Berita Haji - Salah satu jamaah haji dari Semarang, Sugeng Triyanto (57) meninggal dunia dalam kejadian tragedi Mina. Keluarga sempat merasakan perubahan sebelum Sugeng bertolak ke Arab Saudi 12 September lalu bersama anak, istri, dan dua saudara iparnya.
Kakak kandung Sugeng, Iriyanto Basuki mengatakan dirinya ikhlas dengan wafatnya Sugeng di tanah suci. Namun ia masih teringat saat-saat terakhir Sugeng berpamitan. Ketika itu tidak seperti biasanya Sugeng enggan melepas tangan Basuki yang bersalaman lewat jendela mobil.
"Saya tidak terlalu memperhatikan, malah istri saya yang lihat. Waktu berangkat dari rumah, waktu di mobil salaman tidak mau lepas. Mobilnya berjalan saya sampai ikut jalan," kata Basuki saat ditemui di rumah Sugeng, Perumahan Pokok Pindasi blok i nomor 8 RT 3 RW VII, Ngaliyan, Semarang, Sabtu (26/9/2015).
Sementara itu adik Sugeng, Kuncoro mengatakan memang sempat ada sedikit perubahan perilaku yang mungkin itu firasat. Sebelum berangkat haji, Sugeng justru kerap emosi ke saudara-saudaranya.
"Sama siapa saja marah, tapi kata orang jawa bilang itu tanda-tanda medhot katresnan, biar yang ditinggal tidak kehilangan," kata Kuncoro.
Diketahui Sugeng berangkat haji bersama istri dan anaknya yaitu Sri Prabandari (58) dan Aditya (27). Dua kakak Sri Prabandari yaitu Sri Agustin (56) dan Maryuni (71) juga menunaikan haji di kelompok yang sama yaitu Kloter 62 Embarkasi Solo Regu III Kelompok VII.
Dalam peristiwa di Mina tersebut awalnya Aditya yang lumpuh sejak lahir menggunakan kursi roda dan didorong ayah ibunya, sedangkan Maryuni yang juga menggunakan kursi roda didorong Agustin.
Kemudian saat perjalanan di Mina untuk melempar Jumroh, tiba-tiba barisan depan berhenti dan dari bagian belakang saling dorong. Rombongan Adit terpisah dan ia pun terjatuh. Saat itu ibunya sudah tidak tampak karena terdorong sedangkan ayahnya tergeletak terinjak-injak.
Pasca peristiwa, Agustin dan Adit kemudian mengabari keluarga di Semarang. Mereka memberi tahu Sugeng meninggal dunia dan jenazahnya ditinggal di lokasi saat kejadian, sedangkan istrinya hingga saat ini belum diketahui keberadaannya.
"Kita ingin tahu kondisi bu Sugeng (Sri Prabandari), kalau pak Sugeng, kita sudah ikhlas. Informasi itu penting untuk kami mengambil langkah selanjutnya, terhadap Adit juga karena kondisinya seperti itu," terang Kuncoro.
Kakak kandung Sugeng, Iriyanto Basuki mengatakan dirinya ikhlas dengan wafatnya Sugeng di tanah suci. Namun ia masih teringat saat-saat terakhir Sugeng berpamitan. Ketika itu tidak seperti biasanya Sugeng enggan melepas tangan Basuki yang bersalaman lewat jendela mobil.
Sugeng Triyanto (Lingkar Merah) |
"Saya tidak terlalu memperhatikan, malah istri saya yang lihat. Waktu berangkat dari rumah, waktu di mobil salaman tidak mau lepas. Mobilnya berjalan saya sampai ikut jalan," kata Basuki saat ditemui di rumah Sugeng, Perumahan Pokok Pindasi blok i nomor 8 RT 3 RW VII, Ngaliyan, Semarang, Sabtu (26/9/2015).
Sementara itu adik Sugeng, Kuncoro mengatakan memang sempat ada sedikit perubahan perilaku yang mungkin itu firasat. Sebelum berangkat haji, Sugeng justru kerap emosi ke saudara-saudaranya.
"Sama siapa saja marah, tapi kata orang jawa bilang itu tanda-tanda medhot katresnan, biar yang ditinggal tidak kehilangan," kata Kuncoro.
Diketahui Sugeng berangkat haji bersama istri dan anaknya yaitu Sri Prabandari (58) dan Aditya (27). Dua kakak Sri Prabandari yaitu Sri Agustin (56) dan Maryuni (71) juga menunaikan haji di kelompok yang sama yaitu Kloter 62 Embarkasi Solo Regu III Kelompok VII.
Dalam peristiwa di Mina tersebut awalnya Aditya yang lumpuh sejak lahir menggunakan kursi roda dan didorong ayah ibunya, sedangkan Maryuni yang juga menggunakan kursi roda didorong Agustin.
Kemudian saat perjalanan di Mina untuk melempar Jumroh, tiba-tiba barisan depan berhenti dan dari bagian belakang saling dorong. Rombongan Adit terpisah dan ia pun terjatuh. Saat itu ibunya sudah tidak tampak karena terdorong sedangkan ayahnya tergeletak terinjak-injak.
Pasca peristiwa, Agustin dan Adit kemudian mengabari keluarga di Semarang. Mereka memberi tahu Sugeng meninggal dunia dan jenazahnya ditinggal di lokasi saat kejadian, sedangkan istrinya hingga saat ini belum diketahui keberadaannya.
"Kita ingin tahu kondisi bu Sugeng (Sri Prabandari), kalau pak Sugeng, kita sudah ikhlas. Informasi itu penting untuk kami mengambil langkah selanjutnya, terhadap Adit juga karena kondisinya seperti itu," terang Kuncoro.