Jaman dulu di kota Mekkah dan sekitarnya, banyak wanita dan pasangannya yang berprofesi sebagai penyusu anak. Profesi ini mereka lakukan karena sudah menjadi suatu adat dimana menyusukan anak kepada wanita lain akan memiliki beberapa kelebihan seperti mengajarkan tata bahasa yang baik dan juga menjaga anak dari lingkungan yang buruk. Inilah awal diantara rahasia keberkahan rumah tangga.
Di Kota tersebut sang wanita hanya menunggangi seekor keledai yang lambat dikarenakan apa yang dimiliki tak mampu membeli tunggangan yang lebih baik. Pada akhirnya hampir semua anak orang kaya berhasil diadopsi oleh rekan-rekannya. Sementara yang tersisa hanyalah seorang anak yatim. Kedua pasangan ini pun seakan memiliki pertanyaan yang sama apakah ibu anak yatim tersebut mampu membayar jasa mereka? Sementara pekerjaannya tidak menghasilkan pendapatan yang cukup.
Maka mereka pun kemudian berkeliling untuk mencari anak susu lainnya. Namun yang dijumpai hanya anak yatim tersebut yang notabene dijauhi oleh para rekan-rekannya yang lain. Masalah semakin bertambah saat tunggangannya tiba-tiba sakit dan tak mengeluarkan susu untuk minum. Sementara wanita yang sedaerahnya sudah berlalu untuk pulang.
Di tengah masalah tersebut, sang istri mengeluarkan kata-kata kepada suaminya bahwa ia tidak akan pulang ke daerahnya kecuali membawa anak yatim tersebut untuk menjadi anak susu.
Tanggapan suami pada umumnya yang hanya berdasarkan logika atas sikap seorang istri, tidak ditemukan pada suaminya tersebut. Ia justru mengatakan yang sebaliknya dan berkata “Mudah-mudahan Allah melimpahkan keberkahan pada kita”.
Anak yatim yang masih kecil tersebut pun didekapnya dengan penuh kasih sayang. Secara ajaib muncul keanehan dimana tubuh wanita yang tengah kelelahan seharian tersebut tiba-tiba menjadi segar bugar dan penuh semangat.
Keajaiban lain pun bermunculan dimana keledai yang tadinya sakit sudah bisa berjalan bahkan lebih cepat. Saking cepatnya, si keledai milik pasangan suami istri tersebut bahkan bisa menyusul tunggangan rekan-rekan lainnya yang lebih dulu pulang.
“Hei tunggu kami !!! Apakah itu keledai yang engkau bawa saat berangkat tadi?” Tanya mereka.
“Benar” Jawab sang wanita tersebut. Rekan-rekan yang lain pun berkata “Sungguh kami melihatnya berbeda dengan hari kemarin”.
Setelah melihat kejadian tersebut, sang suami pun berkata kepada istrinya “Demi Allah, engkau telah mengambil anak yang penuh berkah wahai istriku”.
Tahukah anda bahwa cerita diatas merupakan kisah nyata dari Halimah binti Harist As Sa’diyyah yang menjadi ibu susu bagi anak yatim yang kelak menjadi seorang Rasul di muka bumi ini. Anak yatim itu tak lain adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutholib.
Hikmah yang bisa kita ambil dari kisah tersebut adalah adanya saling mendukung antara suami istri dalam hal kebaikan. Suami bisa saja memiliki hak untuk menolak inisiatif dari kebaikan sang istri. Namun ternyata Allah berkehendak lain. Apa yang terlihat seperti sebuah kerugian ternyata justru membawa keberkahan tersendiri.
Jadi wahai para suami, hargailah istrimu meski memiliki pendidikan atau strata yang lebih rendah dari dirimu. Tahanlah setiap ego yang ada dan lihatlah saran istrimu dengan penuh keimanan. Jangan langsung menolak sarannya tanpa melihat dahulu apa hikmah yang bisa dipetik. Apalagi jika menolak saran tersebut tanpa sebuah dasar alasan.
Rahasia Keberkahan Dalam Kehidupan Rumah Tangga |
Di Kota tersebut sang wanita hanya menunggangi seekor keledai yang lambat dikarenakan apa yang dimiliki tak mampu membeli tunggangan yang lebih baik. Pada akhirnya hampir semua anak orang kaya berhasil diadopsi oleh rekan-rekannya. Sementara yang tersisa hanyalah seorang anak yatim. Kedua pasangan ini pun seakan memiliki pertanyaan yang sama apakah ibu anak yatim tersebut mampu membayar jasa mereka? Sementara pekerjaannya tidak menghasilkan pendapatan yang cukup.
Maka mereka pun kemudian berkeliling untuk mencari anak susu lainnya. Namun yang dijumpai hanya anak yatim tersebut yang notabene dijauhi oleh para rekan-rekannya yang lain. Masalah semakin bertambah saat tunggangannya tiba-tiba sakit dan tak mengeluarkan susu untuk minum. Sementara wanita yang sedaerahnya sudah berlalu untuk pulang.
Di tengah masalah tersebut, sang istri mengeluarkan kata-kata kepada suaminya bahwa ia tidak akan pulang ke daerahnya kecuali membawa anak yatim tersebut untuk menjadi anak susu.
Tanggapan suami pada umumnya yang hanya berdasarkan logika atas sikap seorang istri, tidak ditemukan pada suaminya tersebut. Ia justru mengatakan yang sebaliknya dan berkata “Mudah-mudahan Allah melimpahkan keberkahan pada kita”.
Anak yatim yang masih kecil tersebut pun didekapnya dengan penuh kasih sayang. Secara ajaib muncul keanehan dimana tubuh wanita yang tengah kelelahan seharian tersebut tiba-tiba menjadi segar bugar dan penuh semangat.
Keajaiban lain pun bermunculan dimana keledai yang tadinya sakit sudah bisa berjalan bahkan lebih cepat. Saking cepatnya, si keledai milik pasangan suami istri tersebut bahkan bisa menyusul tunggangan rekan-rekan lainnya yang lebih dulu pulang.
“Hei tunggu kami !!! Apakah itu keledai yang engkau bawa saat berangkat tadi?” Tanya mereka.
“Benar” Jawab sang wanita tersebut. Rekan-rekan yang lain pun berkata “Sungguh kami melihatnya berbeda dengan hari kemarin”.
Setelah melihat kejadian tersebut, sang suami pun berkata kepada istrinya “Demi Allah, engkau telah mengambil anak yang penuh berkah wahai istriku”.
Tahukah anda bahwa cerita diatas merupakan kisah nyata dari Halimah binti Harist As Sa’diyyah yang menjadi ibu susu bagi anak yatim yang kelak menjadi seorang Rasul di muka bumi ini. Anak yatim itu tak lain adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutholib.
Hikmah yang bisa kita ambil dari kisah tersebut adalah adanya saling mendukung antara suami istri dalam hal kebaikan. Suami bisa saja memiliki hak untuk menolak inisiatif dari kebaikan sang istri. Namun ternyata Allah berkehendak lain. Apa yang terlihat seperti sebuah kerugian ternyata justru membawa keberkahan tersendiri.
Jadi wahai para suami, hargailah istrimu meski memiliki pendidikan atau strata yang lebih rendah dari dirimu. Tahanlah setiap ego yang ada dan lihatlah saran istrimu dengan penuh keimanan. Jangan langsung menolak sarannya tanpa melihat dahulu apa hikmah yang bisa dipetik. Apalagi jika menolak saran tersebut tanpa sebuah dasar alasan.