KabarMakkah.Com - Jalan hidup kadang tak terduga. Selain banyak warna-warni pelangi yang mewarnai, kadang ada pula awan mendung yang menaungi. Akan tetapi tak selalu awan itu membawa nestapa, ia justru membawa ketenangan dan kebahagiaan. Kiasan tersebut sama kiranya dengan kisah sukses perjaka 24 tahun yang menikahi janda beranak tiga berikut ini.
Tinggi badannya hanya sekitar 160 cm dan ia merupakan anak tertua dengan tiga orang adik setelahnya. Sosoknya begitu dikenal sebagai pribadi yang penuh kerja keras. Setelah selesai menamatkan bangku SMA, pemuda asal kabupaten Tangerang itu dengan berani memutuskan melanjutkan kuliah ke perguruan tinggi tanpa berbekal uang sepeser pun.
Alhasil untuk menyambung kehidupannya, ia rela banting tulang berjualan makanan ringan yang ia buat sendiri. Tak sebatas itu, ia pun mengambil jajanan basah seperti gorengan dan lontong dari produsennya langsung kemudian dititipkannya ke warung-warung dan kantin-kantin sekolah terdekat.
Tak pernah terlintas di benaknya untuk merasa malu. Ia selalu berpikir bahwa apa yang dilakukannya adalah halal sehingga untuk apa merasa malu. Setiap pagi buta, ia sudah bergegas menyiapkan barang-barang dagangannya. Ia sambangi satu persatu warung dan kantin yang menjadi target jualannya. Setelah itu, ia pun berangkat kuliah hingga sore menjelang.
Sore hari, kembali ia datangi warung-warung dan kantin tersebut untuk mengambil sisa barang dan uang hasil jualan hari itu. Kegiatan tersebut ia lakukan setiap hari tanpa mengenal lelah sedikit pun.
Disamping berjualan, ia memanfaatkan keahliannya untuk bekerja di salah satu sekolah sebagai pegawai tata usaha (TU) ketika jadwal kuliahnya kosong. Maka kesibukan menyelesaikan tugas-tugas kuliah ditambah tuntutan pekerjaan sudah menjadi santapannya setiap hari. Begitu seterusnya, hingga tak terasa akhirnya ia lulus kuliah.
Selepas kuliah, ia bekerja di salah satu sekolah menengah atas di kabupaten Tangerang sebagai guru olahraga. Nah di tahun 2006, di usianya yang ke 24 tahun, ia memulai pengalaman hidupnya yang tak biasa.
“Jadi...” Tutur laki-laki yang baru saja beres mengimami shalat kami di mesjid sekolah itu,
“Setelah lulus dan bekerja, saya ditawari beberapa wanita oleh keluarga untuk saya nikahi.
Namun....” lanjutnya, “kata hati tak bisa dipaksa. Dari sekian banyak sosok yang ditawarkan, tak satu pun yang sesuai selera hati”.
“Hingga akhirnya....” sambungnya “hati saya tertuju pada sosok janda beranak 3 yang saya lihat sebagai sosok yang luar biasa namun memerlukan uluran tangan. Hati ini pun mantap untuk menikahinya.”
“Namun keputusan saya itu bukan tanpa aral melintang” Ucapnya sambil mengarahkan pandangan lurus ke depan. “Keluarga saya sendiri memang mendukung, namun rintangan itu timbul dari orang-orang yang ada di sekeliling saya. Cemoohan dan komentar miring terasa pedas di telinga. Banyak yang mengatakan bahwa saya ini buta, tidak melihat dan lain sebagainya.”
“Akan tetapi semua itu tidak menyurutkan langkah saya. Dengan berbekal niat baik, saya temui kedua orang tuanya, dan Alhamdulillah mereka setuju.”
“Saya kira setelah menikah, cemoohan itu akan berhenti. Namun rupanya cemoohan dan gunjingan itu malah kian menjadi. Saya pun tidak mau ambil pusing dengan komentar-komentar negatif mereka. Yang terpenting adalah niat yang ada dalam sini”. Tuturnya sambil menunjuk pada hati.
Niat baik tersebut ternyata membuahkan hasil yang manis. Rezeki dari segala arah seakan dihamparkan dan mendatanginya. Ia mampu membiayai istrinya untuk melanjutkan kuliah, ia pun berhasil membiayai sekolah ketiga anak tirinya. Allah pun mengkaruniainya seorang anak buah cinta dari pernikahannya dengan janda tersebut.
Belum lepas kebahagiannya, ia dinyatakan lulus seleksi pegawai negeri sipil. Dan yang lebih membahagiakan, sang istri pun mengalami hal yang serupa. Istrinya dinyatakan lulus sebagai pegawai negeri sipil tepat setelah ia lulus kuliah.
Qadarullah.... Kini orang-orang yang dulu mencemooh berbalik memujinya. Mereka selalu menyanjungnya sebagai orang yang sukses. Walaupun pujian demi pujian tersebut tidak ditanggapi olehnya dan tidak pula menjadikannya sebagai orang yang sombong.
Demikian, kadang yang kita anggap jelek justru berbuah kebaikan yang mendatangkan ketenangan dan kebahagiaan. Niat tulus perjaka 24 tahun yang menikahi janda 3 anak tersebut membukakan jalan sukses di hidupnya.
Adakah perjaka-perjaka lain yang tertarik mengikuti jejaknya?
Ilustrasi |
Tinggi badannya hanya sekitar 160 cm dan ia merupakan anak tertua dengan tiga orang adik setelahnya. Sosoknya begitu dikenal sebagai pribadi yang penuh kerja keras. Setelah selesai menamatkan bangku SMA, pemuda asal kabupaten Tangerang itu dengan berani memutuskan melanjutkan kuliah ke perguruan tinggi tanpa berbekal uang sepeser pun.
Alhasil untuk menyambung kehidupannya, ia rela banting tulang berjualan makanan ringan yang ia buat sendiri. Tak sebatas itu, ia pun mengambil jajanan basah seperti gorengan dan lontong dari produsennya langsung kemudian dititipkannya ke warung-warung dan kantin-kantin sekolah terdekat.
Tak pernah terlintas di benaknya untuk merasa malu. Ia selalu berpikir bahwa apa yang dilakukannya adalah halal sehingga untuk apa merasa malu. Setiap pagi buta, ia sudah bergegas menyiapkan barang-barang dagangannya. Ia sambangi satu persatu warung dan kantin yang menjadi target jualannya. Setelah itu, ia pun berangkat kuliah hingga sore menjelang.
Sore hari, kembali ia datangi warung-warung dan kantin tersebut untuk mengambil sisa barang dan uang hasil jualan hari itu. Kegiatan tersebut ia lakukan setiap hari tanpa mengenal lelah sedikit pun.
Disamping berjualan, ia memanfaatkan keahliannya untuk bekerja di salah satu sekolah sebagai pegawai tata usaha (TU) ketika jadwal kuliahnya kosong. Maka kesibukan menyelesaikan tugas-tugas kuliah ditambah tuntutan pekerjaan sudah menjadi santapannya setiap hari. Begitu seterusnya, hingga tak terasa akhirnya ia lulus kuliah.
Selepas kuliah, ia bekerja di salah satu sekolah menengah atas di kabupaten Tangerang sebagai guru olahraga. Nah di tahun 2006, di usianya yang ke 24 tahun, ia memulai pengalaman hidupnya yang tak biasa.
“Jadi...” Tutur laki-laki yang baru saja beres mengimami shalat kami di mesjid sekolah itu,
“Setelah lulus dan bekerja, saya ditawari beberapa wanita oleh keluarga untuk saya nikahi.
Namun....” lanjutnya, “kata hati tak bisa dipaksa. Dari sekian banyak sosok yang ditawarkan, tak satu pun yang sesuai selera hati”.
“Hingga akhirnya....” sambungnya “hati saya tertuju pada sosok janda beranak 3 yang saya lihat sebagai sosok yang luar biasa namun memerlukan uluran tangan. Hati ini pun mantap untuk menikahinya.”
“Namun keputusan saya itu bukan tanpa aral melintang” Ucapnya sambil mengarahkan pandangan lurus ke depan. “Keluarga saya sendiri memang mendukung, namun rintangan itu timbul dari orang-orang yang ada di sekeliling saya. Cemoohan dan komentar miring terasa pedas di telinga. Banyak yang mengatakan bahwa saya ini buta, tidak melihat dan lain sebagainya.”
“Akan tetapi semua itu tidak menyurutkan langkah saya. Dengan berbekal niat baik, saya temui kedua orang tuanya, dan Alhamdulillah mereka setuju.”
“Saya kira setelah menikah, cemoohan itu akan berhenti. Namun rupanya cemoohan dan gunjingan itu malah kian menjadi. Saya pun tidak mau ambil pusing dengan komentar-komentar negatif mereka. Yang terpenting adalah niat yang ada dalam sini”. Tuturnya sambil menunjuk pada hati.
Niat baik tersebut ternyata membuahkan hasil yang manis. Rezeki dari segala arah seakan dihamparkan dan mendatanginya. Ia mampu membiayai istrinya untuk melanjutkan kuliah, ia pun berhasil membiayai sekolah ketiga anak tirinya. Allah pun mengkaruniainya seorang anak buah cinta dari pernikahannya dengan janda tersebut.
Belum lepas kebahagiannya, ia dinyatakan lulus seleksi pegawai negeri sipil. Dan yang lebih membahagiakan, sang istri pun mengalami hal yang serupa. Istrinya dinyatakan lulus sebagai pegawai negeri sipil tepat setelah ia lulus kuliah.
Qadarullah.... Kini orang-orang yang dulu mencemooh berbalik memujinya. Mereka selalu menyanjungnya sebagai orang yang sukses. Walaupun pujian demi pujian tersebut tidak ditanggapi olehnya dan tidak pula menjadikannya sebagai orang yang sombong.
Demikian, kadang yang kita anggap jelek justru berbuah kebaikan yang mendatangkan ketenangan dan kebahagiaan. Niat tulus perjaka 24 tahun yang menikahi janda 3 anak tersebut membukakan jalan sukses di hidupnya.
Adakah perjaka-perjaka lain yang tertarik mengikuti jejaknya?