KabarMakkah.Com - Dia….wanita yang telah tiada, namun membuat Aisyah R.A begitu cemburu terhadapnya. Dia wanita yang telah tiada, namun sang suami begitu sering menyebut-nyebut namanya. Dia wanita yang telah tiada, namun ketiadaan raganya di dunia ini tidak menjadikan dia dilupakan begitu saja.
Sayyidah Aisyah -istri yang paling dicintai Nabi- tidak pernah cemburu kepada istri-istri Nabi yang lain sebagaimana kecemburannya kepada Khadijah… Padahal Khadijah telah meninggal dunia…!!! Seorang wanita cemburu kepada wanita yang telah meninggal dunia…???.
Semuanya tidak lain melainkan karena begitu cintanya Nabi shallallau 'alaihi wa sallam kepada beliau meskipun telah tiada.
Aisyah radhiallahu 'anhaa pernah bertutur:
"Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam jika menyebut tentang Khadijah maka iapun memujinya, dengan pujian yang sangat indah. Maka pada suatu hari akupun cemburu, maka aku berkata, "Terlalu sering engkau menyebut-nyebutnya, ia seorang wanita yang sudah tua. Allah telah menggantikannya buatmu dengan wanita yang lebih baik darinya". Maka Nabi berkata, "Allah tidak menggantikannya dengan seorang wanitapun yang lebih baik darinya. Ia telah beriman kepadaku tatkala orang-orang kafir kepadaku, ia telah membenarkan aku tatkala orang-orang mendustakan aku, ia telah membantuku dengan hartanya tatkala orang-orang menahan hartanya tidak membantuku, dan Allah telah menganugerahkan darinya anak-anak tatkala Allah tidak menganugerahkan kepadaku anak-anak dari wanita-wanita yang lain" (HR Ahmad)
Sungguh istimewa wanita ini, sehingga namanya tetap hidup walau raganya telah tiada. Tahun pada saat Ia meninggal dunia pun dikenal sebagai tahun kesedihan karena suami yang ditinggalkan begitu kehilangan. Keutamaan apa yang ada pada dirinya? Keistimewaan apa yang dimilikinya sehingga Ia begitu dicintai bahkan setelah ketiadaannya? Dan yang terutama, siapakah wanita ini? Lalu bisakah kita meniru dirinya?
Wanita yang sangat istimewa ini, tiada lain adalah ummul mu’minin Khadijah binti Khuwailid R.A. Beliau adalah istri Rasulullah SAW yang pertama yang begitu sangat disayanginya. Padahal sebelum menikah dengan Rasulullah SAW, beliau menyandang status janda. Usianya pun terpaut jauh lebih tua dari pada Rasulullah SAW. Namun kemuliaannya menjadikan beliau mempunyai kedudukan tersendiri, kedudukan yang istimewa di hati sang suami.
Khadijah binti Khuwailid R.A terkenal sebagai wanita yang menjaga kehormatannya walaupun Ia hidup di tengah-tengah masyarakat jahilliyah. Sehingga jauh sebelum Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Nabi dan Rasul, Khadijah R.A telah mempunyai gelar kehormatan sebagai wanita suci. Dari segi harta, Khadijah R.A pun mempunyai kedudukan tinggi di tengah-tengah kaumnya. Beliau mahir dalam memanajemen perniagaan sehingga beliau tampil sebagai saudagar wanita yang kaya raya.
Ketika pemuda Muhammad menjualkan barang-barang dagangannya, Khadijah R.A telah tertarik dengan kejujuran cara berniaga pemuda ini. Singkat cerita akhirnya Khadijah R.A ditakdirkan Allah SWT menikah dengan pemuda Muhammad. Dalam kehidupannya mengarungi bahtera rumah tangga inilah, keutamaan-keutamaan Khadijah R.A semakin terlihat.
Beberapa keutamaan tersebut diantaranya:
1. Menjadi Obat Penenang Bagi Kegelisahan Suami
Permulaan turun wahyu, efeknya sangat dahsyat dirasakan oleh diri Rasulullah. Beliau sangat ketakutan. Disaat seperti ini Khadijah R.A hadir menenangkan serta memberikan perlindungan dan rasa aman pada sang suami.
Sebagaimana hadits yang diceritakan oleh Aisyah R.A: “....Maka beliau langsung pulang dalam keadaan ketakutan, lalu masuk kedalam rumah menemui istrinya Khadijah binti Khuwailid sembari mengatakan padanya: ‘Selimuti aku, selimuti aku’. Maka Khadijah menyelimutinya sampai rasa cemas yang ada pada diri Rasulullah SAW hilang. Setelah itu beliau menceritakan kejadian yang baru saja dialaminya kepada Khadijah, seraya mengadu padanya: ‘Sungguh aku sangat khawatir terhadap keselamatan diriku”. Lalu Khadijah menjawab: “Sungguh tidak, demi Allah. Allah tidak akan mencelakaimu, sesungguhnya engkau adalah orang yang suka menyambung tali silaturahim, membantu orang, menyantuni fakir, memuliakan tamu, dan senang membantu”.
Berbeda dengan istri-istri zaman sekarang dimana ketika suaminya mengadu ini dan itu tentang kecemasannya, misalnya saja tentang resiko pemecatan oleh atasan, sang istri malah akan menambah-nambah rasa cemas tersebut. Sang istri akan berkata: “Bagaimana nasibku dan anak-anak kelak jika sampai ayah tak kerja lagi. Pokoknya ini semua salah ayah yang bekerja tidak benar, sekarang cari kerja kan susah!”.
Coba kalau jawabannya seperti ini: “Tidak apa-apa Yah, jangan dipikirkan terlalu dalam, nanti ayah sakit. InsyaAllah kita akan berikhtiar mencari rezeki di tempat lain. Ibu pun akan turut membantu dengan berjualan di depan teras rumah kita. Rezeki Allah yang mengatur, Kewajiban kita hanyalah berusaha”. Tentu sang suami akan merasa berada di rumah laksana syurga.
2. Membelanjakan Seluruh Harta Untuk Perjuangan Suami Di Jalan Allah
Khadijah R.A, saudagar wanita yang kaya raya ini tidak pelit akan harta yang dimiliki. Beliau mengorbankan seluruh harta kekayaannya untuk perjuangan sang suami di jalan Allah. Hal ini bukan sekedar didorong oleh rasa cinta terhadap sang suami semata. Namun juga didorong oleh keimanannya akan kebenaran risalah yang dibawa oleh suaminya, bahwa tiada Illah selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah.
Pengorbanan demi pengorbanan yang dilakukan Khadijah R.A menjadikan Ia begitu dicintai sang suami. Aisyah R.A bercerita; "Setelah Khadijah R.A lama tiada, pada suatu hari ada saudara perempuannya – Halah binti khuwailid- meminta izin untuk masuk ke rumah kami. Mendengar suaranya, Rasulullah SAW menjadi teringat akan Khadijah R.A sehingga beliau mengatakan “Allohumma Halah binti khuwailid”. Mendengar hal itu timbul kecemburuanku sehingga aku marah dan mengatakan pada Rasulullah SAW bahwa Allah telah menggantinya dengan wanita yang lebih baik untukmu”. (HR Bukhari-Muslim).
Namun dalam hadis riwayat Ahmad dikatakan:
“Allah belum pernah menggantikan yang lebih baik darinya. Dirinya telah beriman padaku tatkala manusia mengingkariku, dia mempercayaiku ketika orang lain mendustakanku, dirinya telah mengorbankan seluruh hartanya manakala orang lain mencegahnya dariku, dan dengannya Allah memberiku rizki anak tatkala hal itu tidak diberikan pada istri-istriku yang lainnya“.
Selain sering menyebut-nyebut namanya, terkadang Rasulullah SAW pun menyembelih kambing lalu membagi-bagikannya pada teman-teman Khadijah R.A. sampai-sampai Aisyah R.A mengatakan,
“Seakan-akan tidak ada wanita lain di dunia ini kecuali Khadijah”. Aisyah R.A pun berkata: “Aku belum pernah berjumpa dengannya, tapi kecemburuanku terhadapnya melebihi kecemburuanku pada istri-istri Nabi yang lain”.
3. Khadijah adalah Seorang Istri yang Sangat Taat kepada Suaminya.
Ia tidak pernah melelahkan suaminya…apalagi sampai membuat suaminya mengangkat suara, apalagi sampai mengangkat suaranya di hadapan suaminya. Serta ia adalah wanita yang sabar meskipun letih dalam mendidik anak-anaknya.
Abu Hurairah radhiallahu 'anhu berkata:
"Jibril mendatangi Nabi shallalllahu 'alaihi wa sallam lalu berkata, "Ya Rasulullah, Khadijah telah datang membawa tempayan berisi kuah daging atau makanan atau minuman, maka jika ia tiba sampaikanlah kepadanya salam dari Rabbnya dan dariku, serta kabarkanlah kepadanya dengan sebuah rumah di surga dari mutiara yang tidak ada suara keras (hiruk pikuk) di dalamnya dan juga tidak ada keletihan" (HR Bukhari)
As-Suhaili berkata, "Tatkala Khadijah diseru oleh suaminya shallallahu 'alaihi wa sallam untuk masuk Islam maka serta merta beliau taat dan tidak menolak sehingga tidak perlu menjadikan suaminya untuk mengangkat suaranya dan tidak perlu keletihan. Bahkan Khadijah telah menghilangkan seluruh keletihan dari suaminya dan telah menghilangkan rasa kesendirian suaminya bahkan meringankan seluruh kesulitan suaminya, maka sangat sesuai jika rumahnya di surga yang telah diberi kabar gembira oleh Allah memiliki sifat-sifat yang sesuai" (Fathul Baari 7/138)
Khadijah dijanjikan sebuah rumah di surga, yaitu istana di surga, karena Khadijah adalah yang pertama kali membangun rumah Islam, tatkala itu tidak ada satu rumah Islampun di atas muka bumi. (Lihat Faidhul Qodiir 2/241)
Sebagian ulama menyatakan bahwa Khadijah diberi balasan dengan istana di surga yang tidak ada rasa letih sama sekali karena beliau telah letih dalam mendidik anak-anak beliau, maka sesuai jika dibalas dengan surga yang penuh dengan istirahat tanpa kelelahan sedikitpun (Kasyful Musykil min hadits as-shahihaini 1/444)
4. Setia Ikut Serta Dalam Suka Dan Duka Suami
Setelah Rasulullah SAW mendakwahkan Islam secara terang-terangan maka tibalah pada masa sulit yang memprihatinkan yakni masa dimana Rasulullah SAW diisolir oleh kaum kafir Quraisy. Keadaan waktu itu sangat mengenaskan dimana anak-anak kecil menangis karena kelaparan dan kehausan. Sedangkan ibu mereka tidak bisa memberikan ASI karena saking tidak adanya pasokan makanan dan minuman, ASI itu pun sendiri telah mengering.
Khadijah R.A tetap setia mendampingi suami di masa-masa sulit tersebut. Padahal beliau sebelumnya hidup serba enak dan serba berkecukupan. Jika hal ini menimpa muslimah zaman sekarang tentunya ia akan banyak mengeluh dan merasa sangat menyesal telah menikah dengan suami yang membuat hidupnya malah menderita.
Tatkala pengisoliran tersebut akhirnya dicabut, Khadijah binti Khuwailid R.A menghembuskan napasnya yang terakhir. Beliau R.A diwafatkan Allah SWT, meninggalkan kesedihan yang begitu mendalam di hati sang suami yang begitu mencintainya.
Rasa cinta yang tak pernah lekang oleh waktu.. Namun bukan kelebihan fisik yang menjadikan Khadijah binti Khuwailid R.A begitu dicintai dan begitu dikenang sang suami. Kebaikan dan pengorbanannya membela sang suami dimasa-masa sulitlah yang menjadikannya sebagai wanita istimewa.
Hingga suatu hari setelah wafatnya Khadijah, Nabi pernah dihampiri Abu Bakar.
Sayyidah Aisyah -istri yang paling dicintai Nabi- tidak pernah cemburu kepada istri-istri Nabi yang lain sebagaimana kecemburannya kepada Khadijah… Padahal Khadijah telah meninggal dunia…!!! Seorang wanita cemburu kepada wanita yang telah meninggal dunia…???.
Semuanya tidak lain melainkan karena begitu cintanya Nabi shallallau 'alaihi wa sallam kepada beliau meskipun telah tiada.
Aisyah radhiallahu 'anhaa pernah bertutur:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا ذَكَرَ خَدِيجَةَ أَثْنَى عَلَيْهَا فَأَحْسَنَ الثَّنَاءَ قَالَتْ فَغِرْتُ يَوْمًا فَقُلْتُ مَا أَكْثَرَ مَا تَذْكُرُهَا حَمْرَاءَ الشِّدْقِ قَدْ أَبْدَلَكَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ بِهَا خَيْرًا مِنْهَا قَالَ مَا أَبْدَلَنِي اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ خَيْرًا مِنْهَا قَدْ آمَنَتْ بِي إِذْ كَفَرَ بِي النَّاسُ وَصَدَّقَتْنِي إِذْ كَذَّبَنِي النَّاسُ وَوَاسَتْنِي بِمَالِهَا إِذْ حَرَمَنِي النَّاسُ وَرَزَقَنِي اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ وَلَدَهَا إِذْ حَرَمَنِي أَوْلَادَ النِّسَاءِ
"Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam jika menyebut tentang Khadijah maka iapun memujinya, dengan pujian yang sangat indah. Maka pada suatu hari akupun cemburu, maka aku berkata, "Terlalu sering engkau menyebut-nyebutnya, ia seorang wanita yang sudah tua. Allah telah menggantikannya buatmu dengan wanita yang lebih baik darinya". Maka Nabi berkata, "Allah tidak menggantikannya dengan seorang wanitapun yang lebih baik darinya. Ia telah beriman kepadaku tatkala orang-orang kafir kepadaku, ia telah membenarkan aku tatkala orang-orang mendustakan aku, ia telah membantuku dengan hartanya tatkala orang-orang menahan hartanya tidak membantuku, dan Allah telah menganugerahkan darinya anak-anak tatkala Allah tidak menganugerahkan kepadaku anak-anak dari wanita-wanita yang lain" (HR Ahmad)
Sungguh istimewa wanita ini, sehingga namanya tetap hidup walau raganya telah tiada. Tahun pada saat Ia meninggal dunia pun dikenal sebagai tahun kesedihan karena suami yang ditinggalkan begitu kehilangan. Keutamaan apa yang ada pada dirinya? Keistimewaan apa yang dimilikinya sehingga Ia begitu dicintai bahkan setelah ketiadaannya? Dan yang terutama, siapakah wanita ini? Lalu bisakah kita meniru dirinya?
Khadijah binti Khuwailid R.A terkenal sebagai wanita yang menjaga kehormatannya walaupun Ia hidup di tengah-tengah masyarakat jahilliyah. Sehingga jauh sebelum Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Nabi dan Rasul, Khadijah R.A telah mempunyai gelar kehormatan sebagai wanita suci. Dari segi harta, Khadijah R.A pun mempunyai kedudukan tinggi di tengah-tengah kaumnya. Beliau mahir dalam memanajemen perniagaan sehingga beliau tampil sebagai saudagar wanita yang kaya raya.
Ketika pemuda Muhammad menjualkan barang-barang dagangannya, Khadijah R.A telah tertarik dengan kejujuran cara berniaga pemuda ini. Singkat cerita akhirnya Khadijah R.A ditakdirkan Allah SWT menikah dengan pemuda Muhammad. Dalam kehidupannya mengarungi bahtera rumah tangga inilah, keutamaan-keutamaan Khadijah R.A semakin terlihat.
Beberapa keutamaan tersebut diantaranya:
1. Menjadi Obat Penenang Bagi Kegelisahan Suami
Permulaan turun wahyu, efeknya sangat dahsyat dirasakan oleh diri Rasulullah. Beliau sangat ketakutan. Disaat seperti ini Khadijah R.A hadir menenangkan serta memberikan perlindungan dan rasa aman pada sang suami.
Sebagaimana hadits yang diceritakan oleh Aisyah R.A: “....Maka beliau langsung pulang dalam keadaan ketakutan, lalu masuk kedalam rumah menemui istrinya Khadijah binti Khuwailid sembari mengatakan padanya: ‘Selimuti aku, selimuti aku’. Maka Khadijah menyelimutinya sampai rasa cemas yang ada pada diri Rasulullah SAW hilang. Setelah itu beliau menceritakan kejadian yang baru saja dialaminya kepada Khadijah, seraya mengadu padanya: ‘Sungguh aku sangat khawatir terhadap keselamatan diriku”. Lalu Khadijah menjawab: “Sungguh tidak, demi Allah. Allah tidak akan mencelakaimu, sesungguhnya engkau adalah orang yang suka menyambung tali silaturahim, membantu orang, menyantuni fakir, memuliakan tamu, dan senang membantu”.
Berbeda dengan istri-istri zaman sekarang dimana ketika suaminya mengadu ini dan itu tentang kecemasannya, misalnya saja tentang resiko pemecatan oleh atasan, sang istri malah akan menambah-nambah rasa cemas tersebut. Sang istri akan berkata: “Bagaimana nasibku dan anak-anak kelak jika sampai ayah tak kerja lagi. Pokoknya ini semua salah ayah yang bekerja tidak benar, sekarang cari kerja kan susah!”.
Coba kalau jawabannya seperti ini: “Tidak apa-apa Yah, jangan dipikirkan terlalu dalam, nanti ayah sakit. InsyaAllah kita akan berikhtiar mencari rezeki di tempat lain. Ibu pun akan turut membantu dengan berjualan di depan teras rumah kita. Rezeki Allah yang mengatur, Kewajiban kita hanyalah berusaha”. Tentu sang suami akan merasa berada di rumah laksana syurga.
2. Membelanjakan Seluruh Harta Untuk Perjuangan Suami Di Jalan Allah
Khadijah R.A, saudagar wanita yang kaya raya ini tidak pelit akan harta yang dimiliki. Beliau mengorbankan seluruh harta kekayaannya untuk perjuangan sang suami di jalan Allah. Hal ini bukan sekedar didorong oleh rasa cinta terhadap sang suami semata. Namun juga didorong oleh keimanannya akan kebenaran risalah yang dibawa oleh suaminya, bahwa tiada Illah selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah.
Pengorbanan demi pengorbanan yang dilakukan Khadijah R.A menjadikan Ia begitu dicintai sang suami. Aisyah R.A bercerita; "Setelah Khadijah R.A lama tiada, pada suatu hari ada saudara perempuannya – Halah binti khuwailid- meminta izin untuk masuk ke rumah kami. Mendengar suaranya, Rasulullah SAW menjadi teringat akan Khadijah R.A sehingga beliau mengatakan “Allohumma Halah binti khuwailid”. Mendengar hal itu timbul kecemburuanku sehingga aku marah dan mengatakan pada Rasulullah SAW bahwa Allah telah menggantinya dengan wanita yang lebih baik untukmu”. (HR Bukhari-Muslim).
Namun dalam hadis riwayat Ahmad dikatakan:
“Allah belum pernah menggantikan yang lebih baik darinya. Dirinya telah beriman padaku tatkala manusia mengingkariku, dia mempercayaiku ketika orang lain mendustakanku, dirinya telah mengorbankan seluruh hartanya manakala orang lain mencegahnya dariku, dan dengannya Allah memberiku rizki anak tatkala hal itu tidak diberikan pada istri-istriku yang lainnya“.
Selain sering menyebut-nyebut namanya, terkadang Rasulullah SAW pun menyembelih kambing lalu membagi-bagikannya pada teman-teman Khadijah R.A. sampai-sampai Aisyah R.A mengatakan,
“Seakan-akan tidak ada wanita lain di dunia ini kecuali Khadijah”. Aisyah R.A pun berkata: “Aku belum pernah berjumpa dengannya, tapi kecemburuanku terhadapnya melebihi kecemburuanku pada istri-istri Nabi yang lain”.
3. Khadijah adalah Seorang Istri yang Sangat Taat kepada Suaminya.
Ia tidak pernah melelahkan suaminya…apalagi sampai membuat suaminya mengangkat suara, apalagi sampai mengangkat suaranya di hadapan suaminya. Serta ia adalah wanita yang sabar meskipun letih dalam mendidik anak-anaknya.
Abu Hurairah radhiallahu 'anhu berkata:
أَتَى جِبْرِيْلُ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ : يَا رَسُوْلَ الله هَذِهِ خَدِيْجَةُ قَدْ أَتَتْ مَعَهَا إِنَاءٌ فِيْهِ إِدَامٌ أَوْ طَعَامٌ أَوْ شَرَابٌ فَإِذَا هِيَ أَتَتْكَ فَاقْرَأْ عَلَيْهَا السَّلاَمَ مِنْ رَبِّهَا وَمِنِّي وَبَشِّرْهَا بِبَيْتٍ فِي الْجَنَّةِ مِنْ قَصب لاَ صَخَبَ فِيْهِ وَلاَ نَصْبَ
"Jibril mendatangi Nabi shallalllahu 'alaihi wa sallam lalu berkata, "Ya Rasulullah, Khadijah telah datang membawa tempayan berisi kuah daging atau makanan atau minuman, maka jika ia tiba sampaikanlah kepadanya salam dari Rabbnya dan dariku, serta kabarkanlah kepadanya dengan sebuah rumah di surga dari mutiara yang tidak ada suara keras (hiruk pikuk) di dalamnya dan juga tidak ada keletihan" (HR Bukhari)
As-Suhaili berkata, "Tatkala Khadijah diseru oleh suaminya shallallahu 'alaihi wa sallam untuk masuk Islam maka serta merta beliau taat dan tidak menolak sehingga tidak perlu menjadikan suaminya untuk mengangkat suaranya dan tidak perlu keletihan. Bahkan Khadijah telah menghilangkan seluruh keletihan dari suaminya dan telah menghilangkan rasa kesendirian suaminya bahkan meringankan seluruh kesulitan suaminya, maka sangat sesuai jika rumahnya di surga yang telah diberi kabar gembira oleh Allah memiliki sifat-sifat yang sesuai" (Fathul Baari 7/138)
Khadijah dijanjikan sebuah rumah di surga, yaitu istana di surga, karena Khadijah adalah yang pertama kali membangun rumah Islam, tatkala itu tidak ada satu rumah Islampun di atas muka bumi. (Lihat Faidhul Qodiir 2/241)
Sebagian ulama menyatakan bahwa Khadijah diberi balasan dengan istana di surga yang tidak ada rasa letih sama sekali karena beliau telah letih dalam mendidik anak-anak beliau, maka sesuai jika dibalas dengan surga yang penuh dengan istirahat tanpa kelelahan sedikitpun (Kasyful Musykil min hadits as-shahihaini 1/444)
4. Setia Ikut Serta Dalam Suka Dan Duka Suami
Setelah Rasulullah SAW mendakwahkan Islam secara terang-terangan maka tibalah pada masa sulit yang memprihatinkan yakni masa dimana Rasulullah SAW diisolir oleh kaum kafir Quraisy. Keadaan waktu itu sangat mengenaskan dimana anak-anak kecil menangis karena kelaparan dan kehausan. Sedangkan ibu mereka tidak bisa memberikan ASI karena saking tidak adanya pasokan makanan dan minuman, ASI itu pun sendiri telah mengering.
Khadijah R.A tetap setia mendampingi suami di masa-masa sulit tersebut. Padahal beliau sebelumnya hidup serba enak dan serba berkecukupan. Jika hal ini menimpa muslimah zaman sekarang tentunya ia akan banyak mengeluh dan merasa sangat menyesal telah menikah dengan suami yang membuat hidupnya malah menderita.
Tatkala pengisoliran tersebut akhirnya dicabut, Khadijah binti Khuwailid R.A menghembuskan napasnya yang terakhir. Beliau R.A diwafatkan Allah SWT, meninggalkan kesedihan yang begitu mendalam di hati sang suami yang begitu mencintainya.
Rasa cinta yang tak pernah lekang oleh waktu.. Namun bukan kelebihan fisik yang menjadikan Khadijah binti Khuwailid R.A begitu dicintai dan begitu dikenang sang suami. Kebaikan dan pengorbanannya membela sang suami dimasa-masa sulitlah yang menjadikannya sebagai wanita istimewa.
Hingga suatu hari setelah wafatnya Khadijah, Nabi pernah dihampiri Abu Bakar.
“Ya Rasulullah, tidak ada satu wanita pun di jazirah Arab ini yang menolak jika engkau meminangnya.”
“Saya tahu masih banyak wanita yang lebih muda daripada Khadijah, tapi demi Allah selama 25 tahun saya menikah dengan Khadijah, tak ada satu patah kata pun yang melukai hati saya, tidak ada satu tingkah pun yang membuat saya kecewa,” ujar Rasulullah.
Begitulah posisi Khadijah di hati Rasulullah hingga ia mengalami “tahun kesedihan” sejak ditinggal Khadijah. Kesedihan hebat sepeninggalan Khadijah, membuat malaikat Jibril angkat suara. “Berkata Jibril, ya Rasulullah, sampaikan salam dari Allah dan dariku kepada Khadijah. Dan beritahukanlah dia rumahnya di syurga terbuat dari mutiara...” (H.R. Muslim).
Wahai para istri, wahai para ibu, jadilah Khadijah bagi suami-suamimu, yang kelak akan dikenang sepanjang hayatnya meskipun engkau telah tiada. Berilah suamimu suara yang lembut, tutur kata yang pelan, dan percayakan posisinya sebagai imam. Pepatah mengatakan, hancurnya sebuah keluarga kemungkinan besar karena lidah perempuan.
Mudah-mudahan kita dapat meniru setidaknya sedikit saja kebaikan ibunda kaum mu’minin, Khadijah binti Khuwailid R.A ini. Sehingga setidaknya sedikit saja suami kita tidak melupakan keberadaan kita, padahal kita masih hidup.