Musa, Hafidz cilik usia 5 tahun hafal 30 juz |
Mengapa Tidak Ada yang Hafal Injil? Ini Jawaban Pendeta
Bukannya menjawab pertanyaan tersebut dengan rasional dan berdasar fakta, pendeta tersebut justru malah menjawab dengan cara merendahkan Al Qur’an. Ia menyebut Al Qur’an gampang dihapalkan karena sangat tipis sekali. Berikut adalah jawaban pendeta,
“Di dunia ini tidak mungkin ada orang yang hafal Injil di luar kepala. Sejenius apa pun orang itu, mustahil baginya hafal Injil di luar kepala, karena itu merupakan buku yang sangat tebal, jadi sulit sekali untuk dihapalkan. Hal ini tentu berbeda dengan Al Qur’an. Al Qur’an bentuknya sangat tipis, makanya sangat mudah dihapal, Bahkan oleh anak-anak sekalipun” sanggah sang pendeta yang bertitel doktor bidang teologi tersebut.
Mendengarkan jawaban yang "aneh" tadi, H. Insan LS Mokoginta yang kebetulan juga mengikuti acara tersebut langsung mengajukan pertanyaan.
“Sebelumnya Maaf pak Pendeta, tadi bapak kata, Al Qur an adalah buku yang sangat tipis, makanya gampang dihapalkan. Namun, setipis-tipisnya Al Qur’an itu ada sekitar 500 sampai dengan 600 halaman, itu cukup banyak juga lho!! Realitanya, di dunia ini ada jutaan orang yang hapal Al Qur’an secara sempurna di luar kepala. Bahkan anak kecil pun banyak juga yang hapal di luar kepala, walaupun artinya belum dipahami. Sekarang saya mau bertanya, Alkitab itu terdiri dari 66 kitab bukan? Jika pak Pendeta hapal 1 surat saja di luar kepala (1/66 saja), semua yang hadir di sini jadi saksi, saya akan kembali masuk agama Kristen lagi!!” tegas H. Insan Mokoginta.
Mendengar pertanyaan dan tantangan ini, suasana forum menjadi ramai. Kalangan muslim yang ada di forum tersebut khawatir pendeta tersebut hafal salah satu surat dalam Injil, karena konsekuensinya sangat berat, H. Insan harus menjadi Kristen lagi. Raut wajah tegang juga terlihat dari muka sang pendeta dan para pendukungnya. Ada beberapa pendeta senior yang juga ikut hadir saat itu, mereka semua terdiam dengan wajah memerah. Ternyata.. tak ada satupun dari mereka yang hafal Injil walau hanya 1 ‘surat’.
Karena semua pendeta terdiam tak ada yang berani menjawab, Maka H. Insan kembali menurunkan tantangannya. Tak perlu satu surat, cukup hafal satu lembar Injil saja. Maka H. Insan kembali masuk kristen lagi.
“Maaf pak Pendeta, usia Anda ada yang sekitar 40, 50 dan 60 tahun bukan? Jika ada di antara pak Pendeta yang hafal satu lembar saja bolak-balik ayat Injil tanpa keliru titik dan komanya, saat ini semua yang hadir disini menjadi saksinya, Saya kembali menjadi Kristen lagi!! Silahkan pak!”
Suasana menjadi heboh dan lebih tegang dari sebelumnya. Para sahabat H. Insan yang ada di forum tersebut sempat khawatir karena Insan berani mempertaruhkan imannya demi hafalan sekecil itu. Namun dalam hati, H. Insan yakin seyakin yakinnya jika tak ada yang bisa menghapalnya.
Dan, Allahu Akbar.. ternyata benar. Wajah-wajah pendeta dan kaum kristen yang ada di forum tersebut tampak lesu. Tak ada satu pun yang berani menjawab tantangan Insan. Bahkan ketika insan menawarkan tantangan itu pada seluruh hadirin, bukan hanya pendeta yang berada di depan. Tak ada yang berkutik sama sekali.
“Mengapa Al Qur’an mudah dihapal? Karena ia adalah Kalamullah. Mu'jizat. Mengapa tak ada yang hafal Injil? Karena ia bukan mu'jizat,” demikian terang H. Ihsan sembari menjelaskan bahwa cetakan tahun berapapun dan di negara manapun, isi Al Qur’an pasti sama. Ketika satu negara mengadakan musabaqah tilawatil Qur’an dan didengar muslim dari negara lain, niscaya bisa diikuti dan dinilai bacaan itu benar atau salah.
Kesimpulan Ihsan itu membawa kegetiran tersendiri bagi orang-orang yang tak suka mendengarkan kebenaran sejati.