan orang.
Aliran tersebut, lanjut Rafani telah ada sejak 2007. Tapi dalam perkembangannya aliran itu tidak membuat masyarakat tertarik. Sehingga jumlah pengikutnya tidak terlalu banyak.
"Aliran itu sempat diatasi oleh MUI Ciamis karena waktu itu Pangandaran masih masuk daerah Ciamis, belum menjadi daerah sendiri seperti sekarang," kata dia.
Diakuinya, MUI Ciamis telah berulangkali melakukan pembinaan. Aliran tersebut sempat menghilang beberapa waktu. Namun, belakangan ini kelompok tersebut kembali mengembangkan ajarannya.
"Tapi kemudian ada lagi. Menurut masyarakat, mereka kadang-kadang masih melakukannya (sholat menghadap ke laut selatan)," imbuhnya.
Sampai sekarang, Pihak MUI belum mendapat argumen terkait pemahaman aliran tersebut. Menurut dia, sejumlah tokoh ajaran tersebut menolak untuk diajak berdiskusi.
"Dari pihak mereka tidak terbuka, mereka tidak mau diajak ngobrol. Jadi keterangan yang kita dapat dari MUI setempat juga tidak lengkap soal ajaran mereka ini," terangnya.
Dia menegaskan, ajaran tersebut jelas menyimpang lantaran ibadah menghadap laut sama sekali tak sesuai dengan ajaran Islam.
MUI belum melakukan penindakan lantaran pengikutnya yang tak banyak. Meski begitu MUI tetap melakukan pemantauan agar aliran itu tidak menyebar.
Dia dan para ulama setempat mengimbau agar warga selalu mewaspadai aliran sesat tersebut dan tidak terjebak untuk menjadi pengikut mereka.
"Itu jelas sesat dan itu jadi salah satu aliran sesat yang masuk ke jumlah 144 itu," pungkasnya.
Hal itu dilakukan satu dari 144 aliran yang diduga sesat, yang ditemukan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat.
Sekretaris Umum MUI Jawa Barat, Rafani Achyar menjelaskan ritual itu dilakukan hanya diwaktu tertentu.
"Mereka sholatnya menghadap ke laut (selatan). Tapi itu hanya malam-malam tertentu," ujar Rafani di Bandung, Kamis (11/2/2016).
Dia mengungkapkan, kelompok tersebut tak memiliki nama aliran atau ajaran. Para pengikutnya pun hanya belasan orang.
Aliran tersebut, lanjut Rafani telah ada sejak 2007. Tapi dalam perkembangannya aliran itu tidak membuat masyarakat tertarik. Sehingga jumlah pengikutnya tidak terlalu banyak.
"Aliran itu sempat diatasi oleh MUI Ciamis karena waktu itu Pangandaran masih masuk daerah Ciamis, belum menjadi daerah sendiri seperti sekarang," kata dia.
Diakuinya, MUI Ciamis telah berulangkali melakukan pembinaan. Aliran tersebut sempat menghilang beberapa waktu. Namun, belakangan ini kelompok tersebut kembali mengembangkan ajarannya.
"Tapi kemudian ada lagi. Menurut masyarakat, mereka kadang-kadang masih melakukannya (sholat menghadap ke laut selatan)," imbuhnya.
Sampai sekarang, Pihak MUI belum mendapat argumen terkait pemahaman aliran tersebut. Menurut dia, sejumlah tokoh ajaran tersebut menolak untuk diajak berdiskusi.
"Dari pihak mereka tidak terbuka, mereka tidak mau diajak ngobrol. Jadi keterangan yang kita dapat dari MUI setempat juga tidak lengkap soal ajaran mereka ini," terangnya.
Dia menegaskan, ajaran tersebut jelas menyimpang lantaran ibadah menghadap laut sama sekali tak sesuai dengan ajaran Islam.
MUI belum melakukan penindakan lantaran pengikutnya yang tak banyak. Meski begitu MUI tetap melakukan pemantauan agar aliran itu tidak menyebar.
Dia dan para ulama setempat mengimbau agar warga selalu mewaspadai aliran sesat tersebut dan tidak terjebak untuk menjadi pengikut mereka.
"Itu jelas sesat dan itu jadi salah satu aliran sesat yang masuk ke jumlah 144 itu," pungkasnya.