Banyak yang masih beranggapan bahwa Maqam Ibrahim yang terletak di depan ka'bah itu adalah makam atau kuburannya nabi ibrahim karena didasari dengan penggunaan kata "makam" yang sudah masyhur diartikan sebagai kuburan di Indonesia, lalu apakah anggapan itu benar adanya?
Pengertian Maqam Ibrahim
Maqam Ibrahim adalah sebuah prasasti di depan ka'bah yang berbentuk kotak dengan dua lubang di atasnya.
Lubang itu berbentuk pahatan yang mengikuti jejak kaki Nabi Ibrahim saat membangun baitullah, Ka’bah, di Makkah Al-Mukarramah. Jadi, Maqam Ibrahim artinya tempat Nabi Ibrahim berdiri ketika membangun Ka’bah bersama anaknya, Nabi Ismail.
Saat ini, Maqam Ibrahim diletakkan dalam rumah kaca di depan Ka’bah. Siapa pun yang berthawaf di Masjdil Haram dan berada dekat bangunan rumah Allah tersebut, ia akan bisa melihat Maqam Ibrahim.
Warna Maqam Ibrahim menyerupai warna perunggu, agak kehitam-hitaman. Cetakan kaki Nabi Ibrahim terbuat dari besi. Adapun rumah kaca sengaja dibuat untuk menghindari kerusakan prasasti jejak kaki Sang Pembangun Ka’bah, Nabi Ibrahim AS.
Sama halnya dengan Hajar Aswad, posisi Maqam Ibrahim yang menempel di Ka’bah memiliki keistimewaan. Jika Hajar Aswad mengandung sunah penghormatan dengan cara mencium atau mengusapnya, Maqam Ibrahim dihormati dengan melakukan shalat sunah di belakangnya.
Saat musim haji, tentu bukan perkara mudah untuk bisa shalat sunah tepat di belakang Maqam Ibrahim. Selain dijaga petugas, ada larangan terhadap jamaah agar tidak berdoa di depan Maqam Ibrahim.
Alasannya, berdoa di depan Maqam Ibrahim dikhawatirkan mengandung penyembahan dan penghormatan yang berlebihan pada prasasti tersebut. Tidak heran kalau petugas di sana selalu menghalau jamaah yang terlihat berdoa di depan Maqam Ibrahim. Petugas biasanya memberi peringatan jika Maqam Ibrahim hanya sebatas untuk dilihat, bukan untuk disembah.
Terlepas dari itu semua, prasasti Maqam Ibrahim mengandung muatan sejarah yang tak ternilai. Prasasti jejak kaki Ibrahim itu menunjukkan betapa Nabi Ibrahim membangun Ka’ bah dengan tangannya sendiri. Batu-batu yang digunakan juga bebatuan yang dibawa sang putra, Nabi Ismail. Setiap kali bangunan Ka’bah bertambah tinggi, semakin tinggi pula tempat pijakan Nabi Ibrahim.
Di atas makam yang ditandai dengan sebuah batu dari surga ini pula Nabi Ibrahim menyerukan manusia supaya datang menunaikan ibadah haji. Seperti dituliskan di atas, sesungguhnya keberadaan Maqam Ibrahim memiliki beberapa keutamaan, antara lain sebagai tempat shalat sunah setelah jamaah menunaikan thawaf tujuh putaran dan sebelum menuju bukit Safa-Marwah.
Bahkan, ada doa khusus sebelum dan sesudah shalat sunah di belakang Maqam Ibrahim. Tentu saja, doa khusus itu berada di antara doa-doa pribadi jamaah kepada Allah SWT. Maqam Ibrahim juga diyakini sebagai salah satu tempat mustajab untuk memanjatkan doa. Tentu, selain Multazam, Hijr Ismail, dan Jabal Rahmah (Padang Arafah).
Menurut sejarah Islam, telapak kaki Nabi Ibrahim sangat mirip dengan telapak kaki Rasulullah SAW. Adapun bentuk jejak kaki di Maqam Ibrahim memiliki kedalaman yang berbeda. Satu bagian sedalam 10 sentimeter, sedangkan satu bagian lagi sedalam sembilan sentimeter.
Panjang jejak adalah 22 sentimeter, sedangkan lebarnya 11 sentimeter. Berdasarkan ukuran tersebut, ahli sejarah Islam Sheikh Mohd Tahir Al Kurdi memperkirakan, Nabi Ibrahim memiliki ukuran tubuh yang lebih kurang sama dengan kebanyakan manusia saat ini.
Kesimpulannya yang dapat diambil menurut semua data diatas, anggapan maqam ibrahim adalah makam atau kuburannya nabi ibrahim adalah tidak benar karena tidak ada dalilnya.
Fakta Tentang Maqam Ibrahim
Maqam Ibrahim memiliki beberapa bukti-bukti nyata sebagi mu’jizat Ibrahim dari Allah yang kekal hingga kini.
Allah SWT berfirman ; “Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat ibadah) manusia, ialah baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (diantaranya) Maqam Ibrahim.” (Qs. Ali Imran/3:96-97)
1. Abu Thalib pernah berkata, “jejak telapak kaki Ibrahim itu ialah jejak kaki tanpa alas”. Kemudianjuga diketahui bahwa ternyata telapak kaki Nabi Muhammad SAW mirip dengan telapak kaki Kakeknya, Ibrahim as.
Sebagaimana al-Qurasyi yang menyaksikan proses pembangunan Ka’bah oleh Quraisy dan Ibn Zubair, ia berkata; “sungguh, aku tidak pernah melihat kaki Nabi SAW dengan telapak kaki Ibrahim yang kami lihat di Maqam.” Sementara Imam Bukhari juga meriwayatkan bahwa nabi SAW pernah bersabda; “Aku ini menyerupai anak Ibrahim.”
Sejarawan Thahir al-Kurdi (wafat 1400 H) menyimpulkan bahwa jejak telapak kaki di Maqam tersebut masing-masing memiliki kedalaman 10 cm dan 9 cm, dengan panjang 22 cm dan lebar 11 cm. Tidak nampak bekas jari-jari kaki, disebabkan karena Maqam dulunya terbuka, sehingga akibat terlalu seringnya disentuh orang. Ini menunjukkan bahwa tingginya dengan kebanyakan orang zaman ini.
2. Naiknya maqam Ibrahim setiap kali bertambah tingginya bangunan. Menurut sejarawan al-Kurdi, bahwa Maqam Ibrahim itu tingginya hanya 20 cm, namun atas mu’jizat dan kekuasaan Allah, ia dapat naik turun sesuai dengan kebutuhan tinggi rendahnya bangunan Ka’bah oleh Ibrahim as.
3. Keabadiannya sepanjang sejarah nabi-nabi. Maqam Ibrahim , walaupun berkali-kali ada usaha mencurinya, serta akibat terpaan cuaca dan badai di dalam masjidil Haram selama beribu-ribu tahun, namun hingga kini tetap terpelihara dengan baik. Hal ini harus diyakini sebagai mu’jizat sekaligus jaminan dari Allah. Lebih-lebih setelah mengingat bahwa Maqam Ibrahim itu dahulunya diletakkan begitu saja, tidak ada penutup ataupun pengaman dari rangka besi.
Diriwayatkan dari al-Fakihi bahwa pernah ada seseorang di mekah disebut dengan Jarij (entah seorang Yahudi atau nasrani), Pada suatu malam Maqam Ibrahim hilang, kemudian setelah dicari ternyata ada padanya, dimana ia ingin membawanya ke Raja Romawi. Lalu diambilnya kembali Maqam Ibrahim itu darinya, kemudian lehernya di penggal.
Ketika datang bencana Banjir Ummi Nasyal pada masa Khalifah Umar ra, beliau segera pergi ke Maqam Ibrahim ketika airnya sudah mulai surut, dan mendapatinya berada di dataran rendah Mekah, kemudian Umar ra. Mengambil dan meletakkan kembali di tempat semula. Dan masih banyak lagi kejadian-kejadian yang menimpa Maqam Ibrahim sepanjang masa, hanya Allah senantiasa menjaganya hingga kini.
4. Terjaga dari penyembahan orang-orang musyrik. Orang-orang Arab pada jaman Jahiliyah menyembah batu-batuan, tetapi tidak ada seorangpun yang diketahui pernah menyembah Hajar Aswad dan Maqam Ibrahim, disebabkan karena penghormatan mereka kepada kedua batu tersebut.
Hal ini merupakan kesucian dari Allah SWT , karena islam menghormati Hajar Aswad dengan cara mencium dan menyalaminya, sementara kepada Maqam Ibrahim dengan cara sembahyang di belakangnya. Sehingga tidak dapat dikatakan bahwa islam membiarkan penghormatan kepada sebagian berhala-berhala, karena yang demikian merupakan jenis ibadah sekaligus syirik.
Maqam Ibrahim |
Pengertian Maqam Ibrahim
Maqam Ibrahim adalah sebuah prasasti di depan ka'bah yang berbentuk kotak dengan dua lubang di atasnya.
Lubang itu berbentuk pahatan yang mengikuti jejak kaki Nabi Ibrahim saat membangun baitullah, Ka’bah, di Makkah Al-Mukarramah. Jadi, Maqam Ibrahim artinya tempat Nabi Ibrahim berdiri ketika membangun Ka’bah bersama anaknya, Nabi Ismail.
Saat ini, Maqam Ibrahim diletakkan dalam rumah kaca di depan Ka’bah. Siapa pun yang berthawaf di Masjdil Haram dan berada dekat bangunan rumah Allah tersebut, ia akan bisa melihat Maqam Ibrahim.
Warna Maqam Ibrahim menyerupai warna perunggu, agak kehitam-hitaman. Cetakan kaki Nabi Ibrahim terbuat dari besi. Adapun rumah kaca sengaja dibuat untuk menghindari kerusakan prasasti jejak kaki Sang Pembangun Ka’bah, Nabi Ibrahim AS.
Sama halnya dengan Hajar Aswad, posisi Maqam Ibrahim yang menempel di Ka’bah memiliki keistimewaan. Jika Hajar Aswad mengandung sunah penghormatan dengan cara mencium atau mengusapnya, Maqam Ibrahim dihormati dengan melakukan shalat sunah di belakangnya.
Saat musim haji, tentu bukan perkara mudah untuk bisa shalat sunah tepat di belakang Maqam Ibrahim. Selain dijaga petugas, ada larangan terhadap jamaah agar tidak berdoa di depan Maqam Ibrahim.
Alasannya, berdoa di depan Maqam Ibrahim dikhawatirkan mengandung penyembahan dan penghormatan yang berlebihan pada prasasti tersebut. Tidak heran kalau petugas di sana selalu menghalau jamaah yang terlihat berdoa di depan Maqam Ibrahim. Petugas biasanya memberi peringatan jika Maqam Ibrahim hanya sebatas untuk dilihat, bukan untuk disembah.
Jejak Kaki Nabi Ibrahim |
Terlepas dari itu semua, prasasti Maqam Ibrahim mengandung muatan sejarah yang tak ternilai. Prasasti jejak kaki Ibrahim itu menunjukkan betapa Nabi Ibrahim membangun Ka’ bah dengan tangannya sendiri. Batu-batu yang digunakan juga bebatuan yang dibawa sang putra, Nabi Ismail. Setiap kali bangunan Ka’bah bertambah tinggi, semakin tinggi pula tempat pijakan Nabi Ibrahim.
Di atas makam yang ditandai dengan sebuah batu dari surga ini pula Nabi Ibrahim menyerukan manusia supaya datang menunaikan ibadah haji. Seperti dituliskan di atas, sesungguhnya keberadaan Maqam Ibrahim memiliki beberapa keutamaan, antara lain sebagai tempat shalat sunah setelah jamaah menunaikan thawaf tujuh putaran dan sebelum menuju bukit Safa-Marwah.
Bahkan, ada doa khusus sebelum dan sesudah shalat sunah di belakang Maqam Ibrahim. Tentu saja, doa khusus itu berada di antara doa-doa pribadi jamaah kepada Allah SWT. Maqam Ibrahim juga diyakini sebagai salah satu tempat mustajab untuk memanjatkan doa. Tentu, selain Multazam, Hijr Ismail, dan Jabal Rahmah (Padang Arafah).
Menurut sejarah Islam, telapak kaki Nabi Ibrahim sangat mirip dengan telapak kaki Rasulullah SAW. Adapun bentuk jejak kaki di Maqam Ibrahim memiliki kedalaman yang berbeda. Satu bagian sedalam 10 sentimeter, sedangkan satu bagian lagi sedalam sembilan sentimeter.
Panjang jejak adalah 22 sentimeter, sedangkan lebarnya 11 sentimeter. Berdasarkan ukuran tersebut, ahli sejarah Islam Sheikh Mohd Tahir Al Kurdi memperkirakan, Nabi Ibrahim memiliki ukuran tubuh yang lebih kurang sama dengan kebanyakan manusia saat ini.
Kesimpulannya yang dapat diambil menurut semua data diatas, anggapan maqam ibrahim adalah makam atau kuburannya nabi ibrahim adalah tidak benar karena tidak ada dalilnya.
Fakta Tentang Maqam Ibrahim
Maqam Ibrahim memiliki beberapa bukti-bukti nyata sebagi mu’jizat Ibrahim dari Allah yang kekal hingga kini.
Allah SWT berfirman ; “Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat ibadah) manusia, ialah baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (diantaranya) Maqam Ibrahim.” (Qs. Ali Imran/3:96-97)
1. Abu Thalib pernah berkata, “jejak telapak kaki Ibrahim itu ialah jejak kaki tanpa alas”. Kemudianjuga diketahui bahwa ternyata telapak kaki Nabi Muhammad SAW mirip dengan telapak kaki Kakeknya, Ibrahim as.
Sebagaimana al-Qurasyi yang menyaksikan proses pembangunan Ka’bah oleh Quraisy dan Ibn Zubair, ia berkata; “sungguh, aku tidak pernah melihat kaki Nabi SAW dengan telapak kaki Ibrahim yang kami lihat di Maqam.” Sementara Imam Bukhari juga meriwayatkan bahwa nabi SAW pernah bersabda; “Aku ini menyerupai anak Ibrahim.”
Sejarawan Thahir al-Kurdi (wafat 1400 H) menyimpulkan bahwa jejak telapak kaki di Maqam tersebut masing-masing memiliki kedalaman 10 cm dan 9 cm, dengan panjang 22 cm dan lebar 11 cm. Tidak nampak bekas jari-jari kaki, disebabkan karena Maqam dulunya terbuka, sehingga akibat terlalu seringnya disentuh orang. Ini menunjukkan bahwa tingginya dengan kebanyakan orang zaman ini.
2. Naiknya maqam Ibrahim setiap kali bertambah tingginya bangunan. Menurut sejarawan al-Kurdi, bahwa Maqam Ibrahim itu tingginya hanya 20 cm, namun atas mu’jizat dan kekuasaan Allah, ia dapat naik turun sesuai dengan kebutuhan tinggi rendahnya bangunan Ka’bah oleh Ibrahim as.
3. Keabadiannya sepanjang sejarah nabi-nabi. Maqam Ibrahim , walaupun berkali-kali ada usaha mencurinya, serta akibat terpaan cuaca dan badai di dalam masjidil Haram selama beribu-ribu tahun, namun hingga kini tetap terpelihara dengan baik. Hal ini harus diyakini sebagai mu’jizat sekaligus jaminan dari Allah. Lebih-lebih setelah mengingat bahwa Maqam Ibrahim itu dahulunya diletakkan begitu saja, tidak ada penutup ataupun pengaman dari rangka besi.
Diriwayatkan dari al-Fakihi bahwa pernah ada seseorang di mekah disebut dengan Jarij (entah seorang Yahudi atau nasrani), Pada suatu malam Maqam Ibrahim hilang, kemudian setelah dicari ternyata ada padanya, dimana ia ingin membawanya ke Raja Romawi. Lalu diambilnya kembali Maqam Ibrahim itu darinya, kemudian lehernya di penggal.
Ketika datang bencana Banjir Ummi Nasyal pada masa Khalifah Umar ra, beliau segera pergi ke Maqam Ibrahim ketika airnya sudah mulai surut, dan mendapatinya berada di dataran rendah Mekah, kemudian Umar ra. Mengambil dan meletakkan kembali di tempat semula. Dan masih banyak lagi kejadian-kejadian yang menimpa Maqam Ibrahim sepanjang masa, hanya Allah senantiasa menjaganya hingga kini.
4. Terjaga dari penyembahan orang-orang musyrik. Orang-orang Arab pada jaman Jahiliyah menyembah batu-batuan, tetapi tidak ada seorangpun yang diketahui pernah menyembah Hajar Aswad dan Maqam Ibrahim, disebabkan karena penghormatan mereka kepada kedua batu tersebut.
Hal ini merupakan kesucian dari Allah SWT , karena islam menghormati Hajar Aswad dengan cara mencium dan menyalaminya, sementara kepada Maqam Ibrahim dengan cara sembahyang di belakangnya. Sehingga tidak dapat dikatakan bahwa islam membiarkan penghormatan kepada sebagian berhala-berhala, karena yang demikian merupakan jenis ibadah sekaligus syirik.